Vous êtes sur la page 1sur 12

Kelompok 7

Riska Kurnia Sari

Saeful Amri
Tujuan :
1. Untuk mengetahui adanya antibodi terhadap
Streptolisin O dalam serum.
2. Melakukan pemeriksaan ASTO dengan
metode kualitatif dan semi-kuntitatif.
Prinsip :
Latex poliesteren yang di liputi oleh
Streptolisin O bila di reaksikan dengan
serum yang mengandung anti Streptolisin O
maka akan terbentuk aglutinasi.
ASTO merupakan suatu pemeriksaan darah yang
berfungsi untuk mengukur kadar antibodi
terhadap streptolisin O,yang menyebabkan
penyakit demam rematik. Penyakit ini disebabkan
karena infeksi bakteri Streptococcus beta-
hemolyticus golongan A pada kerongkongan.
 Bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan perlengketan
yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan merangsang
pengeluaran antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan
mengikat kuman Streptococcus dan membentuk suatu kompleks
imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke
jantung, sendi, dan susunan saraf.
 Demam Rematik pada jantung :
Kompleks imun ini akan menimbulkan reaksi peradangan
atau inflamasi yang bermanifestasi sebagai peradangan otot
jantung (myocarditis), peradangan lapisan jantung (pericarditis),
dan peradangan katup-katup jantung (valvulitis).
Bila proses penyebaran penyakit telah menyerang jantung,
penderita akan mengalami kelainan jantung (carditis), ditandai
dengan batuk-batuk, kesulitan bernapas, berdebar-debar, serta
adanya tanda-tanda pembesaran jantung
 Demam Rematik menyerang pada sendi :
Yang paling sering muncul pada fase ini adalah gangguan
sendi berupa rasa nyeri dan pembengkakan yang biasanya
berpindah-pindah dari satu sendi ke sendi lainnya (polyartritis
migran), kesulitan menggerakkan sendi dan berjalan.
 Demam Rematik menyerang susunan saraf :
Kelainan ini menyebabkan gangguan pergerakan dan
kepribadian serta psikologis berupa kepribadian yang agresif,
depresi, dan obsessive-compulsive.
Jika Asto menyerang susunan saraf dan menimbulkan
ketidakstabilan emosi, gerakan-gerakan involunter tangan yang
tidak teratur, kesulitan menulis dan berbicara, kecemasan, dan
perilaku agresif.
Kualitatif
 Metode latex
1. 1 tetes serum pada kontrol positif,negatif dan serum.
2. Masing masing kontrol dan test ditambahkan 1 tetes
reagen latex.
3. Homogenkan dan goyangkan selama 3 menit.
4. Amati ada atau tidaknya aglutinasi.
Interprestasi hasil :
Negatif (-) : tidak terbentuk aglutinasi
Positif (+) : terbentuk aglutinasi
Semi-kuantitatif
Dillution 1/2 1/4 1/8 1/16

Sample 100 mikron - - -


serum
Buffer 100 mikron 100 mikron 100 mikron 100 mikron

-> 100 mikron


-> 100 mikron
->
100 mikron
Volume of 50 mikron 50 mikron 50 mikron 50 mikron
sample
200 x no. 200 x 2 200 x 4 200x8 200x16
dilution
I.U./ml 400 800 1600 3200
Interprestasi hasil :
•Titter : pengenceran
tertinggi yang masih
menunjukkan
aglutinasi.
•Normalnya : < 200
I.U/ml.
 Diagnosa demam rematik/melewati beberapa fase dan
manifestasi klinisnya kurang spesifik. fase awal :
Penderita biasanya mengalami keluhan yang tidak khas,
seperti nyeri kerongkongan, demam, kesulitan makan dan
minum, lemas, sakit kepala, dan batukr.
 Demam rematik mulai bisa diindikasikan jika penderita
beberapa minggu kemudian mengalami keluhan dengan
keluhan yang lebih spesifik dan serius, terutama yang
berkaitan dengan sendi, jantung, dan saraf.
• Hasil positif palsu dapat diperoleh pada periode awal
dan akut penyakit rheumatoid arthritis, tonsilitas dan
beberapa penyakit infeksi Streptococcus lainnya.
• Keterlambatan dalam membaca hasil dapat
menyebabkan estimasi kadar antibodi yang berlebihan.
• Adanya kontaminasi zat lain pada kontrol, reagen dan
spesimen dapat memberikan hasil yang salah.
• Penggunaan sabun / detergen dalam membilas slide
test akan memberikan hasil yang salah.

 Sensitivitas analitik : 200 (± 50) IU/ml.


 Sensitivitas diagnostik : 98%
 Spesifitas diagnostik : 97%

Vous aimerez peut-être aussi