Vous êtes sur la page 1sur 19

ANTI PHOSPOLIPID

SYNDROME (APS)
Destri Sulasti 201551329
Umam nur kholis 201451434
DEFINISI APS

 SindromAntibodi Antifosfolipid (Antiphospholipid


Antibody Syndrom)/APS adalah gangguan autoimun
yang berarti gangguan pada sistem pembekuan darah
yang dapat menyebabkan thrombosis pada arteri dan
vena serta dapat menyebabkan gangguan pada
kehamilan yang berujung pada keguguran.
PENYEBAB APS
 Disebabkan karena produksi antibodi sistem kekebalan
tubuh terhadap membran sel. Sering disebut juga
sebagai sindrom Hughes untuk menghargai jasa
penemunya Rheumatologis Dr Graham R.V. Hughes
(Rumah Sakit St Thomas, London, Britania Raya).
EPIDEMIOLOGI
 Antibodi antifosfolipid dijumpai sejak usia muda, prevalensi ACA dan
LA pada subyek control sehat adalah 1-5%. Sebagaimana
autoantibody lainnya, prevalensi antibodi antifosfolipid meningkat
seiring dengan bertambah umur, khususnya di antara pasien usia
lanjut dengan penyakit kronis penyerta.
 APS dapat berkembang dalam 20 tahun pada 50-70% pasien baik
dengan lupus eritematosus sistemik maupun antibody antifosfolipid.
Meskipun demikian, hampir 30% pasien lupus eritematosus sistemik
dan dengan antibody antikardiolipin, sedikit sekali menunjukkan
bukti klinis APS pada pemantauan sekitar 7 tahun.
PATOGENESIS
 Manifestasi klinis APS adalah trombosis vena atau arteri
berulang dan/atau kehilangan janin (fetal loss). Hasil
laboratorium APS menunjukkan peningkatan yang menetap
dari jumlah antibodies directed against membrane anionic
phospholipid (misalnya aCL dan antifosfatidilserin); atau yang
berkaitan dengan protein plasma, terutama beta-2
glikoprotein I (apolipoprotein H); atau bukti adanya
antikoagulan dalam sirkulasi.
 Bukti terbaru mengatakan beta-2 glikoprotein I teroksidasi
dapat berikatan dan mengaktivasi sel dendritik dengan
cara yang sama seperti aktivasi yang dipicu oleh Toll-like
receptor 4 (TLR-4), yang dapat meningkatkan produksi
autoantibodi.
MEKANISME LAIN…
Mekanisme lain yang mungkin untuk terjadinya hiperkoagulasi dari
antibodi aPL adalah:
 produksi antibodi yang melawan faktor koagulasi, meliputi
protrombin, protein C, protein S, dan anneksin,
 aktivasi trombosit untuk meningkatkan penempelan endotel, aktivasi
endotel vaskuler yang dapat memfasilitasi pengikatan trombosit
dan monosit,
 reaksi antibodi untuk mengoksidasi low density low protein, yang
menjadi predisposisi terjadinya arterosklerosis dan infark miokardium.
Bukti baru menyatakan bahwa aktivasi komplemen yang dimediasi
oleh APL, kemungkinan merupakan penyebab primer kejadian
abortus.
PEMBEKUAN DARAH
 Beberapa jenis protein yang berperan dalam proses pembekuan
darah, ternyata menjadi target yang diserang oleh antibodi
phospholipid. Akibatnya, darah mudah membeku. Selain itu,
antibodi phospholipid juga dapat menyerang protein yang
terdapat sel endotel, yaitu sel-sel yang melapisi permukaan dinding
pembuluh darah. Akibatnya permukaan pembuluh darah rusak dan
memicu pembentukan bekuan darah. Antibodi phospholipid juga
merangsang penggumpalan sel-sel pembekuan darah atau disebut
Trombosis.
 Penderita APS, dapat mengalami keguguran berulang karena
darah pembawa nutrisi untuk janin terhambat, tidak dapat masuk
ke dalam rahim. Keguguran dapat terjadi pada awal kehamilan
atau pada usia kehamilan 3 bulan. Gejala lain yang dapat muncul
adalah terjadinya pre-eclampsia (tekanan darah meningkat secara
drastis)
ANTIBODI ANTIPHOSPHOLIPID
(APL)
Antibodi Antiphospholipid (aPL) merupakan auto antibodi yang
ditemukan pada plasma/serum dalam solid-phase immunoassay.
Antibodi aPL utama yang berhubungan dengan APS terdiri dari :
 Antibodi aCL / antibodi lain yang menyerang bagian negatif
fosfolipid : Phosphatidylserine, Phosphatidylinositol phosphatidic
acid, Phosphatidyl glycerol;
 Lupus anticoagulants (LAs), dan
 Anti-beta2 glycoprotein I (anti-β-2GPI)
PENYEBAB ANTIFOSFOLIPID
ANTIBODI SYNDROME
 terjadi jika sistem kekebalan tubuh membuat antibodi
(protein) yang menyerang fosfolipid. Hal ini tidak dapat
diturunkan dari generasi ke generasi. Antibodi antifosfolipid
diperkirakan memiliki interaksi dengan sistem pembekuan
tubuh, sehingga orang cenderung untuk mengalami
trombosis vena dalam (pembentukan gumpalan darah atau
trombus, biasanya dalam vena kaki) dan trombosis arteri
(gumpalan di pembuluh darah). Gumpalan ini dapat
menyebabkan serangan jantung dan stroke. Antibodi
antifosfolipid disebut Lupus antikoagulan dan antibodi
antikardiolipin.
PENYEBAB ANTIFOSFOLIPID
ANTIBODI SYNDROME
 Faktor risiko lain untuk terjadinya APS termasuk Rheumatoid arthritis,
sindrom Scheel, dan sindrom Sjogren. Antibiotik obat seperti
Hydralazine (untuk tekanan darah), kina (untuk kram kaki), dan
kadang-kadang juga dapat menyebabkan APS.
 APS menyebabkan orang merasa lelah, sakit pada persendian,
akan tetapi pada bisa juga tidak memiliki gejala-gejala tersebut.
Kadang kala APS juga diasosiasikan dengan penyakit yang disebut
Systemic Lupus Erythematosis (SLE).
EFEK APS
Masalah-masalah yang dapat ditimbulkan oleh antibodi APS ini antara
lain:
 Keguguran berulang pada kehamilan awal
 Keguguran setelah semester pertama (13 minggu)
 Pre-eclampsia dalam kehamilan
 Bayi berukuran kecil
 Thrombosis pada pembuluh darah balik (vena)
GEJALA DAN TANDA
Tanda dan gejala pembekuan darah utama termasuk :
 Nyeri dada dan sesak napas.
 Nyeri, kemerahan, terasa panas, dan pembengkakan pada tungkai.
 Sakit kepala yang sedang berlangsung.
 Perubahan cara bicara.
 Ketidaknyamanan tubuh bagian atas pada lengan, punggung, leher, dan
rahang.
 Mual (merasa sakit perut).
Gejala stroke seperti bicara cadel, kelumpuhan, mati rasa, kelemahan,
kehilangan penglihatan, dan masalah menelan bisa terjadi. Bagian lain dari
tubuh yang terganggu termasuk paru-paru, saluran pencernaan, ginjal, dan
kulit. Wanita hamil dapat menderita aborsi secara spontan, dan sistem darah
dapat terganggu, sehingga mengalami anemia (jumlah sel darah merah
yang rendah) atau trombositopenia (jumlah trombosit yang rendah).
KRITERIA KLINIK
Kriteria klinik :
1. Trombosis vaskular
Satu atau lebih episode klinis trombosis arteri, vena atau pembuluh
darah kecil.
2. Gangguan kehamilan
a. Satu atau lebih kematian janin normal yang tak dapat dijelaskan
di kehamilan di atas 10 minggu.
b. Satu atau lebih kelahiran prematur janin normal sebelum
kehamilan 34 minggu yang disebabkan oleh : (i) pre eklampsia atau pre-
eklampsia berat (ii) insufisiensi plasenta.
c. Tiga atau lebih kejadian abortus spontan secara berturutan
sebelum masa kehamilan 10 minggu dengan pengecualian sebab
kelainan anatomi maternal atau kelainan hormonal dan kromosom
paternal dan maternal.
KRITERIA LABORIK
 Terdapatnya lupus antikoagulan (LA) dalam plasma, pada 2 kali
atau lebih pemeriksaan sedikitnya dengan perbedaan waktu 12
minggu.
 Terdapat Ig G dan/atau Ig M Anticardiolipin antibody (aCL) dalam
serum atau plasma, dengan titer sedang atau tinggi ( >40 GPL atau
MPL, atau > persentil 99) pada 2 kali atau lebih pemeriksaan,
sedikitnya dengan perbedaan waktu 12 minggu. Anti β2GP1
kemudian juga ditambahkan ke dalam kriteria.
PENCEGAHAN APS
 Antibodi antifosfolipid menekan kadar zat yang disebut annexin V
dan mempercepat pembekuan darah serta memicu bekuan darah
(trombosis) sehingga terjadi keguguran. Antibodi terhadap
antifosfolipid juga mengganggu peran pengaturan berbagai faktor
dalam sistem pembekuan darah.
 Untuk mencegah terjadinya abortus akibat APS, maka Ibu hamil
diberikan suntikan obat antikoagulan yang disebut Heparin, dengan
atau tanpa kombinasi dengan Aspirin dosis rendah. Antikoagulan
yang diberikan memang harus dengan pemberian heparin yang
disuntikkan dan pada kehamilan tidak boleh digunakan obat-obat
antikoagulan yang diminum seperti Warfarin (Sintrom, Simarck-2)
karena dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya.
PENATALAKSANAAN APS
Manajemen anestetik APS meliputi:
 Pasien APS mungkin mengalami trombositopenia signifi kan, sehingga teknik
 anestesi regional tidak dianjurkan.
 Pada pasien yang mendapatkan antikoagulan, penggunaan teknik anestesi
 regional diperbolehkan apabila fungsi koagulasi normal.
 Jika fungsi koagulasi di bawah normal, dilakukan anestesi umum dengan
kombinasi fentanyl dan ketamine pada patient-controlled analgesic (PCA).
 Diberikan tromboprofi laksis standar dengan unfractioned heparin kurang lebih 4
jam setelah dosis heparin sebelum melakukan anestesi spinal/epidural.
 Bila ada waktu, lakukan anestesi epidural, bila mendadak, lakukan anestesi
spinal.
 Hati-hati pada anestesi umum, karena be-risiko tinggi untuk terjadinya trombosis
vena.
PENGOBATAN PSA
 Perempuan hamil dengan antibodi anftifosfolipid positif dan riwayat
dua atau lebih kehingalan kehamilan dari atau satu atau lebih
kehilangan kehamilan akhir, preklamasi, pertumbuhan janin
terlambat, atau abrupsio. Dengan pemberian aspirin anterpartum
ditambah dengan profilaksis heparin dosis kecil atau sedang.
 Perempuan hamil dengan antifosfolipid positif tanpa riwayat
tromboemboli vean atau kehilangan kehamilan harus di
pertimbangkan mempunyai peningkatan rid\siko timbulnya
trombosis vena dan, barangkali, kehilangan kehamilan.Pendekatan
yang dapatv dilakukan adalah observasi,pemberian heparin dosis
kecil, profilaksi LMWH, dan/aspirin dosis rendah, 75-167 mg sehari.
PENGOBATAN PSA
 Pasien dengan APLA dan riwayat trombosis vena, pada umumnya
mendapat antikoagualan oral jangka panjang oleh karena risiko
kambuh yang tinggi.Selama dalam masa kehamilan, di samping
pemberian aspirin dosis mini direkomendasikan dosis terapi LMWH atau
UFH .Saat pascapartum, terapi antikoagualan oral jangka panjang
dilanjutkan
 Perempuan homozygous MTHFR variantermolabil ( C677T) ,disarnakan
pemberian suplemen asam folat sebelum konsepsi atau, jika telah
hamil, secepat mungkin dan selama kehamilan.
 Perempuan dengan suatu trombofilia kongenital dan keguguran
berlulang pada trimester kedua atau setelahnya, preeklampsi berulang
atau hebat, atau abruksio, disarankan pemberian aspirin dosis mini
disamping profilaksis UFH atau MLWH dosis kecil.Saat pascapartum, juga
disarankan pemberian antikoagulan pada perempuan ini.
Sekian dan Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi