Vous êtes sur la page 1sur 6

TEATER TRADISIONAL

LAMPUNG
WARAHAN

KELOMPOK I

Wulan Cahyani
Salsabila
M. Rangga Kusuma
M. Faris Putra
Prayoga Pangestu
PENGERTIAN
Warahan adalah cerita atau sastra tutur yang bermula dari
penyampaian kisah-kisah heroik, kisah awal mula suku
Lampung, dan cerita-cerita menarik bagi anak-anak.
Pewarah sendiri pada saat itu adalah ayah mereka atau
nenek dan kakek anak-anak tersebut. Waktu penyampaian
warahan adalah pada saat istirahat berkebun dan bertani
atau pada saat menjelang tidur, pada saat mewarah
biasanya juga ditingkahi dengan gerak-gerik pewarah untuk
menambah kesan cerita dimaksud. Perkembangan warahan
ada sedikit pergeseran teknis cerita, warahan dilakonkan
berubah menjadi teater rakyat namun inti cerita teater
rakyat/warahan tetap disampaikan oleh pewarah. Kini,
warahan menjadi teater yang dinamis yang di dalamnya
terjadi dialog interaktif dengan penonton dan menjadi
tontonan teater yang menarik, ditampilkan pada acara-
acara hiburan rakyat.
TEATER TRADISIONAL
WARAHAN
Sebagai teater tradisional, Warahan banyak menampilkan cerita-
cerita dongeng atau cerita rakyat yang berisi nasehat-nasehat dan
di sampaikan secara bertutur (penyampian secara lisan). Waktu
pertunjukan biasanya diadakan pada sore hari atau malam hari.
Sumber cerita banyak berasal dari cerita rakyat dan amat kaya
dengan tema-tema cerita yang berunsurkan peristiwa adikodrati.
Tema cerita seperti ini kadangkala dianggap di luar logika
masyarakat yang sudah beraksara, serta sering dinilai
tidak ilmiah. Namun, yang perlu kita petik dari cerita ini adalah
tendensi atau maksudnya. Fungsi utama pada masa lalu, terutama
ketika lembaga sekolah belum sebanyak sekarang, ini
dijadikan sebagai sarana untuk memberikan pendidikan kepada
anak-anak, menantu, cucu dan anggota kerabat lainnya.
CIRI-CIRI
Ciri-ciri warahan terlihat pada irama yang
menyertai cerita tersebut, dan sifatnya liris
(dipengaruhi pribadi dan emosi si
pembawa cerita).
SEJARAH
 Asal -Usul Warahan

Secara etimologis masyarakat Lampung kurang mengetahui arti dari kata itu
sendiri. Beberapa tokoh masyarakat berpendapat bahwa dekat pengertiannya
dengan kata akhca yang berarti berita atau cerita dan akat akhan yang berarti
tujuan atau maksud. Dengan kata lain, lebih kurang kedua kata tersebut memiliki
arti “Cerita yang mempunyai arah dan tujuan”.Sebagai sebuah seni pertunjukan
lisan, ini merupakan gabungan beberapa unsur kesenian yaitu, musik, seni sastra,
dan seni gerak. Pada awalnya cerita atau berita memiliki tujuan yang khusus
disampaikan merupakan petunjuk atau arahan dengan maksud tuntunan dan
contoh-contoh perbuatan yang baik. Berasal dari kata “Warah” yaitu nasehat atau
ajaran yang menurut cerita dari tokoh atau tua-tua yang berasal dari Jawa yang
telah diadaptasi oleh penduduk yang berada di daerah Lampung. Hal ini bisa saja
terjadi dan dimungkinkan dengan masa peralihan dan jatuh bangunnya kerajaan
Hindu di pulau Jawa yang digantikan kerajaan Islam. Sekira pada abad ke-15 pada
waktu itu dengan dianutnya agama Islam oleh penduduk Banten, maka agama
Islam diajarkan atau diwarahkan oleh orang-orang Banten yang datang ke daerah
Lampung.
Berangsur-angsur orang Lampung meninggalkan
kepercayaan lamanya dan memeluk agama Islam,
sesuai dengan kata yang makin memasyakat. Lahirnya
pertunjukan ini ditenggarai sejak orang Lampung mengenal
sastra daerah. Cerita yang dibawakan dapat berbentuk
pantun, liris, prosa atau bahasa bebas, disertai berbagai
kreatifitas dari pewarah yang membawakannya. sebagai
teater tradisional kemudian menjadi teater dalam pengertian
masa kini yang mula dari daerah lampung mempunyai
fungsi sebagi alat hiburan, alat pendidikan, penerangan, dan
sebagai pembangkit rasa keindahan. Saat ini itu sudah
jarang sekali dilakukan di daerah Lampung terutama di kota-
kota besaAr, apalagi para pendukungnya sudah berusia
lanjut. Hal ini juga karena kemajuan teknologi komunikasi
dan audio visual dan di satu pihak kurangnya perhatian
terhadap perkembangan , sehingga makin terdesak. Untuk
menyelamatkan ini perlu dibina dan dikembangkan sebagai
sumber inspirasi dalam mengolah teater tardisional maupun
modern.

Vous aimerez peut-être aussi