Vous êtes sur la page 1sur 43

DEVIA PUTRI

 10% kematian terjadi pada pasien trauma


toraks
 Terdapat 1 kematian akibat trauma toraks
dari 4 kematian akibat trauma lainnya
 Hanya 10% trauma tumpul toraks dan 15%
trauma tajam toraks yg memerlukan tindak
pembedahan
 Trauma toraks menyebabkan nyeri,
mengganggu ventilasi, terjadi hipoksia
jaringan
 Difusi O2-CO2 terganggu akan terjadi
penumpukkan CO2 dalam darah, terjadi
hiperkarbia
 Akibat hal tsb akan terjadi asidosis
respiratorik
 Flail chest
 Pneumotoraks
a. Open pneumotoraks
b. Tension pneumotoraks
 Hematotoraks
 Tamponade jantung
 Trauma diafragma
 Trauma aorta
 Kontusio paru
 Perhatikan jumlah, lokasi,komplikasi
a. kosta 1-3 : curigai cedera kepala-leher,
curigai kerusakan pembuluh aorta, pleksus
brakhialis
b. kosta 4-9 : paling sering, berakibat
pneumotoraks, hematotoraks, kontusio
paru.
c. kosta 10-12: curigai trauma hepar – lien
d. kosta bagian belakang lebih stabil
 Terapi :pemberian O2, analgetika, observasi
komplikasi
 Sering akibat trauma langsung pd pengemudi
(tanpa safety belt/ air bag)
 Tampak deformitas
 Komplikasi yg dapat terjadi kontusio jantung,
tamponade jantung. Kenali tanda klinis
 # kosta lebih dari 2 pada 1 level (segmental)
pernafasan paradoksal, nafas cepat, nyeri,
disertai pneumotoraks, hematotoraks,
kontusio paru.
 Sering dgn distress pernafasan.
 Kenali klinis , penanganan kemungkinan
intubasi dgn ventilator, pemasangan chest
tube, analgetika
 Terjadi bila trauma tumpul menyebabkan fraktur
iga multiple, fraktur terjadi pada dua tempat atau
lebih yang mengakibatkan gerakan paradoks
pada dinding dada sesuai dengan pernafasan.
 Terjadi akibat fraktur banyak tulang iga, biasanya
luka disebabkan oleh cedera roda stir saat terjadi
kecelakaan kendaraan bermotor.
 Keadaan ini menyebabkan rongga thoraks tidak
stabil, sehingga saat inspirasi akan terlihat tulang
iga yang seharusnya mengarah keluar jadi
berbalik mengarah ke dalam.
 Bila segmen rongga toraks mengambang bebas
akan mengurangi kemampuan paru-paru untuk
mengembang dan mengempis.
 Sianosis
 Sesak
 Gerakan dinding dada paradoksal (gerakan
kearah dalam pada dinding dada yang sakit
sewaktu inspirasi dan gerakan keluar sewaktu
ekspirasi
 Nyeri sewaktu bernafas
 Stabilisasi Eksternal
a. Miringkan pasien pada daerah yang
terkena
b. Gunakan bantal pasir pada dinding dada
yang terkena/rekatkan bantalan diatas
segmen yang longgar
 Stabilisasi Internal
a. Pemasangan ETT
b. Memberikan bantuan ventilasi mekanis
 Adanya udara dalam rongga pleura akibat
robeknya pleura
 Pneumothoraks dapat dibedakan jadi 2
bentuk ;
1. Traumatik/ spontan
dapat terjadi dari ruptur kista alveolar
subpleural atau emfisema
2. Tension pneumohtoraks
akibat dari trauma dada terbuka atau
tertutup
 Defek pada dinding dada dgn diameter > 2/3
trakhea shg udara masuk melalui dinding
dada lbh bsr daripada masuk trakhea
Gambaran Rontgen Thorax Pneumothorak
 Nyeri dada pada sisi yang sakit sewaktu
bernafas
 Dyspnea/tacypnea
 Penggunaan otot bantu nafas
 Tachycardia
 Diaforesis
 Gelisah
 Hypertympani pada perkusi daerah yang
sakit,
 Shock
 Luka/jejas pada dinding dada
 Tutup dgn kasa  Pemasangan WSD
steril 3 sisi sela iga 2-3 pada
line midclavicula
untuk
pneumotoraks

 Therapy oksigen
 Pencegahan shock
 Merupakan suatu keadaan yang terjadi bila
mekanisme katup membiarkan udara masuk ke
rongga pleura tetapi mencegah udara tersebut
keluar
 Akibat trauma, udara bocor masuk rongga pleura
setiap inspirasi dan tdk bisa keluar, sehingga
tekanan intra pleura akan sangat tinggi.
Akumulasi udara yang masuk rongga pleura
mengurangi ekspansi paru.
 Seluruh rongga pleura terisi udara di satu sisi,
akan terjadi pergeseran mediastinum ke sisi yang
terkena. Penurunan volume paru pada sisi yang
terkena sehingga dapat mengganggu proses
ventilasi-perfusi.
 Mediastinum terdorong termasuk trakhea kearah
berlawanan
 Paru2 kolaps, pembuluh drh balik (VCS,VCI)
kolaps darah ke jantung terhambat
menyebabkan berkurangnya aliran darah
balik ke atrium kanan dan menaikkan
tekanan vena sentral oleh karena itu isi
jantung kurang yang dapat berakibat tekanan
darah menurun.
 Klinis sesak, tekanan darah turun, trakhea
terdorong, lakukan tindakan segera (needle
thoracostomy), penegakkan diagnosa dasar
klinis bukan radiologis.
 Distensi vena leher
 Kemungkinan emfisema subkutan
 Sesak
 Perkusi pada dinding dada hipersonor
 Auscultasi: suara nafas hilang
 Tacycardia
 Deviasi trakea
 Yaitu terisinya rongga pleura oleh darah, bisa
pada trauma tumpul atau tajam
 Terjadi bila ujung iga yang patah melukai
arteri interkostalis yang menyertai trauma
tumpul sehingga terjadi akumulasi darah
pada rongga pleura
 Akibat yang ditimbulkan sama dengan
pnemuotoraks
 Perdarahan dalam
rongga pleura
 Paru kolaps , hipoksia,
tanda syok
hipovolemik, anemis.
 Pasang chest tube
(WSD), bila perdarahan
> 200 cc/jam (dalam
2-4 jam pertama)
indikasi torakotomi
penghentian sumber
perdarahan.
Gambaran Rontgen Thorax Hemothorax
 Nyeri dada pada sisi yang sakit sewaktu
bernafas
 Dyspnea/tacypnea
 Penggunaan otot bantu nafas
 Tachycardia
 Diaforesis
 Gelisah
 Perkusi pekak/redup pada daerah yang sakit
 Shock
 Luka/jejas pada dinding dada
 Pemasangan WSD sela iga 6-7 pada lateral
line
 midaksilaris
 Tindakan terhadap syock
 Oxygen therapy
 Pembedahan untuk memperbaiki cedera
 Hemopericardium, karena perikard kaku
maka terjadi gangguan gerakan jantung.
 Terjadi bendungan vena (lihat v jugularis),
bunyi jantung menjauh, tekanan darah turun,
ketiganya disebut TRIAS BECK.
 Tindakan perikardiostomi (tusuk dg jarum
besar/abocath 14-16F dgn spuit, pada ujung
proc. Xiphoideus arah ujung skapula kiri 45°,
hati2 bedakan darah intraperikard atau dari
dalam jantung, pasang EKG monitor)
TRAUMA TAJAM/TUMPUL

KERUSAKAN DINDING DADA, RONGGA DADA (pleura


dan perikard) ATAU ORGAN RONGGA DADA
(paru,jantung,pemb.darah besar)

PERUBAHAN TEKANAN AKIBAT UDARA MASUK /


DARAH YANG KELUAR DARI PEMB.DARAH

VENTILASI, PERFUSI DAN DIFUSI TERGANGGU

MEKANISME PERNAFASAN TIDAK EFEKTIF


 Akibat trauma terjadi mekanisme Paper bag
effect (efek kantung kertas), kiri lbh sering
 Organ dalam abdomen bisa masuk (gaster,
kolon, ileum). Klinis sesak. Bising usus di rg
toraks, pasang NGT buat X ray
 Koreksi dengan pembedahan
 Ruptur trakhea, bronkhus sering didaerah
Carina (percabangan), bila ruptur total bisa
fatal
 Klinis hemoptisis, sianosis, empisema
subkutis, intubasi sulit karena distorsi
trakhea.
 Sering bersifat fatal, bila partial/ kecil akan
terdapat hematom di medistinum dapat
menjadi sumbat sementara
 Tampak jejas pada dada,Tekanan darah tidak
pernah membaik, pada X ray terdapat
gambaran pelebaran mediastinum, curigai
ruptur aorta
 Diagnostik aortografi, tindak pembedahan
khusus dengan fasilitas lengkap
 RONTGEN THORAKS
 ANALISA GAS DARAH
 DARAH RUTIN (Hb, Leukosit, Trombosit,
 Hematokrit)
 Pneumothoraks, penanganan harus
cepat.Penusukan area interkostal kedua, ketiga
atau keempat dengan jarum nomor 16-18 untuk
mengurangi tekanan pada tension pneumothoraks
 Hemothoraks, pemasangan WSD untuk kontrol
perdarahan,perdarahan dihitung 3 cc/kg BB/jam
selama tiga jam jika perdarahan mencapai 800 cc
kurang dari satu jam harus segera dilakukan
torakotomie di kamar operasi
 Flail chest, tindakan ditujukan untuk mengubah
ventilasi, oksigenasi dan stabilisasi dinding dada.
Pemakaian ventilasi mekanis dipertimbangkan
sampai stabilisasi dinding dada tercapai
 Trauma thoraks dapat mengancam jiwa
dengan permasalahan perlu prioritas setelah
airway problem
 Trauma toraks disertai trauma lain (trauma
ganda) meningkatkan kemungkinan kematian
 Penanganan pertama penting terutama
Needle thoracostomy, pericardiocentesis,
pemasangan thoracic tube/ drain
 Pengkajian
 Diagnosa keperawatan
 Intervensi
 Implementasi
 Evaluasi
1. Flail Chest
Sianosis, gerakan dinding dada paradoksal
2. Hemotoraks
Pekak dengan perkusi pada sisi yang sakit,
manifestasi lain seperti pneumotoraks
3. Pneumotoraks
Nyeri dada tajam pada sisi sakit sewaktu
bernafas, dyspnea, takikardi, penggunaan otot
bantu pernafasan, diaforesis, tidak ada bunyi
nafas pada gerakan dinding dada yang sama
pada sisi yang sakit, gelisah, agitasi, deviasi
trakea menjauh dari sisi yang sakit, kemungkinan
sianosis, hipertimpani pada sisi yang sakit, jejas
pada dinding toraks, observasi luka terbuka
terhadap bunyi hisapan (pneumotoraks terbuka)
 Bersihan jalan napas tidak efektif
 Pola nafas tidak efektif
 Kerusakan pertukaran gas
 Risiko penurunan COP
 Risiko perubahan perfusi jaringan perifer
 Monitoring Haemodinamic
 Airway Management
 Pain Management
 Oxygen therapy

Vous aimerez peut-être aussi