Vous êtes sur la page 1sur 75

PENYAKIT PARU KRONIK

(ASMA DAN PPOK)


dr. SANTI MAYA LESTARI SIAHAAN

PELAYANAN TERPADU (PANDU)


PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PENDAHULUAN
KOMPETENSI DOKTER DAN PERAWAT
DI FKTP
(ASMA dan PPOK)
Pengelolaan Asma dan PPOK
di FKTP disesuaikan dengan Kompetensi tenaga
standar kompetensi Dokter perawat dalam pemberian
Indonesia (SKDI) Nomor 11 pelayanan keperawatan
tahun 2012 yaitu: dalam kasus Asma dan
PPOK di fasilitas pelayanan
•Asma tingkat Kompetensi kesehatan tingkat pertama
4A, dokter mampu membuat harus mampu melakukan
diagnosis & tatalaksana scr pemenuhan kebutuhan
mandiri serta tuntas terutama oksigen secara
•PPOK  tingkat Kompetensi komprehensif dan
3B, dokter mampu membuat melakukan deteksi dini
diagnosis klinik, terapi serta meningkatkan
pendahuluan saat gawat darurat kemampuan klien dalam
dan rujukan ke FKRTTL serta melakukan penanganan
menerima rujuk balik keperawatan secara
mandiri
PEDOMAN ASMA & PPOK
PENCEGAHAN TERPADU
PTM DI FKTP
PENGERTIAN

FAKTOR
RESIKONYA
PENGERTIAN ASMA
Gangguan inflamasi kronik jalan napas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi dan elemennya
yang berhubungan dengan hiperreaktivitas bronkus
sehingga menyebabkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk
yang timbul terutama pada malam atau dini hari
yang bersifat reversible (dapat membaik) dengan
atau tanpa pengobatan.

Episodic perburukan tersebut berkaitan dengan


luasnya peradangan, variabilitas, beratnya
obstruksi jalan napas yang bersifat reversible
baik dengan atau tanpa pengobatan
Normal Asma
P E NGE R TIAN P P OK
Penyakit paru kronik  Dapat dicegah dan
diobati ditandai dengan adanya keterbatasan
aliran udara dalam saluran napas yang
persisten dan progresif, berhubungan dengan
↗ respon inflamasi kronik pada saluran napas
dan parenkim paru karena paparan partikel
atau gas berbahaya.

Partikel atau gas berbahaya yang utama adalah


asap rokok. Gas berbahaya lainnya adalah
debu, bahan kimia di tempat kerja, asap dapur.
PPOK timbul pada usia pertengahan (di atas 40
tahun) akibat kebiasaan merokok dalam jangka
waktu yang lama
Hyperinflation
Resting State

Normal COPD

Mild Obstruction, Severe obstruction,


+ mildly decreased + markedly decreased
Elastic Recoil Elastic Recoil
Dynamic Hyperinflation

Normal During COPD


Exercise

Air is trapped

Initial breathing cycle


Expiratory airflow obstruction
Normal COPD

X
PL PL
V V

• Reduced recoil
• Increased airways resistance
FAKTOR RESIKO
FAKTOR RESIKO ASMA
Faktor Lingkungan
Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-
gejala asma menetap

Alergen di dalam dan di luar ruangan


Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Infeksi pernapasan
Exercise dan hiperventilasi
Perubahan cuaca
Sulfur dioksida
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
Pencetus Asma pada anak
 Es, makanan-minuman dingin, termasuk air dingin, buah dingin.
 Permen, dengan segala variasinya.
 Coklat,dlm segala macam bentuknya seperti susu coklat, kue coklat,
wafer, meises, selai&semua makanan/minuman yang mengandung coklat.
 Pengawet makanan dalam camilan gurih, ayam goreng tepung, mie instan,
nugget, sosis, dan lain-lain

 Kacang tanah, dalam segala macam bentuknya seperti dalam selai,


biskuit, somai, sate, pecel, gado-gado, ketoprak, dan lain-lain
 Gorengan, terutama yang menggunakan minyak goreng bekas
 Buah tertentu, anggur, tomat, klengkeng, rambutan
 Zat pewarna dalam makanan terutama makanan anak seringkali dibuat
dalam warna warni mencolok untuk menarik perhatian. Seringkali
pewarna (terutama pewarna kuning) dalam makanan menjadi pencetus.
FAKTOR resiko PPOK
Faktor genetik
pejamu dan atau
Respons imunologis individu
individu
Gangguan bersihan mukosilier,
Usia
Pertumbuhan & perkembangan paru
dikaitkan dengan masa kehamilan
Jenis kelamin
BBL dan pajanan masa anak
Defisiensi a-1
antitripsin Riwayat infeksi pernapasan
berat sejak usia dini, berulang
Gangguan pengeluaran Stress oksidatif, sebagai respons tubuh
hasil metabolisme terhadap hasil pajanan polutan.
FAKTOR RESIKO PPOK
Perilaku individu kebiasaan
merokok
Sebatang rokok terdapat sekitar
4000 zat kimia berbahaya keluar
melalui asap rokok tersebut, antara
lain aseton (bahan cat), amenia
(pembersih lantai), arsen (racun),
butane (bahan baker ringan},
kadmium (aki kendaraan), karbon
monoksida (asap knalpot), DDT
(insektisida), hidrogen sianida (gas
beracun), methanol (bensin roket),
naftalen (kamper), toluene (pelarut
industri), dan vinil klorida (plastik).
4000 zat kimia
2. UPAYA PROMOTIF
DAN PREVENTIF
UPAYA PREVENTIF PADA ASMA
Pencegahan Primer Pencegahan sekunder
Pencegahan primer ditujukan untuk ditujukan untuk mencegah
mencegah sensitisasi pada bayi inflamasi pada anak yang telah
dengan orang tua pasien asma
tersensitisasi dengan cara
dengan cara yaitu :
menghindar pajanan asap
• Penghindaran asap rokok dan
rokok, serta alergen dalam
polutan lain selama kehamilan
dan masa perkembangan
ruangan terutama tungau debu
bayi/anak. rumah
• Diet hipoalergienik ibu hamil,
asalkan/dengan syarat diet Pencegahan tersier
tersebut tidak mengganggu
asupan janin ditujukan untuk mencegah
manifestasi asma pada anak
• Pemberian ASI eksklusif sampai 6
bulan yang telah menunjukkan
manifestasi penyakit alergi
• Diet hipoalergenik ibu menyusui
UPAYA PROMOTIF PADA ASMA
1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
TUJUAN:
Meningkatkan penyebar luasan informasi , meningkatkan
pengetahuan,kemampuan dan keterampilan petugas,
serta mengubah perilaku masyarakat
Informasi dan edukasi yang disampaikan ke
masyarakat:
Riwayat perjalanan penyakit, sifat penyakit, perubahan
penyakit (apakah membaik atau memburuk), jenis dan
mekanisme kerja obat-obatan serta. mengetahui kapan
harus meminta pertolongan dokter
 Pentingnya melakukan kontrol secara teratur
 Pola hidup sehat, seperti tidak merokok,
konsumsi makanan yang tidak memicu
timbulnya asma, aktifitas fisik yang teratur,
istirahat cukup, kelola stres dan tidak
mengonsumsi alkohol.
 Menghindari setiap pemicu
 Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi
sebelum melakukan olah raga/exercise untuk
mencegah exercise induced asthma
UPAYA PREVENTIF PADA PPOK
Pencegahan terjadinya eksaserbasi
 agar dapat memperlambat progresifitas
menjadi semakin berat penyakitnya yang dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari,
menurunkan status kesehatan, kemudian dapat
mengakibatkan perawatan Rumah Sakit dan
memperlambat kesembuhan.
UPAYA PROMOTIF PADA PPOK
EDUKASI
Karena keterbatasan obat-
obatan yang tersedia dan
PENGURANGAN
masalah sosiokultural lainnya,
seperti keterbatasan tingkat PAJANAN FAKTOR resiko
pendidikan dan pengetahuan, Pengurangan pajanan asap
keterbatasan ekonomi dan rokok, debu pekerjaan,
sarana kesehatan, maka edukasi bahan kimia, dan polusi
di Puskesmas ditujukan untuk udara indoor maupun
mencegah bertambah beratnya outdoor, termasuk asap dari
penyakit dengan cara memasak merupakan tujuan
mengunakan obat yang tersedia penting untuk mencegah
dengan tepat, menyesuaikan timbul dan perburukan PPOK
keterbatasan aktivitas, serta
mencegah eksaserbasi
UPAYA PROMOTIF PADA PPOK
Nutrisi Berhenti Merokok
Keseimbangan nutrisi Berhenti Merokok merupakan
antara protein lemak intervensi yang paling efektif untuk
dan karbohidrat mengurangi resiko pengembangan
diberikan dalam porsi PPOK, maka nasihat berhenti merokok
kecil tetapi sering dari para profesional bidang kesehatan
membuat pasien lebih yakin untuk
Kekurangan kalori
berhenti merokok
dapat menyebabkan
meningkatnya derajat Praktisi pelayanan primer memiliki
sesak. banyak kesempatan kontak dengan
pasien untuk mendiskusikan berhenti
merokok, meningkatkan motivasi untuk
berhenti merokok, dan mengidentifikasi
kebutuhan obat/farmakologi yang
mendukung.
UPAYA
BERHENTI MEROKOK

PENDEKATAN 4T UNTUK BERHENTI


MEROKOK

T – Tanyakan
T – Telaah
T – Tolong dan nasehati
T – Tindak Lanjut
Layanan Upaya Berhenti Merokok
• Posbindu/Sekolah:
• Mendeteksi faktor resiko merokok
• Mengajak untuk berhenti merokok
• Merujuk ke FKTP untuk layanan UBM

• Fokus pada Fasyankes Tingkat Pertama:


• membantu perokok untuk berhenti merokok
(konseling)
• membangun motivasi
• Menciptakan lingkungan yang mendukung
• Fokus pada Fasyankes Rawat Tingkat
Lanjut:
• Konseling lanjutan
• Pengobatan spesialistik
3. DETEKSI DINI FAKTOR
resiko PTM
DETEKSI DINI PADA ASMA
1. Deteksi dini pada kelompok deteksi dini
Dibawah usia 3 tahun, bila ada gejala mengi, anak dengan
orang tua asma, dermatitis atopi perlu dicurigai untuk
menderita asma dikemudian hari
2. Penemuan kasus asma
Penemuan kasus asma (kesakitan dan kematian)
dilaksanakan secara rutin dan berjenjang dimulai dari Dinas
Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Puskesmas/Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama diseluruh
wilayah Indonesia yang diintegrasi dengan pelayanan
penyakit tidak menular (PTM) lainnya. Dan juga bisa
dilakukan penemuan kasus asma pada kegiatan yang
berbasis masyarakat seperti POSBINDU PTM
DETEKSI DINI PADA PPOK
1. Kelompok individu berlsiko 2. Kelompok Masyarakat

a. Mempunyai riwayat pajanan: Kelompok masyarakal yang bekerja


rokok, polusi udara, lingkungan atau tinggal di daerah pertambangan
tempat kerja (batu. batu bara, asbes), pabrik (bahan
b. Usia pertangahan baku asbes, baja, mesin, perkakas
c. Mempunyai gejala dan keluhan logam keras, tekstil, kapas, semen,
batuk berdahak, sesak nafas, bahan kimia}, penghalusan batu,
gejala berlangsung lama umumnya penggerlndaan logam keras,
semakin memberat.
penggergajian kayu, daerah pasca
erupsi gunung berapi, daerah
Termasuk ibu rumah tangga kebakaran hutan dan pereda khusus
yang memasak dengan (salon, cat, foto copy}, polantas,
menggunakan kayu bakar atau
karyawan penjaga pintu to!, dan lain-
kompor minyak tanah dengan
ventilasi ruangan yang kurang baik. lain.
PENGENDALIAN TERPADU
PTM DI FKTP
TATALAKSANA ASMA
Bagan. Gejala gangguan pernapasan
MENDIAGNOSIS SUATU PENYAKIT BERDASARKAN SESAK NAPAS DAN BATUK
BUAT DUGAAN BERDASARKAN
HAL-HAL BERIKUT:

Tanyakan: Beratnya sesak napas (saat berjalan, naik tangga, berbicara atau
saat istirahat), bercak/batuk berdarah, nyeri dada, riwayat TB/Asma/PPOK,
gagal jantung, merokok (ya/tidak)

Curiga TB atau kanker


Jika sesak napas ringan Jika sesak napas berat (sesak
paru-paru, jika:
dan sedang dengan: saat beristirahat atau saat
berjalan) dengan:
 Batuk > 2 minggu
 Mengi atau dada rasa
atau sering atau
berat, dahak banyak  Frekuensi napas > 30 kali
 Ada riwayat TB atau
per menit
 Penurunan berat
 Frekuensi napas 20-  Gelisah
badan tanpa alasan
30 kali per menit  Menggunaan otot bantu
yang jelas
pernapasan (otot leher, otot
 Menderita HIV atau
 Riwayat kekambuhan perut)
 Nyeri dada saat
 APE < 50%
bernapas
 Gejala kronis  Saturasi O2 (oximetry < 90%)
 Batuk darah

 Mengi
APE >80% APE 50- 80% ada/  Suhu >38 ºC Edema Pemeriksaan
Asma/PPOK Asma /PPOK tidak  Dengan/tanpa kedua lanjutan untuk TB
eksaserbasi eksaserbasi sama nyeri tungkai atau kanker paru
ringan sedang sekali  Dahak (pitting
(silent berwarna oedema)
chest)

 Ronki Foto toraks dan


kering sputum BTA

Asma/
Alur Tatalaksana PPOK Infeksi saluran Kemungkina
napas bagian n gagal Jika TB, sesuai
Asma/PPOK berat
bawah sesuai jantung tatalaksanaTB
alur infeksi sesuai alur
saluran napas gagal jantung
Diagnosis Asma
Diagnosis asma yang tepat sangatlah
penting, sehingga penyakit ini dapat
ditangani dengan baik dan benar.

Diagnosis klinis berdasarkan gejala, riwayat,


medis, dan pemeriksaan fisis sangat berarti
dalam menegakkan diagnosis asma.
Gejala tipikal asma
a. Episodisitas adalah serangan yang berulang
(hilang
timbul), yang diantaranya terdapat periode bebas
serangan.

b. Variabilitas adalah bervariasinya kondisi asma


pada waktu-waktu tertentu bahkan dalam satu hari
terjadi variabilitas dengan perburukan pada malam
atau dini hari.
c. Faktor Pencetus seperti perubahan cuaca, akibat provokasi
pencetus seperti alergen, iritan, dll

d. Riwayat Alergi pada pasien atau keluarganya seperti rinitis


alergik, dermatitis atopi dan ada riwayat asma.

e. Reversibilitas adalah meredanya gejala asma dengan atau


tanpa obat bronkodilator agonis β2 kerja singkat / SABA,
terjadi karena mekanisme obstruksi jalan napas pada asma
terutama didominasi oleh kontraksi otot polos bronkus.
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang standar Penunjang tambahan

•Pemeriksaan faal •Pemeriksaan penunjang


paru standar dengan tambahan yang
spirometri (Jika dibutuhkan sesuai kondisi
tersedia) pasien adalah uji provokasi
•Pemeriksaan dan •Uji alergi untuk menilai
penilaian faal paru status alergi (uji tusuk kulit
secara sederhana dan pemeriksaan serum
dengan alat peak IgE Atopi
flow meter
Diagnosis Banding
Dewasa Anak
1) Rinosinusitis
1) Penyakit Paru Obstruksi Kronik 2) Refluks gastroeosofageal
(PPOK) 3) Bronkitis akut berulang
2) Gagal jantung kongestif 4) Displasia bronkopulmonal
3) Batuk kronik akibat keadaan 5) Tuberkulosis
yang lain 6) Malformasi kongenital yang
4) Disfungsi larings
menyebabkan penyempitan saluran
5) Obstruksi mekanis
intratorakal dan trakeomalasia
6) Emboli paru
7) Aspirasi benda asing
7) Disfungsi pita suara
8) Sindroma diskinesia silier primer
9) Defisiensi imun
10) Penyakit jantung bawaan
Tujuan Pengobatan Asma

Tujuan pengobatan asma adalah mencapai


asma terkendali/terkontrol.

Dibuat klasifikasi berdasar kondisi


terkendalinya asma untuk memudahkan
penilaian asma didalam keadaan tidak serangan
menggunakan Asma Control (ACT).
KOMPLIKASI ASMA
•Pneumotoraks,
•pneumomediastinum dan emfisema subkutis,
•asma resisten terhadap steroid,
•atelektasis,
•gagal napas
Prinsip Tata Laksana Asma

Pada prinsipnya Tatalaksana asma dibagi


menjadi 2, yaitu:
- Tatalaksana asma jangka panjang
- Tatalaksana asma akut /saat serangan
MENGHINDARI FAKTOR

PENCETUS
Pencetus Serangan ASMA
Sangat bervariasi
Bersifat individual
 Alergen
 Perubahan cuaca
 Makanan
 Aktivitas berlebihan
 Polusi udara
 Infeksi saluran napas
 Emosi yg berlebihan
 Zat kimia/obat-obatan
TATALAKSANA PENYAKIT PARU
(PPOK)
PENATALAKSANAAN PPOK
Menilai dan memonitor penyakit

Penanganan PPOK stabil

Mengurangi faktor resiko

Penanganan eksaserbasi
TUJUAN PENATALAKSANAAN
PPOK di Puskesmas

Mengurangi Mempertahan- Mengatasi


laju beratnya kan PPOK yang eksaserbasi
penyakit stabil ringan

Merujuk ke Melanjutkan pengobatan


dari spesialis
spesialis paru/
paru atau rumah sakit
rumah sakit rujukan
Diagnosis PPOK

Anamnesis
Gejala: Batuk berdahak dan sesak nafas.
Gejala berlangsung lama&umum semakin memberat.
Sesak nafas bertambah saat beraktivitas
Ada riwayat merokok atau pajanan polusi

Pemeriksaan Fisis
Pada PPOK ringan pemeriksaan fisis bisa normal
Pada tahap lanjut dapat ditemukan tanda-tanda
hiperinflasi sebagai berikut: dada cembung, sela iga
melebar, hipersonor, suara nafas melemah, cianosis & jari
tabuh (clubbing finger).
Cyanosis and Clubbing fingers
Pemeriksaan penunjang:
•Penunjang standar (golden standard) untuk diagnosis PPOK
adalah pemeriksaan faal paru dengan menggunakan
spirometri.
• Meningkatkan temuan kasus PPOK dua kali lipat dari pada
hanya dengan penilaian klinis berdasar gejala dan pemeriksaan
fisis saja.
• Dilakukan di Rumah Sakit.
• Jika pemeriksaan spirometri dapat dilaksanakan di fasilitas
kesehatan layanan primer maka temuan kasus PPOK dapat
terdeteksi lebih dini untuk derajat 1 dan 2.
• Namun apabila spirometri tersedia di fasilitas kesehatan tingkat
pertama maka petugasnya harus dilatih dan disertai
pemantauan/supervisi ahli yang berkesinambungan.
• Pemeriksaan penunjang tambahan: Foto toraks, EKG,
Laboratorium kimia darah.
Diagnosis Banding
• Asma,
• Bronkiektasis,
• TB paru yang luas,
• Sindrom pasca TB paru,
• Penyakit interstisial paru,
• Panbronkiolitis luas dan lainnya.

Dalam pelaksanaan di lapangan terutama fasilitas layanan


primer, sering tidak mudah membedakan PPOK dengan asma,
karena keduanya mempunyai gejala pernapasan kronik,
terdapat obstruksi saluran napas dan gambaran foto toraks
yang dapat normal.
Perbedaan Klinis Antara PPOK Dan Asma
PPOK Asma
Usia onset penyakit Biasanya > 40 tahun Biasanya < 40 tahun

Riwayat merokok Biasanya > 200 indeks Umumnya tidak


brinkman (jumlah rata-rata merokok
batang rokok/ hari kali lama
merokok dalam tahun)

Produksi Sering Jarang


Sputum/berdahak
Perjalanan penyakit Progresif memburuk (dengan Stabil (dengan
eksaserbasi) eksaserbasi)
Sprirometri Dapat membaik tetapi tidak Dapat normal
normal
Gejala klinis Persisten Intermiten/ episodik dan
variabel
Pemeriksaan penunjang

CAT (COPD Assessment Test)

mMRC (Modified Medical Research Council


Questionaire for Assessing the severity of
Breathlessness )

Spirometri

Uji jalan 6 menit

Pemeriksaan penunjang lain : (Diff count, Foto


thorax bila tersedia)
PENATALAKSANAAN PPOK
STABIL di PUSKESMAS

 Obat-obatan
 Edukasi
 Nutrisi
 Rehabilitasi
 Rujukan ke spesialis paru/RS
 Rehabilitasi

Memperbaiki
Mengurangi kualiti hidup meningkatkan
gejala kondisi fisik
dan emosi
Latihan bernapas dengan pursed-lips

Latihan ekpektorasi

Latihan otot pernapasan dan


ekstremitas
Pencegahan timbulnya PPOK

Hindari polusi yang


Tidak Berhenti mempengaruhi saluran
merokok merokok napas yang terus
menerus
Pencegahan Progresifitas

• Berhenti merokok
• Mengobati PPOK stabil secara tepat
• Mencegah terjadinya eksaserbasi/infeksi (
semakin sering eksaserbasi, semakin cepat
progresifitasnya)
• Mengobati infeksi eksaserbasi akut dengan obat
yang tepat
• Rehabilitasi Medik
• Vaksinasi
Komplikasi
Komplikasi pada PPOK merupakan bentuk
perjalanan penyakit yang progresif dan tidak
sepenuhnya reversibel, diantaranya :
Gagal napas (gagal napas kronik, gagal napas akut
pada gagal napas kronik)
Gagal napas kronik ditandai dengan hasil analisis gas
darah PO2 < 60 mmHg, dan PCO2 > 60 mmHg, serta pH
normal.
Hipertensi pulmonal
PPOK yang ditandai oleh P pulmonal pada EKG,
hematokrit > 50% dapat disertai gagal jantung kanan.
Infeksi berulang / eksaserbasi
Melakukan Rujukan PPOK

Rujukan PPOK :
Rujukan
klinis (untuk Rujukan
diagnosis balik
dan terapi)
Uji Fungsi Paru dengan Peak Flow Meter
1. FITUR
a. Sensor
Mengukur arus puncak ekspirasi
Unit sensor dapat dipisahkan dari mesin dan dicuci dengan tangan jika kotor
Tiriskan dan diamkan sehingga kering, sebelum memasukkannya kembali
b. Bagian utama
Menampilkan dan menyimpan hasil pengukuran
Jangan mencucinya
c. Tombol kontrol
M/F: Ukur / fungsi
<: Teruskan ke kiri
>: Teruskan ke kanan
Save/Enter: Simpan / masuk
d. Baterai/kompartemen
e. Menggunakan 3 buah baterai AAA (1,5 Volt).
Pengukuran fungsi paru sederhana dengan cara mengukur Arus Puncak Ekspirasi (APE)
dengan menilai forced expiration volume pada detik pertama (FEV1)
Nilai APE:
1.Nilai APE normal
Nilai APE ≥ Nilai Prediksi normal
2. Nilai APE tidak normal:
nilai APE < Nilai Prediksi normal
SPIROMETRI
• Tes fisiologi untuk menilai
fungsi paru melalui pengukuran
volume paru saat inspirasi dan
ekspirasi maksimal dalam fungsi
waktu
• Merupakan “gold standard”
diagnosis COPD
• Tanda-tanda obstruksi
• Pemeriksaan berguna untuk :
 Menunjang diagnosis
 Melihat laju perjalanan penyakit
 Menentukan prognosis
JENIS ALAT
SPIROMETRI
SPIROMETRY IN COPD

Normal

COPD
Hasil spirometri
• Normal
• Obstruksi
• Restriksi
• Kombinasi Obstruksi dan Restriksi
Uji Jalan 6 menit
• Latihan sederhana yang dapat mengakses
status fungsional penderita PPOK.
• Uji ini mengevaluasi secara global dan
terintegrasi respon paru, kardiovaskular, dan
sistem muskular yang mencerminkan
tingkatan dari kemampuan aktivitas fisik
sehari-hari.
Foto toraks
Apakah foto toraks
membantu?

•Adanya hiperinflasi, emfisema dan


hipertensi pulmoner
•Berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain
•Menilai adanya pneumonia saat
terjadi eksaserbasi
THANK U…!!!!

Vous aimerez peut-être aussi