Vous êtes sur la page 1sur 20

ABSES PARU

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :


KHOIRUNNISA
MELANI SUDRAJAT
MELISA FAJRIANTI
YUSNIATI
DEFINISI

Abses paru adalah suatu akavitas


dalam jaringan paru yang berisi
material purulent berisikan sel radang
akibat proses nekrotik parenkim paru
oleh proses terinfeksi. Penelitian pada
penderita Abses paru nosokonial
ditemukan kuman aerob seperti
golongan enterobacteriaceae yang
terbanyak.
ETIOLOGI

Kuman atau bakteri penyebab terjadinya Abses paru


bervariasi sesuai dengan peneliti dan teknik penelitian
yang digunakan. Finegolal dan fisliman mendapatkan
bahwa organisme penyebab abses paru lebih dari 89 %
adalah kuman anaerob. Asher dan Beandry
mendapatkan bahwa pada anak-anak kuman penyebab
abses paru terbanyak adalah stapillococous aureus.
Infeksi karena aspirasi dari saluran napas.
Mikroorganisme penyebab dapat berasal dari
bermacam-macam basil dari flora mulut, hidung,
tenggorokan, termasuk aerob dan anaerob seperti
Streptokokus, spiroketa,dll), Obstruksi mekanik atau
fungsional bronki (tumor, benda asing atau stenosis
bronkial), Nekrotisasi pneumonia, Tuberkulosis,
PATOFISIOLOGI

Garry tahun 1993 mengemukakan terjadinya abses paru disebutkan


sebagai berikut :
 Merupakan proses lanjut pneumonia inhalasi bakteria pada
penderita dengan faktor predisposisi. Bakteri mengadakan
multiplikasi dan merusak parenkim paru dengan proses nekrosis.
Bila berhubungan dengan bronkus, maka terbentuklah air fluid
level bakteria masuk kedalam parenkim paru selain inhalasi bisa
juga dengan penyebaran hematogen (septik emboli) atau dengan
perluasan langsung dari proses abses ditempat lain (nesisitatum)
misal abses hepar.

 Kavitas yang mengalami infeksi. Pada beberapa penderita


tuberkolosis dengan kavitas, akibat inhalasi bakteri mengalami
proses keradangan supurasi. Pada penderita emphisema paru atau
polikisrik paru yang mengalami infeksi sekunder.
Continue…

 Obstruksi bronkus dapat menyebabkan pneumonia


berlajut sampai proses abses paru.
Hal ini sering terjadi pada obstruksi karena kanker
bronkogenik. Gejala yang sama juga terlihat pada
aspirasi benda asing yang belum keluar. Kadang-kadang
dijumpai juga pada obstruksi karena pembesaran
kelenjar limphe peribronkial.

 Pembentukan kavitas pada kanker paru.


Pertumbuhan massa kanker bronkogenik yang cepat
tidak diimbangi peningkatan suplai pembuluh darah,
sehingga terjadi likuifikasi nekrosis sentral. Bila terjadi
infeksi dapat terbentuk abses.
MANIFESTASI

Gejala klinis :

Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala
pneumonia pada umumnya yaitu:

 Panas badan
 Dijumpai berkisar 70% - 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai
dengan temperatur > 400C.
 Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga
abses dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk
yang khas (Foetor ex oroe (40-75%).
 Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40
– 75% penderita abses paru.
 Nyeri dada ( 50% kasus)
 Batuk darah ( 25% kasus)
CONTIUE..

 Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu


makan dan berat badan.
 Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses
konsolidasi seperti redup, suara nafas yang meningkat,
sering dijumpai adanya jari tabuh serta takikardi.
 Bervariasi dari batuk produktif ringan samapi penyakit
akut
 Demam dan batuk produktif dengan sputum bau tak
enak, sering mengandung darah.
 Pleurisy, atau nyeri dada dangkal, dispnea, kelemahan,
anoreksia, dan penurunan berat badan.
KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang timbul adalah :


 a. Empyema
 b. Abses otak
 c. Atelektasis
 d. Sepsis
PENATALAKSANAAN

Ada beberapa modalitas terapi yang diberikan


pada abses paru :
1. Medika mentosa
2. Drainage
3. Bedah
4. Temuan-temuan dalam riwayat kesehatan,
pemfis, ronsen dada, dan kulter sputum akan
menimbulkan tipe organism dan pengobatan.
ASUHAN KEPERAWATAN

 PENGKAJIAN
1. keluhan utama :
pada klien abses paru meliputi batuk, sputum purulen dan berbau,
demam, dan menggigil dengan suhu >40C, dan sesak nafas.
2. Riwayat kesehatan :
sekarang : Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan abses paru
bervariasi pada tingkat dan lamanya, dari mulai batuk-batuk saja
sampai penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat.
Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit 1-3 minggu dengan
gejala demam dan menggigil. Jika abses terletak dekat pleura,
mungkin terdapat nyeri dada. Sesak nafas yang dialami biasanya
tidak berat kecuali kalau peradangannya luas. Tanda lain yang
didapatkan adalah rendahnya nafsu. makan, penurunan BB, dan
lemah badan.
Dahulu :
Biasanya didapat keluhan malaise, penurunan BB,
panas badan yang ringan, dan batuk yang produktif.
Adanya riwayat penurunan kesadaran berkaitan
dengan sedasi, trauma, dan serangan epilepsy.
Riwayat penyalahgunaan obat yang mungkin
teraspirasi asam lambung saat berada dalam
keadaan tidak sadar atau hanya emboli bakteri di
paru akibat suntikan obat.
3. Pemeriksaan fisik dada
Inspeksi : Pergerakan pernafasan menurun, tampak
sesak nafas dan kelelahan
Palpasi : Adanya fremitus raba yang meningkat di
daerah yang terinfeksi panas badan yang meningkat
diatas normal, takikardi, naiknya tekanan vena jugularis
(JVP), sesak nafas, adanya jari tabuh,
Perkusi : Terdengar keredupan pada daerah yang
terinfeksi
Auskultasi: Pada daerah sakit terdengar suara nafas
bronkhial disertai suara tambahan kasar sampai halus.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d
penumpukan sekret
 Ketidak efektifan pola nafas b.d pertukaran gas
 Nyeri b.d peradangan paru
3. INTERVENSI
 Dx.1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan sekret
 Tujuan :
 Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.

 Kriteria hasil :
menunjukan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas (batuk yang
efektif dan mengeluarkan secret.)

 Rencana Tindakan :
 1) Kaji /pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi dan ekspirasi
 2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas bronkhial
 3) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, Tinggi kepala tempat tidur dan
duduk pada sandaran tempat tidur
 4) Bantu latihan nafas abdomen
 5) Observasi karakteriktik batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya
batuk
Cont…

 6) Tingkatan masukan cairan sampi 3000


ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan
hangat dan masukan cairan antara sebagai
penganti makan
 7) Berikan obat sesuai indikasi
 8) Ajarkan dan anjurkan fisioterapi dada,
postural drainase
 9) Awasi AGD, Foto dada
 10) Kolaborasi: Bronkodilator, Antibiotika,
Drainase Bronkoskopi
Dx. 2 Ketidak efektifan pola nafas b.d pertukaran gas
 Tujuan :
 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

 Kriteria :
 GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12- 20x/mt, bunyi
nafas bersih, tidak ada batuk, frekuensi nadi 60-100x/mt, tidak dispneu.

 Rencana Tindakan :
 1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat penggunaan
otot aksesori, ketidakmampuan berbincang
 2) Tingikan kepala tempat tidur dan bantu untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan sesuai
kebutuhan dan toleransi.
Cont..

 3) Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna


membran mukosa
 4) Dorong untuk pengeluaran sputum/ penghisapan
bila ada indikasi
 5) Awasi tingkat kesadaran / status mental
 6) Awasi tanda vital dan status jantung
 7) Berikan oksigen tambahan dan pertahankan
ventilasi mekanik dan Bantu intubasi
Dx. 3 Nyeri b.d peradangan paru
 Tujuan :
Menyatakan nyeri hilang/terkontrol

 Kriteria hasil :
1) Menunjukkan perilaku rilek
2) Bisa istirahat/tidur
3) Peningkatan aktifitas dengan tepat

 Rencana tindakan :
1) Tentukan karakteristik nyeri: PQRST
2) Pantau tanda vital
3) Berikan tindakan nyaman: pijatan punggung, perubahan posisi, relaksasi dan
distraksi
4) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk
5) Kolaborasi: Analgetik
EVALUASI

 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas dapat


teratasi
 Ketidak efektifan pola nafas pasien dapata
teratasi
 Pasien dapat melakukan mobilitas secara
normal
 Pasien dapat mengetahui tentang peyakit
yang di deritanya
 Nyeri pasien dapat teratasi
TERIMAKASIH

Vous aimerez peut-être aussi