Vous êtes sur la page 1sur 38

PSIK STIKes MADANI

YOGYAKARTA
2017
 Perkembangan Sejarah Obat
 Ilmu-ilmu yg berkaitan
 Aksi obat
 Macam-macam efek
 Efek pengulangan atau penggunaan obat yang lama
 Efek penggunaan obat campuran
 Faktor yang memodifikasi aksi obat
Perkembangan Sejarah Obat

Obat pertama kali yang digunakan berasal dari


tanaman / jamu. Dianggap kurang
memuaskan, mulai melakukan isolasi zat aktif

Menghasilkan serangkaian zat-zat kimia


sebagai obat :
Efedrin : Ephedra vulgaris
Atropin : Atropa belladona
Morfin : Papaver somniferum
Digoksin : Digitalis lanata
Reserpin : Rauwolfia serpentina
Vinblastin dan vinkristin : Vinca rosea
 Obat Adalah ialah semua zat, baik
kimiawi, hewani maupun nabati, yang
dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau
mencegah penyakit berikut gejala-
gejalanya (Tentunya Dengan Izin Allah
Azza Wa Jalla).
 Farmakologi Adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan
obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi, fisika,
kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasibnya dalam organisme
hidup
 Farmakognosi : pengetahuan dan pengenalan obat yang
berasal dari tanaman, mineral dan hewan.
 Biofarmasi : ilmu yang mempelajari pengaruh pembuatan
sediaan farmasi terhadap efek terapeutik obat.
 Farmakokinetik : segala proses yang dilakukan tubuh
terhadap obat berupa absorpsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi.
Definisi – Definisi
Dalam Farmokologi

 Farmakodinamik : mempelajari kegiatan obat


terhadap organisme hidup terutama cara dan
mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek
terapi yang ditimbulkan.
 Farmakoterapi : mempelajari penggunaan obat
untuk mengobati penyakit atau gejalanya.
▪ Phytoterapi : menggunakan zat-zat dari tanaman untuk
mengobati penyakit.
 Toksikologi : pengetahuan tentang efek racun dari
obat terhadap tubuh.
 Farmakologi klinik : cabang farmakologi yang
mempelajari efek obat pada manusia.
Farmakope

 Farmakope adalah buku resmi yang


ditetapkan hukum dan memuat
standarisasi Obat-obat penting,
persyaratannya akan identitas,
kadar kemurnian serta metode
analisa dan resep sediaan farmasi

 ForNas adalah Buku yang memuat


komposisi dari beberapa ratus
sediaan farmasi
 Cara obat menimbulkan efek:
a. Mengadakan stimulasi atau depresi fungsi
spesifik dr sel.
b. Mempengaruhi atau menghambat aktivitas
seluler dari sel-sel asing thd tuang rmh/host.
c. Merupakan terapi pengganti.
d. Menimbulkan aksi nonspesifik seperti reaksi kulit
thd obat yg menimbulkan iritasi.
 Ikatan obat-reseptor : ikatan ion, hidrogen,
hidrofobik, van der waals, kovalen.
 Struktur kimia suatu obat berhubungan
erat dengan afinitasnya thd reseptor
 Hubungan dosis dengan intensitas efek
D+R DR + Efek
Intensitas efek obat berbanding lurus
dengan fraksi reseptor yang diduduki
 Dalam menimbulkan efek, obat tertentu
tdk berikatan dg reseptor :
- Mengubah sifat cairan tubuh : antasid, Na
bikarbonat dlm membasakan urin
- Berinteraksi dg ion : CaNa2 EDTA dlm
mengikat Pb2+
- Masuk ke komponen sel : 5-FU, AB, anti
kanker.
 Efikasi : respon maksimal yang dihasilkan oleh suatu
obat, tergantung pada jumlah kompleks obat-reseptor
yang terbentuk.
 Potensi : suatu ukuran berapa banyak obat
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu respon
tertentu. Makin rendah dosis yang dibutuhkan untuk
suatu respon yang diberikan, makin poten obat
tersebut.
 Indeks terapi : rasio dari dosis yang menghasilkan
toksisitas dengan dosis yang menghasilkan suatu
respon yang efektif
 IT : dosis toksik/dosis efektif
 Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah,
dengan cara diminum misalnya obat penurun
panas, sedang
 efek lokal adalah efek obat yang bekerja pada
tempat dimana obat itu diberikan, misalnya
salep.
 a. Oral, yaotu penggunaan obat melalui mulut dan masuk perut.
 b. Sublingual, yaitu tablet diletakkan di bawah lidah.
 c. Bukal, yaitu tablet diletakkan di antara gusi dan pipi.
 d. Injeksi atau parenteral.
 e. Implamasi subkutan, yaitu tablet (pellet) kecil steril dimasukkan di
bawah lapisan kulit dengan alat trokar.
 f. Rectal, yaitu tablet khusus atau supositoria dimasukkan ke dalam
dubur.
 a. Inhalasi, yaitu larutan obat disemprot kedalam mulut atau hidung
dengan suatu alat seperti inhaler, vaporizer, nebulizer atau aerosol.
 b. Penggunaan obat pada mukosa seperti mata, telinga, hidung, vagina,
dan sebagainya dengan obat tetes, busa, dan sebagainya.
 c. Penggunaan pada kulit dengan salep, krim, losion. Dan sebagainya.
Umumnya obat memiliki efek atau aksi lebih dari satu, dan
efek itu dpt berupa:
1. Efek terapi: ialah efek atau aksi yang merupakan satu-
satunya pada letak primer. Ada tiga macam pengobatan
terapi, yaitu :
a. Terapi kausal, ialah obat yang meiadakan penyebab
penyakit.
b. Terapi simtomatik, ialah obat yang menghilangkan atau
meringankan gejala penyakit.
c. Terapi substitusi, ialah obat yang menggantikan zat yang
lazim dibuat oleh orang yang sakit.
2. Efek samping
 Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang
merugikan atau membahayakan pasien dari suatu pengobatan. Efek
samping tidak mungkin dihindari/ dihilangkan sama sekali, tetapi dapat
ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari factor-
faktor resiko yang sebagian besar sudah diketahui.
 Beberapa contoh efek samping misalnya:
 Reaksi alergi akut (alergi seketika) karena pemberian antibiotik penisilin
 Hipoglikemia berat karena pemberian insulin
 Osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama
 Rasa mual dan pusing
 Dan sebagainya.
 3. Efek teratogen, ialah efek obat yang pada dosis terpetik untuk
ibu mengakibatkan cacat pada janin, misalnya fokomolia (kaki
dan tangan bayi seperti kepunyaan anjing laut).
 4. Efek toksis, ialah aksi tambahan dari obat yang lebih berat
disbanding efek samping dan merupakan efek yang tidak
diinginkan. Tergantung dengan besarnya dosis obat dapat
diperoleh efek terapi atau efek toksis.
 5. Idiosinkrasi, ialah efek suatu obat yang secara kualitatif
berlainan sekali dengan efek terapi normal.
 6. Fotosensitasi, ialah efek kepekaan yang berlebihan terhadap
cahaya yang timbul akibat penggunaan obat. Contohnya ialah
akibat penggunaan Bithionol sebagai antiseptika local.
 1. Reaksi hipersensitif = suatu reaksi alergik merupakan respon abnormal; terhadap obat
atau zat dimana pasien sebelumnya telah kontak dengan obat tersebut sehingga
berkembang timbulnya antibody.
 2. Kumulasi = suatu fenomena pengumpulan obat dalam badan sebagai akibat
pengulangan penggunaan obat, dimana obat diekskresikan lebih lambat dibanding
kecepatan adsorpsi.
 3. Toleransi = suatu fenomena berkurangnya respon terhadap dosis obat yang sama. Untuk
memperoleh respon yang sama perlu dosisnya diperbesar. Ada tiga macam toleransi,
 a. Toleransi primer, ialah toleransi bawaan yang terdapat pada sebagian orang dan
binatang.
 b. Toleransi sekunder, ialah toleransi yang diperbolehkan akibat penggunaan obat yang
sering diulangi.
 c. Toleransi silang, ialah toleransi yang terjadi akibat penggunaan obat-obat yang
mempunyai struktur kimia yang serupa, dapat pula terjadi antara zat-zat yang berlainan,
misalnya alcohol dan barbital.
 4. Takhifilaksis = suatu fenomena berkurangnya kecepatan respon terhadap
aksi obat pada pengulangan penggunaan obat dalam dosis yang sama.
Respon mula-mula tidak terulang meskipun dengan dosis yang lebih besar.
 5. Habituasi = suatu gejala ketergantungan psikhologik terhadap suatu obat (
psychological dependence ).
 a. Selalu ingin menggunakan obat.
 b. Tanpa atau sedikit kecenderungan untuk menaikkan dosis.
 c. Timbul beberapa ketergantungan psikhik.
 d. Memberi efek yang merugikan pada suatu individu.
 Habituasi terjadi melalui beberapa cara, yaitu :
 a. Induksi enzim, yaiut obat menstimulasi suatu enzim untuk menguraikan
obat tersebut.
 b. Reseptor-reseptor sekunder, yang dibentuk khusus oleh obat tertentu,
misalnya Morfin.
 c. Penghambatan resorpsi pada penggunaan obat per oral.
 6. Adiksi = suatu gejala ketergantungan psikhologik dan fisis terhadap
obat.
 a. Ada dorongan untuk selalu menggunakan suatu obat.
 b. Ada kecenderungan untuk selalu menaikkan dosis.
 c. Timbul ketergantungan psikhik dan biasanya diikuti ketergantungan
fisik.
 d. Merugikan terhadap individu maupun masyarakat.
 7. Resistensi terhadap bakteri.
 Pada penggunaan antibiotic untuk penyakit infeksi dapat terjadi obat
tidak mampu bekerja lagi untuk membunuh, menghambat
perkembangan bakteri tertentu.
 1. Adisi = campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama
menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek masing-masing
obat secara terpisah pada pasien.
 2. Sinergis = campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama
dengan alsi proksimat yang sama, menimbulkan efek, yang lebih besar
daripada jumlah efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien.
 3. Potensiasi = campuran obat atau obat yang diberikan secara bersama-
sama dengan aksi-aksi yang tidak sama diberikan pada pasien,
menimbulkan efek lebih besar daripada efek masing-masing obat secara
terpisah pada pasien.
 4. Antagonis = campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama
pada pasien yang menimbulkan efek yang berlawanan aksi dari salah
satu obat, mengurangi efek dari salah satu obat yang lain.
 5. Interaksi obat = fenomena yang terjadi bila efek suatu obat dimodifikasi oleh
obat lain yang tidak sama atau sama efeknya dan diberikan sebelum atau
bersama-sama. Interaksi obat dapat berlangsung dengan beberapa cara, antara
lain :
 a. Interaksi kimia, contih : Fenitoin diikat oleh Kalsium, Tetraksiklin oleh logam
valensi dua.
 b. Kompetisi untuk protein plasma, contoh : Salisilat, Fenilbutazon dan
Indometazin mendesak ikatan obat lain pada protein, hingga memperkuat
khasiat obat tersebut.
 c. Induksi enzim, obat menstimulasi pembentukan enzim hati, lalu menimbulkan
obat tersebut cepat dieliminasi dan juga mempecepat perombakan obat lain.
Contoh : Hipnotika memperlancar biotransformasi antikoagolasia dan
antidepresif trisiklis hingga memperlemah efek obat tersebut.
 d. Inhibisi enzim, obat mengganggu fungsi hepar dan enzim-enzimnya. Contoh :
alcohol dapat memperkuat obat lain.
1. Berat Badan
Dosis orang yang kurang beratnya adalah lebih kecil atau ditentukan dalam kilogram berat
badan
2. Umur
Ada beberapa hal yang mempengaruhi ADME pada bayi yang baru lahir.
a. Beberapa sistem enzim pada bayi belum berkembang sempurna, sistem metabbolisme
obat dalam saluran pencernaan, fungsi hati dan ginjal baru berkembang setelah satu bulan,
akibatnya:
-absorbsi berjalan lambat
-timbul retensi obat di dalam badan
b. Fungsi ginjal belum sepenuhnya berkembang
c. Prosentase air badan total dari berat badan total lebih besar dibandingkan pada anak
yang lebih tua. Oleh karena itu volume distribusi obat pada bayi lebih besar dari pada anak
yang lebih tua.
Pada pasien geriatri perlu diperhatikan tentang umur biologik pasien dan perubahan aksi
obat karena hal tersebut disebabkan oleh:
-kecepatan filtrasi glomeruli dan sekresi tubuh akan berkurang pada orang tua dan juga
kecepatan metabolisme obat
-kemampuan mengakomodasi untuk penstabilan homeostasis menurun
 3. Jenis Kelamin
Wanita lebih peka terhadap efek katartik tertentu daripada
pria. Respon terhadap Tolbutamide oleh wanita lebih baik
daripada pria.
4. Kondisi Patologik Pasien
a. Penderita hipokalemia lebih peka terhadap digitalis
dibanding keadaan darah kaliumnya normal.
b. Penderita hipertiroid memerlukan dosis Luminal yang
lebih tinggi untuk memperoleh efek peredaran daripada
orang normal
c. Penderita lebih peka terhadap obat
5. Idiosinkrasi
Merupakan respon abnormal yang sukar dijelaskan.
1. Sebutkan Macam-macam Efek Obat!
2. Jelaskan Mekanisme Aksi Obat (Non-Spesifik)!
3. Jelaskan Faktor yang mempengaruhi obat beserta
contohnya pada orang yang hidup di komunitas
Asrama!
4. Sebutkan dan Jelaskan dosis efektif dan dosis
toksik pada tanaman herbal; Bunga kencana ungu,
Bawang putih, Daun Tin (Ara) pada manusia!
5. Sebutkan macam-macam obat yang diatur dalam
buku Farmakope!

Vous aimerez peut-être aussi