Vous êtes sur la page 1sur 25

CEDERA KEPALA

Noerlailatul fitrah

Pembimbing : dr maya sofa, Sp. B

RSUD CIANJUR
Anatomi

Kulit kepala/scalp

Cranium/
Tengkorak

Meningen

Otak
Kulit kepala/scalp
 Skin atau kulit
 Jaringan subkutis
 Aponeurosis atau
galea aponeurotika
 Loose areolar tissue
atau jaringan
penunjang longgar
 Pericranium
Tengkorak
meningen
Otak
Vaskularisasi otak

Arteri carotis interna dan arteri vetebralis


CEDERA KEPALA
 cedera kepala adalah trauma pada kulit
kepala, tengkorak, dan otak yang terjadi baik
secara langsung ataupun tidak langsung pada
kepala yang dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan kesadaran bahkan dapat
menyebabkan kematiaan.
klasifikasi
•Cedera Tumpul
Mekanisme
•Cedera Tembus

Morfologi •Fraktur tulang kepala : Fraktur linier,


Fraktur diastase, Fraktur comminuted,
Fraktur depresi, Fraktur basilar

•Lesi Intrakranial : epidural hematom,


subdural hematom, kontusio

GCS GCS 14-15  cedera kepala ringan


GCS 9-13  cedera kepala sedang
GCS 3-8  cedera kepala berat.
 Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan
dengan kecelakaan mobil atau motor, jatuh
atau terkena pukulan benda tumpul.

 Cedera kepala tembus disebabkan oleh peluru


atau tusukan
GCS < 8 cedera kepala berat,
GCS 9-12 cedera kepala sedang,
GCS 13-15 cedera kepala ringan.
Anamnesis
I. Identifikasi pasien (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan)
II. Keluhan utama, dapat berupa :
- Penurunan kesadaran
- Nyeri kepala :
- Kapan terjadinya ( untuk: mengetahui onset)
- Bagaimana mekanisme kejadian, bagian tubuh apa saja yang
terkena, dan tingkat keparahan yang mungkin terjadi)

Berdasarkan mekanismenya, trauma dibagi menjadi :


a. Cedera tumpul
b. Cedera tembus (luka tembus peluru atau tusukan) adanya
penetrasi selaput dura menentukan apakah suatu cedera
termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.
Komplikasi / Penyulit
1. Memakai helm atau tidak (untuk kasus kecelakaan
lalulintas)
2. Pingsan atau tidak
3. Ada sesak nafas, batuk-batuk
4. Muntah atau tidak
5. Keluar darah dari telinga, hidung atau mulut
6. Adanya kejang atau tidak
7. Adanya trauma lain selain trauma kepala (trauma
penyerta)
8. Adanya konsumsi alkohol atau obat terlarang lainnya
9.Adanya riwayat penyakit sebelumnya (Hipertensi, DM)

Pertolongan pertama yang dilakukan


PRIMARY SURVEY
SECONDARY SURVEY
Airway

a. Nilai jalan napas


b. Penurunan kesadaran , gcs<8
c. Nilai fraktur wajah
d. Curiga fraktur cervical :imobilisasi leher
breathing
 Auskultasi
 Gangguan ventilasi :
 Cari tanda Tension Pneumothoraks seperti: deviasi
trakea , penurunan suara nafas pada sisi yg terkena ,
dan hipotensi
 Perkusi membedakan pneumothoraks dan
hemothoraks .
 Palpasi thoraks temuan krepitasi akan mengarah pada
pneumothorax
 Jika ada gerakan nafas yg paradoks curiga ada Flail
Chest
 Jika ada cedera toraks maka dapat terjadi Tension
Pneumothoraks
Circulation

 Nadi
 Kontrol perdarahan
Disability

 Nilai tingkat kesadaran pasien :


A : sadar (Alert)
V : respon terhadap suara (Verbal)
P : respon terhadap nyeri (Pain)
U : tidak berespon (Unresponsive)
 Penilaian gcs
Exposure

 Lihat di bawah kerah, aksila dan lipatan kulit,


punggung dan pantat untuk menemukan
sumber perdarahan aktif lainnya
 Menilai apakah pasien mengalami hipotermia
Pertahankan pasien dalam keadaan hangat
 Evalusi luka
Secondary survey

 Adalah pemeriksaan dari kepala sampai kaki


(head to toe, examination), termasuk
reevaluasi tanda vital.
 Pada bagian ini dilakukan pemeriksaan
neurologis lengkap yaitu GCS jika belum
dilakukan pada primary survey
 Dilakukan X-ray

Vous aimerez peut-être aussi