Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Bean in ear
• Serangga
• Kapas, kertas, bahan
organik
• Baterai kecil
• Gelisah dan tidak
nyaman
• Komplikasi sekunder:
Infeksi dan erosi
mukosa
Tata Laksana
• Matikan serangga
yang hidup
• Keluarkan benda
asing dengan forceps
alligator mikro
• Irigasi (jangan
lakukan jika benda
asing berupa bahan
organik)
Benda asing di hidung
Gejala :
• Faktor predisposisi :
a. Faktor personal (usia, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial)
b. Faktor fisik (kelainan neurologik)
c. Faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis)
d. Faktor kecerobohan (makan/minum tergesa-gesa, makan sambil bermain,
meletakkan peniti di mulut)
e. Faktor dental
f. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing
Gejala dan Tanda
A. Stadium permulaan :
– Choking (tercekik)
C. Stadium Ketiga :
– Komplikasi dgn obstruksi, erosi/infeksi, batuk-
batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.
Benda asing di trakea
• Gejala :
– batuk berulang-ulang
– BA bergerak naik turun sesuai
pernapasan
– audible slap
– palpatory thud
– asthmatoid wheeze
• Tindakan : bronkoskopi +
ekstraksi
– Bronkoskopi kaku < 5 thn
– Bronkoskopi serat optik > 5 thn
dan dewasa
Benda asing di bronkus
• Gejala :
– Batuk
– Sesak nafas
• Benda organik bersifat higroskopis
> 12 jam mengembang sumbatan
laring
• Tindakan :
– Bronkoskopi + ekstraksi
– Trakeostomi jika edema laring
– Torakotomi benda tajam yang
telah menusuk dinding bronkus
Tertelan Benda Asing
• Baterai → segera
keluarkan
Tertelan Benda Asing
• Bebaskan jalan nafas
- Manuver Heimlich
- Cricothyrotomy/
tracheostomy emergensi
• Keluarkan dengan endoskopi di kamar operasi
BENDA ASING DI LARING perasat Heimlich
stridor atau laringoskopi
disfonia
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik
• Umur BENDA ASING DI TRAKEA bronkoskopi
mengi
• Lokasi nyeri
• Sesak nafas BENDA ASING DI BRONKUS bronkoskopi atau
dispnoe torakotomi
• Stridor atelektasis/emfisema
Pem. Penunjang
• Laboratorium darah HIDROSEFALUS * antibiotika intra vena
• Pem.Rontgen Mastoid OTIKUS * kortikosteroid
• CT Scan kepala * diuretik
• Pungsi Lumbal (bila tidak ada kontraindikasi) * pungsi lumbal berulang
* shunt cairan otak
* mastoidektomi simple/ radikal
Barotrauma (Aerotitis)
• Perubahan tekanan udara
yg tiba-tiba di telinga
tengah tuba gagal utk
membuka, spt. Di pesawat
terbang atau menyelam
• Keluhan: kurang dengar,
rasa nyeri dlm telinga,
autofoni, rasa ada air dlm
telinga, kdg-kdg tinitus &
vertigo
• Dapat menyebabkan
hemotimpanum
Barotrauma • Lakukan
manuver/perasat
Valsalva scr berulang
(tiup dengan keras dari
hidung sambil hidung
dipencet serta mulut
ditutup).Tidak boleh
dilakukan jika ada
infeksi pd jalan napas
• Dekongestan hidung
• Miringotomi & bila
perlu pasang pipa
ventilasi (Grommet)
Perforasi Traumatik Membran Timpani
• Tekanan, terkena
peralatan,
ledakan/letupan
• Tes Pendengaran
• Observasi jika
perforasi kecil
• Paper patch
• Pembedahan
Trauma Akustik
• Terpapar suara keras/ bising
secara tiba-tiba
• SNHL , tinitus
• Lindungi telinga
• Kortikosteroid, carbogen,
vasodilator, diuretik, antikoagulan,
plasma ekspander
Fraktur Tulang Temporal
• 90 % berhenti spontan
A. KONGENITAL :
Hereditary Haemorrhagic Telangiectasia ( OSLER’S DISEASE)
B. ACQUIRED :
1. TRAUMA
membuang ingus kuat –kuat, bersin, korek hidung, korpus
alienum, fraktur hidung /SPN / basis kranii, post op. hidung
iritasi zat – zat kimia.
2. INFEKSI
Hidung : rinitis akut dan kronis
SPN : sinusitis
Granuloma spesifik : SLE, Lepra, Sifilis.
3. NEOPLASMA :
hemangioma, karsinoma, angiofibroma
4. IDIOPATIK
B. SISTEMIK
1. PENY. KARDIOVASKULER :
hipertensi, kel. pemb. darah
2. KELAINAN DARAH :
trombositopenia, hemofilia, leukimia.
3. INFEKSI AKUT :
influenza, demam tifoid, difteri, DHF sering
6. GANGGUAN ENDOKRIN :
hamil, menarche, menopause
7. ALKOHOLISM
8. IDIOPATIK
LOKASI PERDARAHAN
Lokasi perdarahan :
1. Serangan epistaksis :
anak - anak dan dewasa muda trauma
orang tua ( hipertensi ) ruptur spontan pemb. drh sklerotik
2. Jumlah perdarahan :
bervariasi, ringan berat kematian
perdarahan anterior ( Little’s area ) 90 %
perdarahan posterior orofaring tertelan hematemesis,
haemoptoe
3. Pasien epistaksis :
gelisah perdarahan berat dan lama shock hipovolemik
a. Hematologi lengkap
epistaksis
b. Pemeriksaan radiologi
c. Serologi
d. Elektrokardiografi
PENATALAKSANAAN
I. MENGHENTIKAN PERDARAHAN
Catatan :
Kauterisasi hanya efektif untuk
epistaksis anterior dan sedikit
2. TAMPON ANTERIOR
pd perdarahan yang
minimal
kapas / kasa
vaseline
+ salep antibiotika
selama 3 – 4 hari
Teknik Pemasangan
Tampon Anterior
Tampon Anterior
• - Vasaline guaze
- Absorbable gelfoam
- Oxidized cellulose
(Surgicel)
- Nasal tampon
3. TAMPON POSTERIOR
• Monitoring saturasi
O2
Tampon Posterior
• Anestesi topikal
dan dekongestan
• Double balloon
device
• Kateter foley
4. OPERASI a. Ligasi pembuluh darah
• Bila epistaksis berat dan
PRINSIP : berulang serta tdk dpt diatasi
dgn tampon anterior maupun
Jika dalam 4 - 5 hr posterior
perdarahan tidak
berhenti atau Ligasi arteri etmoid
perdarahan hebat anterior / posterior
Ligasi arteri maksilaris
interna
TEKNIK : Ligasi arteri karotis
eksterna
• Komplikasi lain :
- hemotimpanum : darah masuk melaluiTE
- bloody tears : darah masuk melalui
duktus nasolakrimalis
- laserasi palatum mole / sudut bibir
tampon terlalu kencang
ANAMNESIS + PEMERIKSAAN FISIK
• umur
• keadaan umum
• tensi dan nadi
• trauma
• tumor
• deviasi septum/ spina septum
• infeksi
• kelainan kongenital
• hipertensi
• kelainan darah
• perubahan tekanan
• atmosfir mendadak
• gangguan endokrin
PERDARAHAN ANTERIOR kaustik, bila tak berhasil
tampon anterior
paling sering ( 40 - 50 % )
Pemeriksaan penunjang :
- foto os nasal
- foto sinus paranasal posisi water
- CT-scan
TUJUAN PENANGANAN FRAKTUR HIDUNG
• Mengembalikan penampilan secara memuaskan
• Anestesi Lokal :
- tampon kapas Lidocain 1 – 2 % dicampur dgn
adrenalin 1 : 100.000 selama 15 menit
( masing - masing 3 buah )
meatus superior dibawah os nasal
antara konka media dan septum
antara konka inferior dan septum
• Cunam Asch
• Cunam Walsham
• Spekulum hidung
• Pinset hidung
• Stabilisasi reduksi
STABILISASI dengan tampon
anterior dan
external splint
• Tampon anterior
buka setelah 3 -
5 hari
• External splint
buka setelah 7 hari
• Antibiotik
STABILISASI REDUKSI
dengan
TAMPON ANTERIOR & EXTERNAL SPLINT
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik
• pasca trauma
• deformitas
• epistaksis
• tensi normal/ turun TRAUMA TERTUTUP
• tidak ada edema reposisi segera
Pem. Penunjang
• foto Rontgen tulang hidung
• CT Scan bila perlu
Infeksi Leher Dalam Abses Peritonsil
• Pus terbentuk
diantara kapsul tonsil
& m.konstriktor faring
superior
• m.o.: Group A
Streptococcus
Abses Peritonsil
• Sakit tenggorokan yg
hebat, unilateral
• Demam
• Hot potato voice (suara
spt mengulum makanan)
• Rinolalia (suara sengau)
• Uvula terdorong ke sisi
kontra lateral
• Hipersalivasi
• Kadang-kadang
trismusTonsil bengkak,
hiperemis, detritus +/-
Abses Peritonsil
• Antibiotik
- Oral
- Parenteral
• Aspirasi dgn jarum
suntik, Insisi &
Drainase
Angina Ludovici Etiologi:
(Ludwig’s Angina) • Berasal dari gigi
• Selulitis ruang suprahyoid. • Peradangan supuratif kelenjar limfe
• Infeksi yg terbatas pada salah satu
servikal di dalam ruangan
atau lebih ruang submandibulare submandibular
disebut “Pseudoangina Ludovici”.
Gejala dan Tanda :
• Nyeri di tenggorok dan leher
• Pembengkakan di daerah
submandibula hiperemis dan keras
pada palpasi.
• Dasar mulut membengkak
• Sesak nafas
Diagnosa:
• Berdasarkan riwayat sakit gigi,
mengorek atau cabut gigi.
• Pada Pseudoangina Ludovici terjadi
fluktuasi
Ludwig’s Angina
Terapi:
• Antimikroba dosis tinggi
• Eksplorasi untuk
dekompresi
• Evakuasi pus (jarang pd
Angina Ludovici)
• Insisi
• Terapi kausal infeksi gigi
• Rawat inap
Komplikasi:
• Sumbatan jalan nafas
• Penjalaran ke ruang leher
dalam lainnya dan
mediastinum
• Sepsis
Abses Retrofaring
• Menyerang bayi dan anak
• Didahului dengan infeksi
orofaring
• Disfagia berat dan distress
pernafasan
• Observasi jalan napas
• Antibiotik IV
• Pembedahan : drainase
(Mencegah aspirasi pus)
Abses Parafaring
Etiologi :
• Peradangan intrakranial
• Kebawah menyusuri selubung karotid
mediastinum
• Kerusakan dinding pembuluh darah
• Tromboflebitis
• Septikemia
Terapi:
Antimikroba dosis tinggi parenteral
Evaluasi abses / incisi abses24-48
jam setelah pemberian antibiotika tidak
ada perbaikan
Epiglotitis
• Menyerang anak usia
3-7 tahun
• H. influenzae tipe B,
Group A
Streptococcus
• Sakit tenggorokan
hebat, demam,
disfagia, mengences
• Stridor
• Bernapas dengan
dagu terangkat dan
mulut terbuka
Epiglotitis
• Lab: leukositosis
• Foto cervical (lateral)
→ epiglotis berbentuk
seperti ibu jari
• Hindari penggunaan
tongue spatel
• Intubasi terkontrol
• Antibiotik IV
Infeksi Ruang Masticator-
Parafaring
• Infeksi molar bawah
melibatkan ruang
masticator
• Bengkak, nyeri, demam,
trismus
• Terapi : Antibiotik IV
(PNC atau Clindamycin)
• Rujuk THT
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik
• panas ABSES PERITONSIL pungsi
• nyeri menelan insisi
• sukar menelan antibiotika
• trismus tonsilektomi
• benjolan: - di daerah leher (direncanakan)
- bagian belakang faring
- kutub atas tonsil
- submandibula ABSES RETROFARING
• sesak napas • tanpa sumbatan jalan napas pungsi, insisi, antibiotika
• sakit gigi
• dengan sumbatan jalan napas trakeostomi
- dilatasi
- pemasangan pipa
Pem. Penunjang TRAUMA ENDOGEN Trakeostomi - reseksi trakea +
• Foto jaringan lunak leher AP/Lat reanastomosis
- laser
Peradangan di esofagus yang disebabkan luka bakar karena
zat kimia yang tertelan bersifat korosif,
Anamnesis + Pemeriksaan Fisik
• tertelan zat korosif
asam kuat ( H2SO4, HCl )
basa kuat ( KOH, NaOH )
zar organik ( lysol, karbol )
• luka bakar di mulut
• nyeri dada / epigastrium
• syok
Pem. Penunjang
• foto polos esofagus
Th/ fase akut
5. Analgetik