Vous êtes sur la page 1sur 24

ASMA BRONCHIALE

RIZKA SAFIRA - 003


Instructions for use
Definisi
Asma Bronkhial adalah penyakit pernafasan objektif
yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkus. Hal
ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus (Elizabeth, 2000).

80-90% anak asma mengalami gejala pertama kali


sebelum usia 4-5 tahun.
Modifikasi asma berdasarkan National Asthma Education
Program (NAEPP) yaitu :

Asma Ringan Asma Sedang Asma Berat


• Singkat (< 1 • Gejala asma kambuh >2 • Gejala terus
kali / mingggu menerus menganggu
jam )
aktivitas sehari-hari
eksaserbasi • Kekambuhan
mempengaruhi • Puncak aliran
symptomatic < ekspirasi dan
dua aktivitasnya
kemampuan volume
kali/minggu. • Kekambuhan mungkin ekspirasi kurang dari
berlangsung berhari-hari 60% dengan variasi
• Puncak aliran
udara ekspirasi • Kemampuan puncak luas
> 80% diduga ekspirasi /detik dan • Diperlukan
kemampuan volume kortikosteroid oral
akan tanpa
ekspirasi berkisar antara untuk menghilangkan
gejala. 60-80%. gejala.
ETIOLOGI faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:

Sampai saat ini etiologi dari 1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang
Asma Bronkhial belum disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal
diketahui. seperti debu, serbuk-serbuk, bulu - bulu binatang.
Suatu hal yang yang menonjol 2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan
pada penderita Asma adalah dengan alergen, seperti common cold, infeksi traktus
fenomena hiperaktivitas respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan
bronkus. Bronkus penderita dapat mencetuskan serangan.
asma sangat peka terhadap 3. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum.
rangsangan imunologi Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
maupun non imunologi. dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :

a. Faktor predisposisi
• Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma
Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :


b. Faktor presipitasi 1. Inhalan : yang masuk melalui saluran
1. Alergen pernapasan.
• Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga,
3. Perubahan cuaca spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan : yang masuk melalui mulut
5. Stres • Contoh : makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan
7. Lingkungan kerja kulit
• Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
9. Olah raga atau aktifitas jasmani
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :

b. Faktor presipitasi Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin


1. Alergen sering mempengaruhi Asma.

3. Perubahan cuaca Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor


pemicu terjadinya serangan Asma.
5. Stres
Kadang- kadang serangan berhubungan dengan
7. Lingkungan kerja musim, seperti musim hujan, musim kemarau.

9. Olah raga atau aktifitas jasmani


Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :

Stres atau gangguan emosi dapat menjadi


b. Faktor presipitasi
pencetus serangan Asma, selain itu juga bisa
1. Alergen
memperberat serangan Asma yang sudah ada.
Disamping gejala Asma yang timbul harus segera
3. Perubahan cuaca
diobati penderita Asma yang mengalami stres
atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
5. Stres
menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala
7. Lingkungan kerja
belum bisa diobati.
9. Olah raga atau aktifitas jasmani
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :

b. Faktor presipitasi
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab
1. Alergen
terjadiny serangan Asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
3. Perubahan cuaca
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
5. Stres
lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
7. Lingkungan kerja

9. Olah raga atau aktifitas jasmani


Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :

b. Faktor presipitasi
1. Alergen Sebagian besar penderita Asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
3. Perubahan cuaca olah raga yang berat.
Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
5. Stres Asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
7. Lingkungan kerja

9. Olah raga atau aktifitas jasmani


EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) tahun 2013 mendapatkan hasil
prevalensi nasional untuk penyakit asma pada
semua umur adalah 4,5 %.
perempuan > laki - laki

Sulawesi Tengah
(7,8%)

DI Yogyakarta
(6,9%), Sulawesi Selatan
(6,7%).

Nusa Tenggara
Timur (7,3%)
MANIFESTASI
KLINIK
Global Initiative
for Asthma
(GINA)
Uji provokasi bronkus dilakukan untuk menunjukan adanya hiperreaktivitas
bronkus. Ada beberapa cara untuk melakukan uji provokasi bronkus seperti
uji dengan histamin, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam
hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk
mengukur faal ventilasi paru. Reversibilitas penyempitan
saluran napas yang merupakan ciri khas asma dapat dinilai
dengan peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1) dan atau kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak 20%
atau lebih sesudah pemberian bronkodilator.

Uji Provokasi Bronkus


Uji provokasi bronkus membantu menegakkan
diagnosis asma. Pada penderita dengan gejala sma dan faal
paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus.
Pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan cara untuk
membuktikan secara objektif hiperreaktivitas saluran napas
pada orang yang diduga asma. Uji provokasi bronkus terdiri
dari tiga jenis yaitu uji provokasi dengan beban kerja
(exercise), hiperventilasi udara dan alergen non-spesifik
seperti metakolin dan histamin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit lain yang memberikan gejala
serupa seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas,
pneumothoraks, pneumomediastinum. Pada serangan asma
yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak
memperlihatkan adanya kelainan

Pemeriksaan IgE.
Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan
adanya antibodi IgE spesifik pada kulit. Uji tersebut untuk
menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji
alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma.
Pemeriksaan darah IgE Atopi dilakukan dengan cara
radioallergosorbent test (RAST) bila hasil uji tusuk kulit
tidak dapat dilakukan (pada dermographism)
TATALAKSAN
A

1. Pengobatan secara sederhana atau non farmakologis.


Menurut doenges (2000) penatalaksanaan nonfarmakologis asma
yaitu:
a. Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien
untuk mengeluarkan sputum dengan baik
b. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
c. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
d. Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
e. Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
f. Hindarkan pasien dari faktor pencetus
TATALAKSAN
A

2. Farmakologi
Menurut Long(1996) pengobatan Asma diarahkan terhadap gejala- gejala yang timbul saat
serangan, mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan pemeliharaan keehatan optimal
yang umum. Tujuan utama dari berbagai macam pengobatan adalah pasien segera
mengalami relaksasi bronkus. Terapi awal, yaitu
a. Memberikan oksigen pernasal
b. Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin 10 mg).
Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam.
Pemberian antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau intravena dengan
dosis salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5%
c. Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
d. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera atau
dalam serangan sangat berat
e. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya golongan
beta adrenergik dan anti kolinergik.
KOMPLIKASI

White Gray Black

Pneumothoraks Bronkhitis Gagal napas


Thank You
with love
SlidesCarnival icons are editable shapes.

This means that you can:


● Resize them without losing quality.
● Change fill color and opacity.

Isn’t that nice? :)

Examples:

Vous aimerez peut-être aussi