Vous êtes sur la page 1sur 100

Emergency of

Ear, Nose, & Throat

Prof.DR.drAbdul Rachman Saragih,Sp.THT-KL (K)

Dr.Devira Zahara, Sp.THT-KL


Kegawatdaruratan THT-KL yang Sering Dijumpai
Benda Asing di THT-KL
Nyeri Telinga Akut
Komplikasi Intrakranial OMA/ OMSK
Trauma Telinga & Tulang Tengkorak
Tuli Mendadak
Epistaksis
Trauma Wajah
Trauma Hidung
Abses Leher
Sumbatan Laring
Trauma Trakea
Disfagia
Esofagitis Korosif
Benda Asing di THT-KL
Benda Asing di Liang Telinga
• Biasanya dimasukkan
oleh pasien sendiri,
beberapa serangga
terbang masuk ke
dalam liang telinga
• Bunuh serangga tsb
dgn minyak mineral,
atau lidokain
• Ekstraksi dgn pengait,
suction atau jaringan
perekat
Benda Asing di Liang Telinga

Bean in ear

• Serangga
• Kapas, kertas, bahan
organik
• Baterai kecil
• Gelisah dan tidak
nyaman
• Komplikasi sekunder:
Infeksi dan erosi
mukosa
Tata Laksana
• Matikan serangga
yang hidup
• Keluarkan benda
asing dengan forceps
alligator mikro
• Irigasi (jangan
lakukan jika benda
asing berupa bahan
organik)
Benda asing di hidung
Gejala :

• Sekret purulen (kuning


kehijauan & berbau)
dari hidung unilateral
• Biasanya menempati dasar
anterior hidung atau sepertiga
tengah hidung
Tata Laksana
• Visualisasi baik :
Lampu kepala dan spekulum hidung
• Bentuk benda asing:
- PIPIH 
jepit dgn pinset, tarik keluar
- BULAT
 masukkan alat pengait benda asing dari tepi
bagian atas rongga hidung melewati benda asing,
kmdn alat pengait turunkan & tarik keluar.
 Jangan mendorong benda asing ke belakang krn
dpt masuk ke laring ketika anak menarik napas
waktu menangis.
- BINATANG LINTAH
 teteskan dulu air tembakau spy terlepas dari
mukosa hidung & nasofaring, kmdn jepit dgn cunam
& tarik keluar.

• Bila ada infeksi  antibiotika sistemik 5-7 hari.


Benda asing di saluran nafas
Benda asing (BA) di dalam suatu organ :
→ benda yg berasal dari luar tubuh
(eksogen) atau dari dalam tubuh
(endogen), yg dalam keadaan normal
tidak ada.
Benda asing eksogen terdiri dari
1. Benda padat
a. zat organik (kacang-kacangan &
tulang)
b. zat anorganik (paku, jarum, peniti,
batu, dll)
2. Benda cair
a. iritatif (zat kimia)
b. non iritatif (cairan dgn pH 7)
3. Gas
Benda asing di saluran nafas
• Benda asing endogen :
- sekret kental
- darah / bekuan darah
- nanah
- krusta
- dll

• Faktor predisposisi :
a. Faktor personal (usia, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial)
b. Faktor fisik (kelainan neurologik)
c. Faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis)
d. Faktor kecerobohan (makan/minum tergesa-gesa, makan sambil bermain,
meletakkan peniti di mulut)
e. Faktor dental
f. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing
Gejala dan Tanda
A. Stadium permulaan :

– Violent paroxysms of coughing


(batuk hebat tiba-tiba)

– Choking (tercekik)

– Gagging (tersumbat di tenggorok)

– Sputtering (bicara gagap)

– Obstruksi jalan nafas


Gejala dan tanda
B. Stadium kedua :
– Diikuti interval asimptomatik ok refleks melemah
 berbahaya (gejala dan tanda tidak jelas).

C. Stadium Ketiga :
– Komplikasi dgn obstruksi, erosi/infeksi, batuk-
batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.
Benda asing di trakea
• Gejala :
– batuk berulang-ulang
– BA bergerak naik turun sesuai
pernapasan
– audible slap
– palpatory thud
– asthmatoid wheeze

• Tindakan : bronkoskopi +
ekstraksi
– Bronkoskopi kaku < 5 thn
– Bronkoskopi serat optik > 5 thn
dan dewasa
Benda asing di bronkus
• Gejala :
– Batuk
– Sesak nafas
• Benda organik bersifat higroskopis 
> 12 jam  mengembang  sumbatan
laring

• Tindakan :
– Bronkoskopi + ekstraksi
– Trakeostomi  jika edema laring
– Torakotomi  benda tajam yang
telah menusuk dinding bronkus
Tertelan Benda Asing

• Kacang, koin, baterai,


tulang ikan, daging &
potongan tulang, gigi
palsu
• Lokasi nyeri
menunjukkan lokasi
benda asing
Tertelan Benda Asing

• Tulang ikan sering


tersangkut di daerah
orofaring,
menimbulkan gejala-
gejala ipsilateral
• Benda asing
tersangkut di bagian
tengah esofagus
menimbulkan disfagia
akut
Tertelan Benda Asing

• Hampir semua benda


asing di orofaring
dapat diidentifikasi
• Benda asing di
oesofagus : stase
sekret di sinus
piriformis
• Pemeriksaan
radiologis membantu
untuk melihat benda
asing yang radioopak
Tertelan Benda Asing
• Benda asing yang
terlihat dapat
dikeluarkan dengan
forceps bengkok
angled forceps
• Benda asing yang
tajam sebaiknya
dikeluarkan secepat
mungkin untuk
mencegah perforasi
Tertelan Benda Asing
• Koin → keluarkan jika
di daerah cervical
atau pertegahan
esofagus →
keluarkan dalam
waktu 12 jam jika di
distal esofagus

• Baterai → segera
keluarkan
Tertelan Benda Asing
• Bebaskan jalan nafas
- Manuver Heimlich
- Cricothyrotomy/
tracheostomy emergensi
• Keluarkan dengan endoskopi di kamar operasi
BENDA ASING DI LARING perasat Heimlich
stridor atau laringoskopi
disfonia
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik
• Umur BENDA ASING DI TRAKEA bronkoskopi
mengi
• Lokasi nyeri
• Sesak nafas BENDA ASING DI BRONKUS bronkoskopi atau
dispnoe torakotomi
• Stridor atelektasis/emfisema

BENDA ASING DI osofaguskopi


ESOFAGUS atau
disfagia pembedahan
BENDA ASING TINDAKAN SEGERA
BENDA ASING DI SINUS laringoskopi
* Keluarkan PIRIFORMIS

BENDA ASING DI DASAR laringoskopi


LIDAH langsung /tak
langsung

BENDA ASING DI FARING/ keluarkan


Pem. Penunjang, atas indikasi : TONSIL dengan pinset/
cunam
• Foto oesofagus
• Foto thorax BENDA ASING DI HIDUNG keluarkan
dengan pengait
• Foto jaringan lunak leher
BENDA ASING DI TELINGA keluarkan tanpa/dgn
narkosis
Otitis Eksterna
Nyeri Telinga Akut • Infeksi dan inflamasi
disebabkan bakteri
(pseudomonas, staph), dan
jamur
- Terapi dgn tetes telinga yg
mengandung Antibiotik +
Steroid
- Bersihkan liang telinga
secara teratur
- Penderita diabetes beresiko
menderita otitis eksterna
maligna (ditandai dgn
adanya jaringan granulasi)
Telinga Tengah

Otitis Media Serosa Otitis Media Mastoiditis –


– disfungsi Tuba Supuratif- ok virus berkaitan dengan
Eusthasius – terapi & bakteri aliran darah ke
dgn dekongestan, otak, butuh terapi
lakukan manuver yg agresif (bisa
dekompresi utk memicu abses otak
mengurangi ataupun
tekanan meningitis)
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik OMA * Antibiotika
• Nyeri telinga * Miringotomi/ Parasentesis
• Rasa penuh di telinga * Pipa ventilasi (grommet)
• Riwayat ISPA * Pengobatan penyebab (infeksi lokal)
• Penyakit sistemik
• Membran timpani
Otitis eksterna sirkumskrip
* Salep pemanas (ichtiol)
* Antibiotika topikal
* Antibiotika sistemik
OMA
* Insisi
• Otitiseksterna sirkumskrip
• Otitits eksterna difus
Otitis eksterna difus
• Otitis eksterna maligna
* Bersihkan liang telinga
• Nyeri sendi temporo mandibuler
* Antibiotika topikal
• Nyeri alih
* Antibiotika sistemik
• Nyeri psikogenik
* Steroid topikal

Otitis eksterna maligna


TINDAKAN SEGERA
* Anti pseudomonas dosis tinggi
* analgetik
intravena 6 minggu
* drainage pus
* Pengobatan anti diabetes

Pem. Penunjang • Nyeri TMJ


• Uji pendengaran • Nyeri alih Pengobatan penyebab
• Uji mikrobiologik • Nyeri psikogenik
• Foto Ro. Mastoid
Komplikasi Infeksi Telinga Tengah
• Ekstrakranial
Komplikasi Infeksi Telinga tengah
• Intrakranial
MENINGITIS mastoidektomi radikal
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik OTOGENIK
• Riwayat keluar cairan dari telinga
• Sakit kepala (kadang-kadang hebat)
• Demam TROMBOSIS mastoidektomi radikal dalam waktu
• Mual/muntah SINUS LATERALIS 2x24 jam
• Kejang
• Lesu
• Kesadaran menurun
ABSES * mastoidektomi radikal
EKSTRADURAL * abses dibuka

KOMPLIKASI TINDAKAN SEGERA


INTRAKRANIAL * pasang infus ABSES * tindakan bedah saraf
SUBDURAL * mastoidektomi radikal
OMA/OMSK * antibiotika dosis tinggi
* antikonvulsi
* konsul bagian saraf/saraf
anak ABSES OTAK * aspirasi/ eksisi abses otak
OTOGENIK * mastoidektomi radikal

Pem. Penunjang
• Laboratorium darah HIDROSEFALUS * antibiotika intra vena
• Pem.Rontgen Mastoid OTIKUS * kortikosteroid
• CT Scan kepala * diuretik
• Pungsi Lumbal (bila tidak ada kontraindikasi) * pungsi lumbal berulang
* shunt cairan otak
* mastoidektomi simple/ radikal
Barotrauma (Aerotitis)
• Perubahan tekanan udara
yg tiba-tiba di telinga
tengah  tuba gagal utk
membuka, spt. Di pesawat
terbang atau menyelam
• Keluhan: kurang dengar,
rasa nyeri dlm telinga,
autofoni, rasa ada air dlm
telinga, kdg-kdg tinitus &
vertigo
• Dapat menyebabkan
hemotimpanum
Barotrauma • Lakukan
manuver/perasat
Valsalva scr berulang
(tiup dengan keras dari
hidung sambil hidung
dipencet serta mulut
ditutup).Tidak boleh
dilakukan jika ada
infeksi pd jalan napas
• Dekongestan hidung
• Miringotomi & bila
perlu pasang pipa
ventilasi (Grommet)
Perforasi Traumatik Membran Timpani

• Tekanan, terkena
peralatan,
ledakan/letupan
• Tes Pendengaran
• Observasi jika
perforasi kecil
• Paper patch
• Pembedahan
Trauma Akustik
• Terpapar suara keras/ bising
secara tiba-tiba
• SNHL , tinitus
• Lindungi telinga
• Kortikosteroid, carbogen,
vasodilator, diuretik, antikoagulan,
plasma ekspander
Fraktur Tulang Temporal

• Battle’s sign (hitam


kebiruan di bagian
belakang daun
telinga), raccoon
eyes,
hemotympanum,
kehilangan
pendengaran, pusing,
CSF otorrhea, CN VII
palsy
• CT tulang temporal
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik TRAUMA DAUN TELINGA
• tertusuk •Hematoma  aspirasi
• terpukul • luka bakar  perawatan luka
• perdarahan telinga • luka tajam/ laserasi  rekonstruksi
• trauma kapitis
• gangguan pendengaran KELUAR CAIRAN/ DARAH DARI LIANG TELINGA
• vertigo • laserasi liang telinga  antiseptik lokal
• paresis fasial • fraktur liang telinga  hilangkan sumbatan
• ruptur membran timpani  bersihkan liang telinga
• otore likuor  tampon steril
istirahat total
GANGGUAN PENDENGARAN
TRAUMA TINDAKAN SEGERA • hemotimpanum observasi
• diskontinuitas tulang pendengaran observasi
TELINGA * istirahat
• kelainan telinga dalam steroid oral/ parenteral
OMA/OMSK * periksa tanda vital
* atasi keadaan kritis GANGGUAN KESEIMBANGAN
( transfusi, oksigen,dll) • istirahat
• steroid oral/ parenteral

Pem. Penunjang PARESIS FASIAL


• uji pendengaran •steroid oral/ parenteral
• uji keseimbangan • periksa lebih lanjut
• pemeriksaan Rontgen tulang temporal
• uji saraf fasial FRAKTUR TULANG TEMPORAL
• foto polos 5 posisi * periksa lebih lanjut
Tuli Mendadak
• Kehilangan
pendengaran tiba-tiba
• SNHL ≥ 30 dB lebih
dari 3 frekuensi yg
berdekatan selama < 3
hari
• Etiologi : Virus &
Bakteri, Vaskular,
Trauma, Autoimmun,
Neurologik
• Konsul segera THT
• Perdarahan melalui hidung yang EPISTAKSIS
berasal dari rongga
hidung atau daerah sekitarnya
• Keluhan : ringan  berat

• 90 % berhenti spontan

• Bukan penyakit, melainkan gejala dari


suatu kelainan
• Diagnosis : mudah  95 % dari
anterior rongga hidung
• Penatalaksanaan bergantung lokasi &
berat ringannya
ANATOMI
ETIOLOGI
I. LOKAL

A. KONGENITAL :
Hereditary Haemorrhagic Telangiectasia ( OSLER’S DISEASE)

B. ACQUIRED :
1. TRAUMA
membuang ingus kuat –kuat, bersin, korek hidung, korpus
alienum, fraktur hidung /SPN / basis kranii, post op. hidung
iritasi zat – zat kimia.

2. INFEKSI
Hidung : rinitis akut dan kronis
SPN : sinusitis
Granuloma spesifik : SLE, Lepra, Sifilis.

3. NEOPLASMA :
hemangioma, karsinoma, angiofibroma

4. IDIOPATIK
B. SISTEMIK
1. PENY. KARDIOVASKULER :
hipertensi, kel. pemb. darah

2. KELAINAN DARAH :
trombositopenia, hemofilia, leukimia.

3. INFEKSI AKUT :
influenza, demam tifoid, difteri, DHF  sering

4. OBAT : antikoagulan, salisilat

5. PERUBAHAN TEK. ATMOSFER : “Caisson disease”

6. GANGGUAN ENDOKRIN :
hamil, menarche, menopause

7. ALKOHOLISM

8. IDIOPATIK
LOKASI PERDARAHAN

Menentukan lokasi perdarahan yang tepat  PENTING


karena :
a. dapat segera melakukan tindakan penghentian perdarahan
b. identifikasi pembuluh darah besar yang mendarahi lokasi
perdarahan.

Lokasi perdarahan :

1. Epistaksis anterior : paling sering dan mudah dikontrol


Sumber  Little’s area ( pleksus Kiesselbach )

2. Epistaksis superior (ant-superior dan post-superior)


Sumber  cabang medial / lateral a.etmoidalis ant. / post.

3. Epistaksis posterior : paling sukar ditanggulangi  org tua


( hipertensi, arteriosklerose )
Sumber  ruptur arteri sfenopalatina
Plexus Kiesselbach
GAMBARAN KLINIK

1. Serangan epistaksis :
 anak - anak dan dewasa muda  trauma
 orang tua ( hipertensi )  ruptur spontan pemb. drh  sklerotik

2. Jumlah perdarahan :
 bervariasi, ringan  berat  kematian
 perdarahan anterior ( Little’s area )  90 %
 perdarahan posterior  orofaring  tertelan  hematemesis,
haemoptoe

3. Pasien epistaksis :
 gelisah  perdarahan berat dan lama  shock hipovolemik

4. Penyakit Familial Multiple Telangiectasis (Osler’s disease)


 perdarahan berat
DIAGNOSIS 1. menghentikan
perdarahan
1. Anamnesis yang cermat
2. Pemeriksaan status lokalis dari
hidung dan nasofaring 2. mencegah komplikasi
3. Keadaan umum penderita
4. Pemeriksaan sistemik
5. Pemeriksaan penunjang, seperti: 3. Mencegah berulangnya

a. Hematologi lengkap
epistaksis
b. Pemeriksaan radiologi
c. Serologi
d. Elektrokardiografi

PENATALAKSANAAN
I. MENGHENTIKAN PERDARAHAN

a. Bersihkan hidung dari darah / bekuan


darah dengan alat pengisap ( suction )
 pasien duduk

b. Cari sumber perdarahan

c. Tampon hidung dengan kapas + adrenalin

d. Periksa TD, nadi dan pernafasan


 shock : perbaiki KU
infus / transfusi K/P

 injeksi  menghentikan perdarahan


1. KAUTERISASI
Ada dua cara :
a. Kauterisasi kimia :
 AgNO3 20 - 30 %
 Trichlor acetic acid 10 %
b. Kauterisasi listrik ( electrocauter )

Catatan :
Kauterisasi hanya efektif untuk
epistaksis anterior dan sedikit
2. TAMPON ANTERIOR

 pd perdarahan yang
minimal
 kapas / kasa
vaseline
+ salep antibiotika
 selama 3 – 4 hari
Teknik Pemasangan
Tampon Anterior
Tampon Anterior
• - Vasaline guaze
- Absorbable gelfoam
- Oxidized cellulose
(Surgicel)
- Nasal tampon
3. TAMPON POSTERIOR

 disebut juga Tampon Bellocq


- utk perdarahan posterior
- sumber perdarahan sulit dicari /
diatasi
Prinsip :
menutup koana dan mencegah
darah dari hidung ke nasofaring

 Tampon dikeluarkan 2 - 3 hari


Epistaksis
Tampon Posterior

• Butuh analgetik and


sedasi

• Monitoring saturasi
O2
Tampon Posterior
• Anestesi topikal
dan dekongestan
• Double balloon
device
• Kateter foley
4. OPERASI a. Ligasi pembuluh darah
• Bila epistaksis berat dan
PRINSIP : berulang serta tdk dpt diatasi
dgn tampon anterior maupun
 Jika dalam 4 - 5 hr posterior
perdarahan tidak
berhenti atau  Ligasi arteri etmoid
perdarahan hebat anterior / posterior
 Ligasi arteri maksilaris
interna
TEKNIK :  Ligasi arteri karotis
eksterna

a. Ligasi pembuluh darah


b. ANGIOGRAFI DAN
b. Angiografi dan embolisasi EMBOLISASI
c. Reseksi submukosa  arteri karotis eksterna

d. Kauterisasi endoskopi dan


ligasi c. KAUTERISASI ENDOSKOPI DAN
LIGASI
 arteri sfenopalatina
II. MENCEGAH KOMPLIKASI
• Perdarahan hebat  shock, anemia, tensi III. MENCEGAH
 mendadak BERULANGNYA
 iskemia serebri, insufisiensi koroner, EPISTAKSIS
infark miokard
 kematian • Epistaksis  gejala
 perlu :
• Terapi : - cari penyebabnya
- IVFD / transfusi  secepatnya ! - pengobatan yg sesuai

• Pemasangan tampon  infeksi  • Sering ditemukan anemia


antibiotika def. Fe

• Komplikasi lain :
- hemotimpanum : darah masuk melaluiTE
- bloody tears : darah masuk melalui
duktus nasolakrimalis
- laserasi palatum mole / sudut bibir 
tampon terlalu kencang
ANAMNESIS + PEMERIKSAAN FISIK
• umur
• keadaan umum
• tensi dan nadi
• trauma
• tumor
• deviasi septum/ spina septum
• infeksi
• kelainan kongenital
• hipertensi
• kelainan darah
• perubahan tekanan
• atmosfir mendadak
• gangguan endokrin
PERDARAHAN ANTERIOR kaustik, bila tak berhasil

tampon anterior

EPISTAKSIS TINDAKAN SEGERA


* perbaiki keadaan umum
* (infus/ transfusi)
* cari sumber perdarahan
* hentikan perdarahan

PEMERIKSAAN PENUNJANG PERDARAHAN POSTERIOR tampon Bellocq


• darah perifer lengkap
• fungsi hemostasis
• EKG (atas indikasi)
• uji faal hepar (atas indikasi)
• uji faal ginjal (atas indikasi)
• foto Rontgen tulang hidung dan sinus paranasal (atas indiksi)
• CT Scan (atas indikasi)
TRAUMA WAJAH:
• Fraktur tulang hidung

 paling sering ( 40 - 50 % )

• Fraktur tulang dan arkus zigoma

• Fraktur tulang maksila

• Fraktur tulang orbita

• Fraktur tulang mandibula


GEJALA KLINIS:

• Kerusakan jar. lunak : edema, kontusio, laserasi


• Ekimosis
• Epistaksis : anterior / posterior
• Deformitas : inspeksi atau palpasi
• Gangguan mata : penglihatan ↓ , diplopia dsb
• Gangguan saraf sensoris ( N. Trigeminus )
• Gangguan saraf motorik ( N. Fasialis )
• Trismus, emfisema, leakage/kebocoran CNS
• Obstruksi hidung
Zygomaticomaxillary fracture
(Tripod fracture)
GEJALA KLINIS :
- pipi lebih rata ( bandingkan dgn
kontralateral )
- diplopia dan terbatasnya gerakan
bola mata
- edema periorbita dan ekimosis
- perdarahan subkonjungtiva
- enopthalmus, ptosis
- hipestesia / anestesia saraf infra
orbitalis
- epistaksis
Penatalaksanaan
6% fraktur tulang zigoma 
(-) kelainan.
Trauma dari depan yang langsung
merusak pipi (tulang zigoma) 
perubahan tempat dari tulang
zigoma kearah posterior, medial dan
lateral.
Reduksi : fiksasi dengan kawat
baja atau mini plate.
Fraktur arkus
zigoma
Tidak sulit untuk dikenali
Rasa nyeri waktu bicara
/mengunyah.
Trismus  perubahan letak
arkus zigoma terhadap
prosessus koronoid dan otot
temporal
Reduksi fraktur arkus zigoma

Fraktur arkus zigoma ditandai


dengan perubahan tempat dari
arkus  ditanggulangi dengan
elevasi arkus zigoma tersebut.

Pada tindakan reduksi, kadang-


kadang diperlukan reduksi terbuka
 dipasang kawat baja atau mini
plate pada arkus yang patah.
FRAKTUR TULANG
MAKSILA
Pada fraktur ini  sering terjadi
edema faring  perlu trakeostomi.

Perdarahan hebat  berasal


dari arteri maksilaris interna atau
arteri etmoidalis anterior.
Klasifikasi :
- fraktur maksila Le Fort I (A)
- fraktur maksila Le Fort II (B)
- fraktur maksila Le Fort III (C)
Penatalaksanaan
Penanggulangan fraktur maksila
 ditekankan agar rahang atas
dan rahang bawah dapat
menutup.

Dilakukan fiksasi inter-maksilar


sehingga oklusi gigi menjadi
sempurna.
FRAKTUR TULANG MANDIBULA
• Paling sering terjadi ok mandibula terpisah dari kranium

• Reposisi  perhatikan otot – otot yang berinsersi


 efek kosmetik yang baik, pertumbuhan
gigi, proses mengunyah dan menelan
yang baik
FRAKTUR TULANG HIDUNG
(dibicarakan sendiri)

Anamnesis + Pemeriksaan Fisik


• pasca trauma
• deformitas
• maloklusi
• hematom/ bengkak di muka
• diplopia Le Fort
• gangguan jalan napas atas FRAKTUR MAKSILA
• Le Fort I & II Fiksasi intermaksiler, fiksasi dari arkus zigoma
atau orbita rim lateral
• Le Fort III  Fiksasi intermaksiler, pengkawatan inter oseal,
resuspensi tulang fasial ke kranium

TRAUMA MUKA TINDAKAN SEGERA FRAKTUR ZIGOMA


* Bebaskan jalan napas • Fraktur arkus Reduksi tertutup/ terbuka & fiksasi
* Hentikan perdarahan  dengan kawat baja atau miniplate,
* Perawatan cairan tubuh & • Fraktur tripoid rekontur dengan implan
elektrolit
FRAKTUR MANDIBULA
• Kondilar/ subkondilar Reduksi tertutup/ terbuka & fiksasi
• Angulus dengan kawat baja kalau perlu
• Simpisis intra oseal, atau lempeng mini,
Pem. Penunjang • Korpus mandibula fiksasi intermaksilaris
• Rontgen muka: PA, lateral, oblik, khusus
• CT Scan FRAKTUR ORBITA
• dasar orbita
• otot Pembedahan
• saraf
FRAKTUR TULANG HIDUNG
Fraktur tulang hidung 
paling sering terjadi pada
trauma muka
Diagnosis :
* inspeksi
* palpasi
*rinoskopi anterior
Rinoskopi anterior 
pembengkakan mukosa hidung, robekan dan
bekuan pada mukosa septum, hematoma septum,
dislokasi, deviasi septum.

Pemeriksaan penunjang :
- foto os nasal
- foto sinus paranasal posisi water
- CT-scan
TUJUAN PENANGANAN FRAKTUR HIDUNG
• Mengembalikan penampilan secara memuaskan

• Mengembalikan patensi jalan nafas hidung

• Menempatkan kembali septum pada garis tengah

• Menjaga keutuhan rongga hidung

• Mencegah sumbatan setelah operasi , perforasi septum,


perubahan bentuk punggung hidung

• Mencegah gangguan pertumbuhan hidung


PENANGANAN FRAKTUR HIDUNG
SEDERHANA
• Reposisi dgn anestesi lokal / umum

• Anestesi Lokal :
- tampon kapas Lidocain 1 – 2 % dicampur dgn
adrenalin 1 : 100.000 selama 15 menit
( masing - masing 3 buah )
 meatus superior dibawah os nasal
 antara konka media dan septum
 antara konka inferior dan septum

• 1 - 2 jam post trauma  edema ( - )

• Paling baik < 14 hari


ALAT – ALAT

• Elevator tumpul yang lurus


( Boies Nasal Fracture
Elevator )

• Cunam Asch

• Cunam Walsham

• Spekulum hidung

• Pinset hidung
• Stabilisasi reduksi
STABILISASI dengan tampon
anterior dan
external splint

• Tampon anterior
 buka setelah 3 -
5 hari

• External splint 
buka setelah 7 hari

• Antibiotik
STABILISASI REDUKSI
dengan
TAMPON ANTERIOR & EXTERNAL SPLINT
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik
• pasca trauma
• deformitas
• epistaksis
• tensi normal/ turun TRAUMA TERTUTUP
• tidak ada edema  reposisi segera

• edema  reposisi setelah edema hilang

TRAUMA HIDUNG TINDAKAN SEGERA


* Bebaskan jalan napas
* Hentikan perdarahan
* Infus bila perlu TRAUMA TERBUKA
* eksplorasi & reposisi

Pem. Penunjang
• foto Rontgen tulang hidung
• CT Scan bila perlu
Infeksi Leher Dalam Abses Peritonsil

• Pus terbentuk
diantara kapsul tonsil
& m.konstriktor faring
superior
• m.o.: Group A
Streptococcus
Abses Peritonsil
• Sakit tenggorokan yg
hebat, unilateral
• Demam
• Hot potato voice (suara
spt mengulum makanan)
• Rinolalia (suara sengau)
• Uvula terdorong ke sisi
kontra lateral
• Hipersalivasi
• Kadang-kadang
trismusTonsil bengkak,
hiperemis, detritus +/-
Abses Peritonsil

• Antibiotik
- Oral
- Parenteral
• Aspirasi dgn jarum
suntik, Insisi &
Drainase
Angina Ludovici Etiologi:
(Ludwig’s Angina) • Berasal dari gigi
• Selulitis ruang suprahyoid. • Peradangan supuratif kelenjar limfe
• Infeksi yg terbatas pada salah satu
servikal di dalam ruangan
atau lebih ruang submandibulare submandibular
disebut “Pseudoangina Ludovici”.
Gejala dan Tanda :
• Nyeri di tenggorok dan leher
• Pembengkakan di daerah
submandibula hiperemis dan keras
pada palpasi.
• Dasar mulut membengkak
• Sesak nafas

Diagnosa:
• Berdasarkan riwayat sakit gigi,
mengorek atau cabut gigi.
• Pada Pseudoangina Ludovici  terjadi
fluktuasi
Ludwig’s Angina
Terapi:
• Antimikroba dosis tinggi
• Eksplorasi  untuk
dekompresi
• Evakuasi pus (jarang pd
Angina Ludovici)
• Insisi
• Terapi kausal  infeksi gigi
• Rawat inap

Komplikasi:
• Sumbatan jalan nafas
• Penjalaran ke ruang leher
dalam lainnya dan
mediastinum
• Sepsis
Abses Retrofaring
• Menyerang bayi dan anak
• Didahului dengan infeksi
orofaring
• Disfagia berat dan distress
pernafasan
• Observasi jalan napas
• Antibiotik IV
• Pembedahan : drainase
(Mencegah aspirasi pus)
Abses Parafaring
Etiologi :

 Langsung : akibat tusukan jarum


 Proses supurasi kelenjar limfe
bagian dalam, gigi,tonsil, faring,
hidung, sinus paranasal, mastoid,
dan vertebra servikalis
 Penjalaran infeksi dari ruang
peritonsil, retrofaring, atau
submandibula
Abses Parafaring
Gejala dan Tanda :
Trismus
Indurasi (pembengkakan
disekitar annulus
mandibulae)
Demam tinggi
Pembengkakan dinding
lateral faring menonjol
ke arah media
Komplikasi :

• Peradangan intrakranial
• Kebawah menyusuri selubung karotid
 mediastinum
• Kerusakan dinding pembuluh darah
• Tromboflebitis
• Septikemia

Terapi:
 Antimikroba dosis tinggi  parenteral
 Evaluasi abses / incisi abses24-48
jam setelah pemberian antibiotika tidak
ada perbaikan
Epiglotitis
• Menyerang anak usia
3-7 tahun
• H. influenzae tipe B,
Group A
Streptococcus
• Sakit tenggorokan
hebat, demam,
disfagia, mengences
• Stridor
• Bernapas dengan
dagu terangkat dan
mulut terbuka
Epiglotitis
• Lab: leukositosis
• Foto cervical (lateral)
→ epiglotis berbentuk
seperti ibu jari
• Hindari penggunaan
tongue spatel
• Intubasi terkontrol
• Antibiotik IV
Infeksi Ruang Masticator-
Parafaring
• Infeksi molar bawah
melibatkan ruang
masticator
• Bengkak, nyeri, demam,
trismus
• Terapi : Antibiotik IV
(PNC atau Clindamycin)
• Rujuk THT
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik
• panas ABSES PERITONSIL  pungsi
• nyeri menelan insisi
• sukar menelan antibiotika
• trismus tonsilektomi
• benjolan: - di daerah leher (direncanakan)
- bagian belakang faring
- kutub atas tonsil
- submandibula ABSES RETROFARING
• sesak napas • tanpa sumbatan jalan napas  pungsi, insisi, antibiotika
• sakit gigi
• dengan sumbatan jalan napas  trakeostomi

ABSES PARAFARING  trakeostomi  - insisi


- drainase segera
ABSES LEHER TINDAKAN SEGERA - antibiotika
* Bebaskan jalan napas
* Berikan oksigen
* Infus
ABSES SUBMANDIBULA
(Angina Ludovici)
• tanpa sumbatan jalan napas  insisi, eksplorasi,
Pem. Penunjang antibiotika
atas indikasi
• foto toraks • dengan sumbatan jalan napas  trakeostomi
• foto jaringan lunak leher
(PA & Lat)
SUMBATAN LARING
Etiologi :

1. Radang akut dan kronis


2. Benda asing
3. Trauma  - kecelakaan
- perkelahian
- percobaan bunuh diri dgn benda tajam
4. Trauma akibat tindakan medik
5. Tumor Laring - Jinak
- Ganas
6. Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral
SUMBATAN LARING
Gejala :

1. Serak ( disfoni ) sampai afoni


2. Sesak nafas ( dispnea )
3. Stridor inspirasi
4. Cekungan pd
- suprasternal
Ini tjd ok. Upaya otot – otot
- epigastrium
pernafasan untuk mendapatkan
- intercostal O2
- supraklavikula
5. Gelisah ok air hunger
6. Pucat  sianosis ok. hipoksia
Pembagian Sumbatan Laring yang progresif (Jackson)
Stad. 1 : Cekungan di suprasternal pd wkt inspirasi
 stridor inspirasi
 pasien msh tenang
Stad. 2 : Cekungan di suprasternal  makin dalam +
cekungan epigastrium  stridor inspirasi
 pasien mulai gelisah
Stad. 3 : Cekungan di suprasternal, epigastrium
jg infraklavikula dan sela – sela iga
 stridor inspirasi dan ekspirasi
 pasien sangat gelisah dan dispnoe
Stad. 4 : Cekungan bertambah jelas, pasien sangat
gelisah, sangat ketakutan dan sianosis
- lama kelamaan kehabisan tenaga
 meninggal ok. asfiksia
Diagnosa ditegakkan dengan :
 Anamnese
 Pemeriksaan klinis
 Laringoskopi direct  anak
indirect  dewasa

Penanggulangan Sumbatan Laring :


Prinsipnya  melancarkan kembali jalan nafas
 Konservatif : - antiinflamasi
- anti alergi
- antibiotik
- oksigen intermitten
 ini dilakukan pada sumbatan laring std. 1
akibat peradangan.
Tindakan Operasi
 Operatif : resusitasi
- Intubasi Orotrakea
- Intubasi Nasotrakea Std. 2 dan 3
- Trakeostomi
- Krikotirotomi  Std. 4
`
RADANG
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik Demam
• stridor * DIFTERI - Trakeostomi
• sesak napas - ADS
• cekungan: * NON DIFTERI  - Antibiotika
- suprasternal - Kortkosteroid
- epigastrium TUMOR LARING
- sela iga •Mikrolaringoskopi
- sekitar klavikula • JINAK
• suara parau • GANAS
• sianosis
KELAINAN KONGENITAL LARING  Intubasi
• laringomalasia
• trakeomalasia
• lesi anatomik
• kelumpuhan pita suara
SUMBATAN LARING TINDAKAN SEGERA • anomali pembuluh darah
* laringoskopi
* bebaskan jalan napas
* intubasi/ trakeostomi/ PARESIS POSTIKUS BILATERAL  Trakeostomi
* krikotirotomi pasca tiroidektomi
* oksigen
TRAUMA LARING  Eksplorasi
Trakeostomi
Pem. Penunjang
• laringogram BENDA ASING DI LARING  - Perasat Heimlich
• CT Scan (atas indikasi) - Laringoskopi
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik TRAUMA TUMPUL
• macam trauma •dengan sumbatan jln napas  trakeostomi
• sesak napas
• empisema subkutis • tanpa sumbatan jln napas  laringoskopi langsung
• hemoptisis

* edema laring observasi, bila perlu


trakeostomi
* ruptur kartilago
- tiroid Trakeostomi,
- krikoid eksplorasi, serta
TRAUMA TRAKEA TINDAKAN SEGERA * avulsi pita suara rekonstruksi
* awasi/ bersihkan jalan napas
* hentikan sumber perdarahan
* infus TRAUMA TAJAM * eksplorasi
* laringoskopi • luka terbuka * rekonstruksi, trakeostomi
• luka iris * pemasangan silikon pipa T
• luka tembus * pasang pipa nasogastrik

- dilatasi
- pemasangan pipa
Pem. Penunjang TRAUMA ENDOGEN  Trakeostomi - reseksi trakea +
• Foto jaringan lunak leher AP/Lat reanastomosis
- laser
Peradangan di esofagus yang disebabkan luka bakar karena
zat kimia yang tertelan bersifat korosif,
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik
• tertelan zat korosif
asam kuat ( H2SO4, HCl )
basa kuat ( KOH, NaOH )
zar organik ( lysol, karbol )
• luka bakar di mulut
• nyeri dada / epigastrium
• syok

ESOFAGITIS KOROSIF TINDAKAN SEGERA RAWAT


* minum air / susu esofagoskopi
* infus dilatasi
* antibiotika
* kortikosteroid

Pem. Penunjang
• foto polos esofagus
Th/ fase akut

1. Perbaiki KU penderita, jaga keseimbangan elektrolit.


Jika ada ggn elektrolit :
- IVFD : Aminofusin 600  2 botol
Dextrose 10 %  2 botol
NaCl 0,9 % + KCl 5 Meq/liter  2 botol

2. Netralisasi zat korosif ( < 6 jam ) :


- asam  beri basa / antasida
- basa  beri asam / cuka encer
- jika ragu (asam atau basa) 
beri susu / putih telur karena bersifat amfoter
3. Antibiotika selama 2-3 minggu (5 hari bebas demam)
Biasanya Penisilin 1 – 1,2 juta unit / hari.

4. Kortikosteroid diberikan sejak hari I – III.


Dosis : 200 – 300 mg  tapering off tiap 2 hari
Dosis maintenance : 2 x 50 mg / hari

5. Analgetik

6. Pemeriksaan esofagoskopi : hari III atau jika luka bakar di


bibir sudah hilang.
Jika ada ulkus : - esofagoskopi tidak boleh dilakukan
- pasang NGT selama 6 minggu
 esofagoskopi ulang
Th/ fase kronik

• Dilatasi (menggunakan busi) dgn bantuan esofagoskop :


- 1x / minggu
- 1x / 2 minggu
- 1x / bulan
- 1x / 3 bulan, sampai penderita dapat menelan
makanan biasa.

Jika selama 3x dilatasi hasilnya kurang memuaskan


 reseksi esofagus
dibuat anastomosis end to end.

Vous aimerez peut-être aussi