Vous êtes sur la page 1sur 27

Monoclonal Antibodies

Waliza Ansar and Shyamasree Ghosh

Heny Luthfiany
Rizky Wulandari
Sarah A. Oktaviyani
Ardini Enggarwati
Pokok Bahasan
1. Pendahuluan
– Pengertian
– Struktur
– Sejarah
– Latar Belakang

2. Pembahasan
– Abstrak
– Metodologi
– Mekanisme Kerja
– Aplikasi Terapi
Pengertian
Antibodi monoklonal adalah antibodi
monospesifik yang dapat mengikat satu epitop
saja. Antibodi monoklonal ini dihasilkan dengan
teknik hibridoma.
Struktur
Sejarah
Sebelum ditemukannya teknologi Pada tahun 1975, diperkenalkan cara
antibodi monoklonal, antibodi baru untuk membuat antibodi
diperoleh dengan cara konvensional dengan mengimunisasi hewan
yakni mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel limfositnya
percobaan, mengambil darahnya dan difusikan dengan sel mieloma,
mengisolasi antibodi dalam serum sehingga sel hibrid dapat dibiakkan
sehingga menghasilkan antibodi terus dan membuat antibodi yang
poliklonal. Apabila dibutuhkan homogen yang diproduksi oleh satu
antibodi dalam jumlah besar maka klon sel hibrid.
binatang percobaan yang dibutuhkan
juga sangat besar jumlahnya.
Latar Belakang
Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang
dapat mengikat satu epitop saja. Antibodi monoklonal ini
dapat dihasilkan dengan teknik hibridoma. Mereka dapat
mengenali dan mengikat ke antigen yang spesifik. Hasil
penggabungan sel ini adalah hibridoma, yang akan terus
memproduksi antibodi.

Antibodi monoklonal mengenali setiap determinan yang


antigen (bagian dari makromolekul yang dikenali oleh
sistem kekebalan tubuh / epitope). Mereka menyerang
molekul targetnya dan mereka bisa memilah antara
epitope yang sama.
Abstrak
Antibodi monoklonal (MAbs) merupakan aplikasi di
bidang imunologi, bioteknologi, biokimia, dan biologi
terapan. Produksi antibodi monoklonal menggunakan
teknologi hibridoma ditemukan pada tahun 1975 oleh
Georges Kohler dari Jerman Barat dan Cesar Milstein dari
Argentina. Baru-baru ini, MAbs telah banyak diterapkan di
bidang kedokteran klinis. Saat ini, MAbs digunakan
perawatan terapi baru untuk kanker payudara, leukemia,
arthritis, penolakan transplantasi, asma, dan psoriasis.
Dalam ulasan ini, diuraikan (i) produksi MAbs, (ii)
penerapan MAbs, (iii) rekayasa antibodi, dan (iv) aplikasi
farmasi dari MAbs.
Metodologi
1. Imunisasi tikus
Tikus diimunisasi dengan antigen tertentu untuk menghasilkan
antibodi yang diinginkan. Tikus kemudian dimatikan, kemudian
limpanya digunakan sebagai sumber sel yang akan digabungkan
dengan sel myeloma.

2. Fusi sel limpa kebal dan sel mieloma


Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limpa yang membuat antibodi
akan cepat mati, sedangkan sel mieloma yang dapat dibiakan terus
menerus. Fusi sel dapat menciptakan sel hibrid yang terdiri-dari
gabungan sel limpa yang dapat membuat antibodi dan sel mieloma
yang dapat dibiakan terus-menerus, sehingga sel hibrid dapat
memproduksi antibodi secara terus-menerus dalam jumlah yang tidak
terbatas secara in vitro.
Metodologi
3. Eliminasi Sel Induk yang Tidak Berfusi
Frekuensi terjadinya hibrid sel limpa-sel mieloma biasanya rendah, karena itu
penting untuk mematikan sel yang tidak fusi yang jumlahnya lebih banyak
agar sel hibrid mempunyai kesempatan untuk tumbuh dengan cara
membiakkan sel hibrid dalam media selektif yang mengandung hypoxanthine,
aminopterin, dan thymidine (HAT).

Aminopterin menghambat jalur biosintesis purin dan pirimidin sehingga


memaksa sel menggunakan salvage pathway. Seperti kita ketahui bahwa sel
mieloma mempunyai kelainan untuk mensintesis nukleotida yaitu sel
mieloma yang tidak mempunyai enzim timidin kinase atau hypoxanthine
phosphoribosyl transferase, sehingga sel mieloma yang tidak berfusi, karena
tidak mempunyai enzim timidin kinase atau hypoxanthine
phosphonibosyltransferase akan mati, sedangkan sel hibrid karena
mendapatkan enzim tersebut dan sel mamalia yang difusikan dapat
menggunakan salvage pathway, sehingga tetap hidup dan berkembang.
Metodologi
4. Isolasi dan Pemilihan Klon Hibridoma
Sel hibrid dikembangbiakkan sedemikian rupa, sehingga tiap sel hibrid
akan membentuk koloni homogen yang disebut hibridoma. Tiap koloni
kemudian dipelihara terpisah satu sama lain. Hibridoma yang tumbuh
diharapkan mensekresi antibodi ke dalam medium, sehingga antibodi
yang terbentuk bisa diisolasi.

Umumnya penentuan antibodi yang diinginkan dilakukan dengan cara


enzyme linked immunosorbent assay (EL1SA) atau radioimmunoassay
(RIA). Pemilihan klon hibridoma dilakukan dua kali, pertama adalah
dilakukan untuk memperoleh hibridoma yang dapat menghasilkan
antibodi; dan yang kedua adalah memilih sel hibridoma penghasil
antibodi monoklonal yang potensial menghasilkan antibodi
monoklonal yang tinggi dan stabil.
Metodologi
Antibodi Monoklonal Generasi Baru

• Beberapa antibodi monoklonal yang digunakan sebagai


pengobatan yang berasal dari sel mencit/tikus sering
menimbulkan reaksi alergi pada pasien yang menerima
terapii antibody monoclonal tersebut.
• Untuk mengatasi masalah tersebut, maka para peneliti
melakukan pengembangan antibody monoclonal yang
memiliki sedikit efek penolakan dari system imun
pasien. Pengembangan tersebut menciptakan
antibodimonoklonal generasi baru, antara lain :
a. Chimeric Monoclonal Antibodies

Antibodi monoklonal ini dibuat melalui teknik rekayasa genetika


untuk menciptakan suatu mencit atau tikus yang dapat
memproduksi sel hibrid mencit-manusia. Bagian variabel dari
molekul antibodi, termasuk antigen binding site, berasal dari
mencit, sedangkan bagian lainnya, yaitu bagian yang konstan
berasal dari manusia. Salah satu contoh antibodi monoklonal
yang struktur molekulnya terdiri dari 66% manusia adalah
Rituximab.
b. Humanized Monoclonal Antibodies

• Humanized antibodies adalah antibodi dari spesies non-


manusia yang sekuens proteinnya telah dimodifikasi untuk
meningkatkan kesamaan mereka pada varian antibodi yang
dihasilkan secara alami pada manusia.
• Antibodi ini dibuat sedemikian rupa sehingga bagian protein
yang berasal dari mencit hanya terbatas pada antigen binding
site saja, sedangkan bagian yang lainnya yaitu bagian variabel
dan bagian konstan berasal dari manusia. Antibodi
monoklonal yang struktur molekulnya terdiri dari 90%
manusia tersebut adalah Alemtzumab.
c. Fully Human Monoclonal Antibodies

Antibodi ini merupakan antibodi yang paling ideal untuk


menghindari terjadinya respon imun karena protein antibodi yang
disuntikkan ke dalam tubuh seluruhnya merupakan protein yang
berasal dari manusia. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk
merancang pembentukan antibodi monoklonal yang seluruhnya
mengandung protein manusia tersebut adalah dengan teknik
rekayasa genetika untuk menciptakan mencit transgenik yang
membawa gen yang berasal dari manusia, sehingga mampu
memproduksi antibodi yang diinginkan. Pendekatan lainnya adalah
merekayasa suatu binatang transgenik yang dapat mensekresikan
antibodi manusia dalam air susu yang dikeluarkan oleh binatang
tersebut. Salah satu contoh fully human monoclonal antibodies
adalah Panitumumab.
Mekanisme Kerja
a. Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC)
Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC) adalah cara yang
dilakukan antibodi monoklonal untuk membuat sel-sel kanker terlihat
bagi sel fagosit, sebagai natural killer di tubuh manusia. Ikatan antibodi
monoklonal dengan antigen permukaan sel tumor memicu
penglepasan perforin dan granzymes yang dapat menghancurkan sel
tumor.

Sel - sel yang hancur ditangkap Antigen Presenting Cell (APC) lalu
dipresentasikan pada sel B limfosit (sebagai penghasil antibodi alami di
dalam tubuh) sehingga memicu pelepasan antibodi kemudian antibodi
ini akan berikatan dengan target antigen. Pelepasan antibodi oleh sel B
limfosit memicu sel T limfosit untuk mengenali dan membunuh sel
target.
Mekanisme Kerja
b. Complement dependent cytotoxicity (CDC)
Pengikatan antibodi monoklonal dengan antigen
memicu protein lain untuk mengawali pelepasan
proteolitik dari sel efektor kemotaktik yang
dapat menyebabkan terbentuknya lubang pada
membran sel-sel kanker. Lubang ini membuat air
dan ion natrium dapat keluar dan masuk sel
kanker tanpa terkendali sehingga sel tersebut
akan mengalami lisis atau pecah.
Mekanisme Kerja
c. Perubahan Transduksi Signal
Pada setiap sel tubuh, terdapat reseptor growth factor yang
merupakan target sel tumor untuk menginduksi sel-sel sehat tersebut
agar mengalami aktivitas metabolisme yang berlebihan dan terjadi
pembelahan sel secara cepat sehingga timbul kanker. Transduksi sinyal
dari sel kanker ini akan terus meluas sehingga pada suatu fase, jika
tingkat keganasannya meningkat, pengobatan dengan kemoterapi
tidak dapat mengendalikan atau menekan pertumbuhan sel ganas
tersebut.
Antibodi monoklonal sangat potensial untuk menormalkan laju
perkembangan sel dan membuat sel sensitif terhadap zat sitotoksik
(dari kemoterapi) dengan menghilangkan signal reseptor ini. Hasilnya,
perkembangan sel kanker dapat terhenti dan obat yang diberikan
melalui kemoterapi dapat menghancurkan sel-sel kanker tersebut.
Mekanisme Kerja
d. Antibodi Directed Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT)
Antibodi Directed Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT)
adalah cara penggunaan antibodi monoklonal sebagai
penghantar enzim dan obat-obatan untuk sampai ke sel
kanker. Enzim yang dibawa oleh antibodi monoklonal
akan mengaktifkan obat-obatan sehingga dapat
meningkatkan kerja obat untuk membunuh sel-sel kanker.
Selain obat-obatan, antibodi monoklonal juga dapat
digabungkan dengan partikel radioaktif untuk dikirimkan
langsung pada sel kanker.
Aplikasi Terapi
• Induksi imunisasi pasif
• Diagnostik imaging. Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk melihat protein tertentu
dalam tubuh, misal antibodi monoklonal dikonjugasikan dengan logam inert pasien yang
dirontgen. Dari hasil rontgen tersebut dapat dikenali protein tertentu yang terlibat dalam
penyakit. Cara ini juga diterapkan dalam melihat metastasis sel kanker.
• Diagnostik molekular. Antibodi monoklonal dapat diaplikasikan untuk identifikasi penyakit
yang lebih dikenal dengan imunologikal diagnostik. Di mana deteksi imunologik merupakan
deteksi imunologik merupakan sistem deteksi yang sensitif, spesifik, dan sederhana. Misal:
membedakan DHF dan tifus.
• Monitoring terapi obat (untuk live-saving drug)
• Sistem penghantaran obat (Drug delivery system/DDS)
• Isolasi dan atau purifikasi obat baru
• Terapi kanker.Para ahli bisa membuat antibodi monoklonal yang mampu bereaksi dengan
antigen spesifik berbagai jenis sel kanker. Dengan ditemukannya lebih banyak lagi antigen
kanker, berarti akan semakin banyak antibodi monoklonal yang bisa digunakan untuk terapi
berbagai jenis kanker.
Imunoterapi
- Antibodi Monoklonal Murni
Antibodi monoklonal yang penggunaannya tanpa dikombinasikan
dengan senyawa lain. Antibodi monoklonal murni mengikatkan diri
pada antigen spesifik yang dimiliki oleh sel-sel kanker sehingga dapat
dikenali dan dirusak oleh sistem imun tubuh. Selain itu antibodi
monoklonal dapat mengikatkan diri pada suatu reseptor, dimana
molekul-molekul pertumbuhan untuk tidak dapat berinteraksi dengan
sel kanker, maka antibodi monoklonal dapat mencegah pertumbuhan
sel kanker. Biasanya diberikan secara intravena dan efek sampingnya
lebih ringan dari kemoterapi.
Trastuzumab
Rituximab
Alemtuzumab
Cetuximab
Bevacizumab
Imunoterapi
- Conjugated Monoclonal Antibodies
(Antibodi Monoklonal + Senyawa Lain)
Antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan
beberapa senyawa lain. Senyawa yang dikombinasikan
antara lain kemoterapi, toksin, dan senyawa radioaktif.
Obat ini hanya berperan sebagai wahana yang akan
mengantarkan substansi-substansi obat, racun dan materi
radioaktif, menuju langsung ke sasaran yakni sel-sel
kanker. Antibodi monoklonal jenis ini akan beredar ke
seluruh bagian tubuh sampai ia berhasil menemukan sel
kanker yang mempunyai antigen spesifik yang dikenali
oleh antibodi monoklonal.
Imunoterapi
- Chemolabeled
• Antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan
obat kemoterapi.
• Satu-satunyachemolabeled yang telah disetujui FDA
untuk terapi kanker adalah Brentuximab vedotin
(Adcetris, dulu dikenal dengan nama SGN-35). Obat ini
terdiri dari antibodi yang mempunyai target antigen
CD30 yang terikat kepada obat kemoterapi yang
bernama monomethyl auristatin E. Digunakan untuk
terapi Hodgkin lymphoma dan anaplastic large cell
lymphoma yang tidak merespon terapi lain.
Imunoterapi
- Radioimunoterapi
Antibodi monoklonal dikombinasikan dengan
senyawa radioaktif)
Contoh: Ibritumomab , Tositumomab
Imunoterapi
- Imunotoksin

Imunotoksin dibuat dengan menempelkan racun


yang berasal dari tanaman maupun bakteri pada
antibodi monoklonal. Berbagai racun dibuat untuk
ditempelkan pada antibodi monoklonal seperti
toksin difteri, eksotoksin pseudomonas (PE40), atau
yang dibuat dari tanaman yakni risin A dari Ricinus
communis atau saporin dari Saponaria officinalis.
Contoh: Gemtuzumab
Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi