Vous êtes sur la page 1sur 51

GANGGUAN

PERDARAHAN PADA
AWAL KEHAMILAN
Anggota Kelompok :
• Diah Fauziyyah
• Fikri Rasyid Siddiq
• Giri Nugraha
• Indah Ayu Lestari
• Rachmi Kusuma Ningrum
• Resty Ramadhiansari Putri
ABORTUS
Abortus adalah penghentian
kehamilan sebelum janin dapat
hidup.
Ada tiga jenis abortus:
1. Abortus Spontan yang disebabkan oleh
sebab-sebab alami;
2. pada Abortus Terapeutik, kehamilan
sengaja dihentikan karena alasan medis;
dan
3. Abortus Elektif dilakukan dengan alasan
pribadi.
Etiologi
Abortus spontan dini, berulang (habitual) adalah
keguguran yang terjadi 3 kali atau lebih sebelum janin
dapat hidup. Kemungkinan penyebab abortus dini
berulang adalah
• ketidakseimbangan endokrin ibu dengan defek
fase luteal (Carp, dkk., 1990) atau diabetes
tergantung insulin disertai peningkatan kadar gula
darah dan hemoglobin A1C pada trimester I
mengalami peningkatan resiko bermakna untuk
mengalami abortus spontan (Mills, dkk., 1988),
Etiologi
• infeksi sistemik dan infeksi di endometrium
disebabkan oleh rubella, sitomegalovirus, herpes,
genital aktif, toksoplasmosis, Treponema, Listeria,
Chlamydia, dan Mycoplasma (Arias, 1993; Gilbert &
Harmon, 1993; McBride, 1991),
• gangguan sistemik (misalnya., lupus eritematosus),
• faktor genetik, dan
• pemakaian kokain (Cunningham, dkk., 1993;
Rosenak, dkk., 1990).
Gambaran Klinis
• Tanda dan gejala abortus spontan tergantung
pada durasi kehamilan. Ibu dapat merasa sedang
mengalami perdarahan menstruasi yang banyak
jika abortus terjadi sebelum minggu ke-6 kehamilan.
Abortus yang terjadi antara minggu ke-6 dan ke-12
kehamilan akan menimbulkan rasa nyeri dan
perdarahan. Setelah minggu ke-12, abortus
biasanya disertai nyeri berat, seperti nyeri bersalin,
karena janin harus dikeluarkan.
Patofisiologis
• Patofisiologi terjadinya keguguran (abortus) mulai
dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan
plasenta, yang menyebabkan perdarahan
sehingga janin kekurang nutrisi dan O2.Bagian yang
terlepas di anggap benda asing sehingga rahim
berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi.
• Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan
seluruhnya atau sebagian msih tertinggal,yang
menyebabkan berbagai penyakit.Oleh karena
itu,keguguran (abortus) memberikan gejala umum
sakit perut karena kontraksi rahim terjadi
perdarahan dan di sertai pengeluaran seluruh atau
sebagian hasil konsepsi (Manuaba,1998).
Tipe abortus Penatalaksanaan

Mengancam Tirah baring, sedasi, dan menghindari


stress dan orgasme adalah tindakan yang
di rekomendasikan. Pengobatan
selanjutnya akan bergantung kepada
respon wanita terhadap pengobatan.

Tidak dapat dihindari dan tidak Terminasi kehamilan segera


komplet dilakukan,biasanya dengan kuret dan
dilatasi (D&C)

Komplet Mungkin tidak perlu ada intervensi apa-


apa jika kontraksi rahim cukup kuat
untuk menahan perdarahan dan jika
tidak ada inpeksi
Missed Jika evakuasi spontan tidak terjadi
dalam satu bulan,kehamilan diterminasi
dengan cara yang sesuai dengan usia
kehamilan.Faktor-faktor pembukuan
darah dipantau sampai rahim
kosong.bisa terjadi DIC dan gangguan
pembekuan darah disertai perdarahan
yang tidak bisa di kendalikan pada
kasus kematian janin setelah minggu ke
12 jika produk konsepsi tertahan lebih
dari 5 minggu

Septik Terminasi kehamilan segera dengan


metode yang sesuai untuk usia
kehamilan.pemeriksaan biakan dan
sensitivitas serviks di lakukan dan terapi
antibotik spektrum luas di
mulai.pengobatan septik syok dimulai,
jika perlu.
Komplikasi
• Perdarahan (Hemorrage)
Perdarahan dapat diatasi demgan pengosongan uterus
dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
transfusi darah. Kematian perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya .
• Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama
pada uterus dalam posisi retroleksi. Dengan adanya
dugaan kepastian perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukan pada uterus
atau organ reproduksi lainnya.
• Syok
Syok bisa terjadi karena perdarahan (syok Hemorage) dan
karena infeksi berat.
Komplikasi
• Infeksi
Sebenernya pada spesialis genetalia ekterna dan vagina
dihuni oleh bakteri yang merupakan loranormal. Khususnya pada
genetalia ekternal yaitu staphilocaccus, streptocaccus, gram
negatif enteric baccili, mycoplasma, treponema (selain T.paliidum),
lestopira, jamur, trichomonas vaginalis, sedangkan pada bakteri
terdapat lactobacili, streptococcus, staphylococcus, gram negatif
enteric bacilli, clostridium sp, bakteroides sp, listeria, dan jamur.
Umumnya pada abortus impeksiosa, infeksi menyebar ke
perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-
organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
pasca abortus adalah E.Colli, Streptococcus, Nonhemolitikus,
Streptococci annaerob, staphilococcus, aureus, Streptococcus,
Hemolliticus, dan Closetridium prefingers.
Bakteri lain yang dijumpai adalah neiseriagonorrhoeae,
pneumococcus, dan clostriduim tetan. Streptococcus Pyogenes
potensial berbahaya karena dapat membentuk gas.
KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU (KET)
• Kehamilah etopik adalah kehamilan dengan
implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopi
merupakan tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan etopik sebagian besar kehamilan etopik
berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi di
ovarium, rongga perut, kanalis servikalis, tanduk
uterus yang rudimenter dan vertikel pada uterus.
(Sarwuno Parwiroharjo, 2005).
Kehamilan etopik adalah kehamilan yang
tempat implantasi atau nidasi atau melekatnya buah
kehamilan diluar tempat yang normal, yakni di luar
rongga lahir sedangkan disebut kehamilan etopik
terganggu adalah suatu kegangguan etopik yang
mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.
Kehamilan etopik adalah implantasi dan
pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium
cavum uteri. (Mansjoer Arif, 2001).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan kehamilan


etopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tubuh tidak ditempat yang normal
yakni dalam endometrium cavum uteri penyebab
kehamilan etopik terganggu.
Etiologi
Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan resiko terjadinya
kehamilan etopik. Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke
cavum uteri menyebabkan seorang ibu semakin rentan menderita
kehamilan etopik. Beberapa faktor yang di hubungkan dengan kehamilan
etopik diantaranya :
• Faktor dalam lumen tuba :
1. Endorsalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba.
2. Hipolasiauteri, dengan lumen tuba menyempit dengan berkelok-kelok.
3. Operasi tuba dan sterilisasi yang tidak sempirna dan menyebabkan
lumen tuba menyempit.
• Faktor pada dinding tuba :
1. Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi tuba.
2. Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi telur di tempat
tersebut.
3. Faktor diluar dinding tuba :
4. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, mengakibatkan
terjadinya hambatan perjalanan telur.
Gambaran Klinis
• Pada kehamilan tuba ruptur yang kronis, yang
terjadi lebih banyak dari separuh jumlah kehamilan
etopik, perdarahan internal biasanya lambat dan
gejala biasanya atipikal atau tidak konklusif. Selain
perdarahan pervaginam ringan dengan warna
berwarna gelap, panggul terasa penuh atau
tertekan, nyeri tekan di abdomen platulen, tegang,
nyeri tekan, semikitis, mungkin krepitan, lekositosis,
dan hematokrit atau kadar hemonglobin rendah
bisa ditemukan.
Patofisiologis
• Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara
lain faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga
hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke
rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi
tumbuh dan berimplantasi (menempel) di
beberapa tempat pada organ reproduksi wanita
selain rongga rahim, antara lain di tuba fallopi
(saluran telur) canalis servikalis (leher rahim),
ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yg
terbanyak terjadi di tuba fallopi (90%).

Penatalaksanaan
• Penangananan kehamilan ektopik pada umumnya
adalah Laparotomi. Pada laparotomy perdarahan
sesegera mungkin dihentikan dengan menjepit
bagian dari adneksa yang menajdi sumber
perdarahan. Dalam tindakan demikian, beberapa
hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi
penderita pada saat itu,keinginan penderita akan
fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil
ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang
terganggu) pada kehamilan tuba.
Komplikasi
• Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi
sekunder akibat kesalahan diagnosis,diagnosis
yang terlambat, atau pendekatan tatalakasana.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara
lain adalah perdarahan,infeksi, kerusakan organ
sekitar (usus, kandung kemih, ureter dan pembuluh
darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait
tindakan anestesi.

MOLA HIDATIDOSA
• Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal,
dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,
vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya akan
meninggal tetapi villus-villus yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugur buah
anggur (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002).
Etiologi
• Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti,
namun faktor penyebabnya menurut Mochtar, Rustam,
dkk, 1998 adalah :
• Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian
fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang
dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia sel-sel tropoblast
• Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
• Kekurangan protein, protein adalah zat untuk
membangun jaringan bagian tubuh sehubungan
dengan pertumbuhan janin, rahim, dan buah dada ibu,
keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat
meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan
mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.
Gambaran Klinis
• Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan
10% pasien masuk RS
• Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan
• Gejala-gejala hipertitoidisme seperti intoleransi
panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat
dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit
lembab
• Gejala-gejala pre-eklamsi seperti pembengkakan
pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan
darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
Patofisiologi
• Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi:
• Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak
ditemukan janin.
• Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai
janin atau bagian janin.
Penatalaksanaan
• Kuretase suction merupakan suatu cara evakuasi
kehamilan mola yang aman, cepat, dan efektif
pada hampir semua wanita (Scott,dkk.,1990).
Penatalaksanaan lanjutan meliputi pemeriksaan
panggul dan fisik dengan frekuensi sering disertai
pengukuran kadar hCG serum selama minimal
setahun
ASUHAN KEPERAWATAN
ABORTUS
A. Pengkajian
1. Identitas
• Identitas klien
• Identitas penanggung jawab
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat pembedahan
• Riwayat penyakit yang pernah dialami
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat obstetri
Yang perlu dikaji adalah:
• Keadaan haid,
• Perkawinan,
• Riwayat kehamilan,
7. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum
• Klien dengan abortus biasanya keadaan umumnya lemah
B. Tanda-tanda vital :
• Tekanan darah: menurun
• Nadi : mungkin meningkat (.90x/menit)
• Suhu : menjngkat atau menurun
• Respirasi : meningkat >20x/menit
C. Kepala :
• Inspeksi : bersih atau tidaknya, ada atau tidak lesi
• Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan, repitasi, massa
D. Wajah :
• Inspeksi : tampak pucat, ada atau tidak edema
E. Mata
• Inspeksi : konjungtiva tampak pucat (karena ada perdarahan, sklera
ikterus)
F. Hidung
• Inspeksi : simetris atau tidak, ada tidaknya polip
G. Telinga
• Inspeksi : ada tidaknya peradangan dan lesi
H. Mulut
• Inspeksi : periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkapan gigi, ada
tidaknya karies gigi
I. Leher
• Inspeksi : ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe. (pemeriksaan dari
arah depan klien)
• Palpasi : : ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe. (pemeriksaan dari
arah belakang klien)
J. Payudara
• Inspeksi : ukuran payudara, simetrisitas dan penampilan kulit. Inspeksi puting
terhadap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan
• Palpasi : palpasi payudara untu mengetahui konsistensi dan nyeri tekan
K. Thorak
• Inspeksi : pergerakan dinding dada, frekuensi lama, kedalaman, dan penggunaan
otot bantu pernafasan, ada tidaknya retraksi dinding dada
• Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vokal premitus
• Perkusi : kenormalan organ indera thorak
• Auskultasi : ada tidaknya suara nafas tambahan
L. Abdomen
• Inspeksi : pembesaran perut sesuai usia kehamilan, perdarahan per vaginan,
terlihat jaringan parut pada perut, ada tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
• Auskultasi : bising usus normal
• Palpasi : TFU 2 jari diatas sistesis, terdapat kontraksi uterus, tonus baik, lembek, dan
tidak terdapat nyeri tekan
• Perkusi : suara normal timphani, untuk mengetahui suara normalnya bila masih ada
sisa hasil konsepsi yang belum dikeluarkan maka suara akan berubah menjadi
lebih pekat
M. Genetalia
• Inspeksi : kebersihan kurang, perdarahan per
vaginan, terdapat bekuan darah, serviks tampak
mendatar, dan dilatasi
N. Ekstermitas atas
• Inspeksi : ada tidaknya infus yang terpasang
• Palapsi : CRT memanjang bila terjadi perdarahan
O. Ekstermitas bawah
• Inspeksi : ada tidaknya deformitas
• Palpasi : akral (perdarahan biasanya disertai
dengan akral dingin)
B. Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra
uteri,kontraksi uterus ditandai mengeluh nyeri dan posisi
menghindari nyeri.
• Intoleransi aktivitas berhungan dengan
kelemahan,penurunan sirkulasi ditandai dengan klien
mengeluh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa
dilakukan,periode waktu tidur yang meningkattampak
berbaring di tempat tidur.
• Kurang volume cairan berhubungan dengan perdarahan
pervaginan.
• Resiko infeksi berhungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab ditandai dengan imunitas yang tidak adekuat,suhu
tubuh meningkat,dan leukositosis
• Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai
dengan klien menyangkal kehilangan,klien mengungkapkan
rasa bersalah,klien tampak sedih,adanya perubahan tingkat
aktivitas,perubahan kebiasaan makan,pola tidur,klien
menangis.
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri Setelah dilakukan 1.Kaji secara komprehensif 1.Untuk memudahkan perawat
akut tindakankeperawatan tentang nyeri,meliputi dalam melakukan tindakan
berhubunga selama ... x 24 jam lokasi,karakteristik,konsep, keperawatan.
n dengan diharapkan klien dapat durasi,frekuensi,kualitas,intensit
kerusakan mengontrol nyeri dengan as nyeri,dan faktor presipitasi.
jaringan kriteria hasil :
intra 1. Klien melaporkan adanya 2. Gunakan komunikasi 2.Agar klien dapat
uteri,kontra penurunan nyeri dan terapeutik mengekspresikan nyeri
ksi uterus pengaruhnya pada tubuh
ditandai 2. Klien melaporkan bahwa 3. Berikan informasi tentang
mengeluh nyeri berkurang dengan nyeri.
nyeri dan menggunakan manajemen 3.Agar klien dapat mengetahui
posisi nyeri. kondisi dan pengobatan yang
menghindar 3. TTV dalam batas normal diterimanya
i nyeri. 4. Ekspresi wajah tenang 4. Ajarkan penggunaan teknik
5. Klien mampu menggunakan relaksasi dan non farmakologi. 4.Relaksasi dapat mengurangi
teknik non farmakologi ketegangan dan membuat perasaan
untuk mengurangi nyeri lebih nyaman.

5.Analgetik berguna untuk


mengurangi nyeri sehingga pasien
5. Kolaborasi pemberian menjadi lebih nyaman.
analgetik.
2. Intoleransi Setelah dilakukan 1.Tentukan penyebab 1.Untuk memudahkan
aktivitas tindakan kelelahan. perawat dalam
keperawatan selama mengambil tindakan
berhubungan
... x 24 jam yang akan dilakukan.
dengan diharapkan klien
kelemahan,p menunjukkan
2.Kaji respon 2.Respon emosi sosial
enurunan toleransi terhadap
emosi,sosial,dan spiritual dan spiritual
sirkulasi aktivitas dengan
terhadap aktivitas. mempengaruhi
kriteria hasil :
ditandai kehendak lain dalam
1. Klien dapat
dengan klien mengidentifikasi aktivitas melakukan aktivitas.
mengeluh atau situasi yang
tidak mampu menimbulkan kecemasan 3.Hindari aktivitas selama 3.Agar klien tidak
yang berkontribusi pada periode istirahat. merasakan kelelahan
melakukan
intoleransi aktivitas. dan agar klien cepat
aktivitas
2. Klien melaporkan pulih.
yang biasa peningkatan aktivitas 4.Bantu klien untuk
dilakukan, harian. mengidentifikasi aktivitas 4.Agar klien dapat
periode 3.Klien dapat menentukan yang lebih disukai. merasa senang saat
waktu tidur aktivitas yang sesuai melakukan aktivitas
dengan peningkatan yang disukainya.
yang
nadi,tekanan darah,dan
meningkat,ta frekuensi napas.
mpak
berbaring di
Setelah dilakukan 1.Monitor 1.Untuk
3.Kurang volume
tindakan keperawatan TTV mengetahui
cairan berhubungan selama ... x 24 jam kondisi
diharapkan kebutuhan umum
dengan perdarahan
cairan klien adekuat klien.
pervaginan. 2.Monitor
dan klien dapat
mempertahankan status 2.Agar
keseimbangan cairan hidrasi klien tidak
dalam tubuh dengan mengalami
kriteria hasil: hidrasi
1. TTV dalam batas 3.Monitor berlebih.
normal. intake dan
2. Tidak ada tanda- 3.Pertahan
output.
tanda kan tingkat
dehidrasi,elastisitas intake
turgor kulit ouput yang
baik,membran mukosa 4.Kolaboras adekuat.
lembab,tidak ada rasa i dalam
haus berlebihan. pemberian 4.Untuk
3. Klien dapat cairan mempertah
mempertahankan urine infus. ankan
output sesuai dengan intake
BB output
klien
4.Resiko Setelah 1.Terangkan pada 1.Infeksi dapat
infeksi dilakukan klien pentingnya timbul akibat
berhungan tindakankepera perawatan vulva kurangnya genital
yang berlebih.
dengan watan selama selama masa
perdarahan, ... x 24 jam perdarahan.
2.Perubahan yang
kondisi diharapkan terjadi pada dischart
vulva klien dapat 2.Kaji kondisi dikaji setiap saat
lembab meningkatkan keluaran/dischart dischart
ditandai pertahanan yang keluar.adanya warna
dengan tubuh dengan keluar;jumlah,warn yang lebih gelap dan
imunitas kriteria hasil : a,dan bau. disertai bau tidak
yang tidak 1.TTV dalam enak mungkin
merupakan tanda
adekuat,suh batas normal.
infeksi.
u tubuh 2.Klien
meningkat, terbebas dari 3. Inkubasi kuman
dan tanda dan pada area genital
leukositosis gejala infeksi. 3.Lakukan yang relatif cepat
perawatan vulva. dapat menyebabkan
infeksi.
5. Berduka Setelah dilakukan 1.Bina hubungan saling 1.Dengan rasa
berhubungan tindakan percaya dengan klien saling percaya
dengan keperawatan selama dengan keluarga klien dapat
kehilangan janin ... x 24 jam
mengungkapkan
ditandai dengan diharapkan klien
rasanya sehingga
klien dapat mengatasi
menyangkal berdukanya yang dapat
kehilangan,klien ditunjukkan dengan 2.Dukung klien untuk mempermudah
mengungkapkan keberhasilan koping mengekspresikan perasaan melakukan
rasa yang ditandai tentang kehilangannya. tindakan
bersalah,klien dengan kriteria hasil keperawatan.
tampak : 3.Dukung klien untuk
sedih,adanya 1.Klien melaporkan mengungkapkan kenangan
perubahan keadekuatan dari kehilangan
tingkat dukungan sosial. sebelumnya dan
aktivitas,perubah 2.Klien menyatakan kehilangan selanjutnya.
an kebiasaan duka cita secara
makan,pola verbal. 4.Beri lingkungan yang
tidur,klien 3.Klien menyatakan aman terlindungi dan
menangis. arti dari kehilangan memiliki privasi untuk
secara verbal memfasilitasi proses
berduka klien dan
keluarga.
ASUHAN KEPERAWATAN
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
A. PENGKAJIAN
1. biodata
2.Keluhan utama
3.riwayat kesehatan
a. riwayat kesehatan sekarang
b.riwayat kesehatan masa lalu
• riwayat pembedahan
• riwayat penyakit yang pernah dialami
c.riwayat kesehatan keluarga
4.riwayat kesehatan reproduksi
a.riwayat menstruasi
b.riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
c.riwayat seksual
5.riwayat pemakaian oat
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien dengan KET biasanya keadaan umunya lemah
b. Tanda-Tanda Vital:
1. Tekanan darah : menurun <100/60 mmHg
2. Nadi : meningkat tapi lemah
3. Suhu : menurun
4. Respirasi : meningkat >20x/menit
c. Kepala
1. Inspeksi : bersih atau tidaknya, ada atai tidak lesi
2. Plapasi : ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi, massa
d. Wajah
Inspeksi : tampak pucat, ada atau tidak oedema
e. Mata
Inspkesi : konjungtiva tampak pucat (karena adanya perdarahan)
f. Hidung
Inspeksi : Simetris atau tidak, ada tidaknya polip.
g. Telinga
Inspeksi : Ada tidaknya peradangan dan lesi.
h. Mulut
Inspeksi : Periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkapan gigi, ada
tidaknya karies gigi.
i. Leher
1. Inspeksi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
2. Palpasi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
j. Payudara
1. Inspeksi :ukuran payudara, simetris, dan penampilan kulit, inspeksi
puting terhadap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan.
2. Palpasi : palpasi payudara untuk mengetahui konsistensi dan nyeri
tekan.
k. Thorax
1. Inspeksi : pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman
dan penggunaan otot bantu pernapasan, ada tidaknya retraksi dinding
dada.
2. Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vokal premitus.
3. Perkusi : kenormalan organ intra thorax.
4. Auskultasi : ada tidaknya suara nafas tambahan.
l. Abdomen
1. Inspeksi : pembesaran perut disalah satu sisi dimana lokasi KET,
perdarahan pervaginam.
2. Auskultasi : bising usus normal.
3. Palpasi : pembesaran abdomen ke salah satu sisi dimana lokasi KET.
4. Perkusi : suara normal timfani, untuk mengetahui suara normalnya
bila masih ada sisa hasil konsepsi yang belum dikeluarkan maka suara akan
berubah menjadi lebih pekak.
m. Genetalia
1. Inspeksi : perdarahan pervaginam, kondisi vulva lembab.
2. Pemeriksaan dalam : serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uteris kanan dan kiri.
n. Ektermitas Atas
1. Inspeksi : ada tidaknya infus yang terpasang.
2. Palpasi : CRT ( Capilary Refil Time ) memanjang bila
pendarahan.
o. Ektermita Bawah
1. Inspeksi : ada tidaknya deformitas
2. Palpasi : akral ( pendarahan biasanya disertai dengan akral
dingin).
p. Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium: Hb, Leukosit, Urine B-hCG (+).
Haemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah
dapat meningkat.
2. USG:
a) Tidak adanya kantung kehamilan dalam kavum uteri.
b) Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri.
c) Adanya massa komplek di rongga panggul.
3. Kuldosentesis
Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran


buah kehamilan extrauterin.
2. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
pendarahan intrauteri.
3. kecemasan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang kesuburan yang mengancam.
4. berduka berhubungan dengan kehilangan janin
ditandai dengan klien menyangkal kehilangan, klien
mengungkapkan rasa bersalah, klien tampak sedih,
adanya perubahan aktivitas, perubahan kebiasaan.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan Klien dengan Kehamilan Etopik
Terganggu
No Dx. Kep Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
(1) (2) (3) (4)
1.

Manajemen nyeri
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan (Pain management):
klien dapat: - Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi:
berhubung 1. Mengontrol nyeri (Pain Control, dengan kriteria: lokasi, karakteristik onset, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, dan faktor presipitasi.

an dengan a. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset - Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap
kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktivitas
nyeri, kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggung
pembesara b. Klien mampu menggunakan teknik non jawab peran.
- Berikan informasi tentang nyeri, seperti : penyebab,
farmakologi untuk mengurangi nyeri dan
n buah berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan.
tindakan pencegahan nyeri). - Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
kehamilan c. Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus mempengaruhi respon klien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya : temperatur ruangan,

extrauterin nyeri untuk mencari pertolongan. -


penyinaran dan lain-lain)
Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
1. Menunjukan tingkat nyeri (Pain Level) - Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
. Dengan kriteria: (misalnya: relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi
musik, distraksi dan massase).
a. Klien mengenal skala, intensitas, frekuensi dan - Monitor kenyamanan klien terhadap manajemen
lamanya episode nyeri nyeri
- Hilangkan faktor yang dapat meningkatkan
b. Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri pengalaman nyeri (misalnya: rasa takut, kelelahan
berkurang. dan kurangnya pengetahuan).
- Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal - Informasikan kepada tim kesehatan lainnya /
d. Ekspresi wajah tenang anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi
dilakukan, untuk pendekatan preventif.
2 Resiko syok hipovolemik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen syok hipovolemik.
berhubungan dengan selama... x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok - Kaji warna kulit,suhu, adanya
perdarahan intrauteri. hipovolemik dengan kriteria : sianosis, nadi perifer, dan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal. diaprosis secara teratur.
- Turgor kulit baik. - Pantau frekuensi dan irama
- Tidak ada sianosis. jantung.
- Suhu kulit hangat. - Pantau status cairan, turgor kulit,
- Membran mukosa kemerahan. membran mukosa, urine output.
- Monitor status cairan, termasuk
intake dan output sesuai
kebutuhan .
- Monitor kadar hemoglobin dan
hematokrit.
- Monitor kehilangan cairan
- Monitor tanda-tanda vital.
- Monitor respon klien terhadap
perubahan cairan.
- Pertahankan pemberian cairan
secara vena
- Kelola pemberian transfusi
- Monitor reaksi transfusi
- Atur posisi kilen trendlerenburg
- Monitor tanda dan gejala
overhidrasi.
3 Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menurunkan cemas
dengan kurang pengetahuan selama....x 24 jam klien mampu mengontrol
tentang kesuburan yang cemas dengan kriteia : - Bina hubungan saling
mengancam - Klien mencari informasi yang menurunkan percaya dengan klien
cemas - Kaji tingkat kecemasan
- Klien menggunakan tehnik relaksasi untuk klien
menurunkan cemas - Dengarkan klien dengan
- Klien mempertahankan hubungan sosial. penuh perhatian
- Klien dapat meningkatkan kosentrasi - Berusaha memahami
- Klien melaporkan tidur adekuat keadaan klien
- Ekspresi wajah klien tenang - Dampingi klien untuk
menggurangi kecemasan
dan meningkatkan
kenyamanan.
- Motivasi klien untuk
mencapaikan tentang isi
perasaanya
- Bantu klien menjelaskan
keadaan yang bisa
menimbulkan kecemasan
- Ajarkan klien teknik
relaksasi
Berduka berhubugan Setelah dilakukan tindaka Pasilitas penyelesain duka cita
dengan kehilangan keperawatan diharapkan klien dan pasilitasi penyelesain duka
janin ditandai dengan akan memperoleh kepuasan cita : kematian perinatal.
klien menyangkal mengatsi berduka di tunjukan - Bantu klien untuk
kehilangan,klien dengan kebisan mengidentifiksi reaksi awal
mengungkapkan rasa koping,penyeleasaian duka cita dari kehilangan
bersalah,klien dan penyesuayan - Bina hubungan saling
tamoak sedih,adanya psikososial:perubahan percaya dengan klien dan
perubahan kehidupan dengan kriteria: keluarga
aktivitas,perubahan - klien melaporkan - Bantu klien untuk
kebiasaan keadekuatan asupan mengklarifikasi mis
makanan dan cairan konsepsi
- klien melaporkan - Dengarkan eksfresi berduka
keadaekuatan dukungan klien
sosial - Beri lingkungan yang aman
- klien menyatakan duka cita terlindungi dan memiliki
secara verbal privasi untuk mempasilitasi
- klien menyatakan arti proses berduka
kehilangan secara verbal klien/keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN
Mola hidatidosa
A. Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan sekarang
• Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat pembedahan,
b) Riwayat penyakit yang pernah dialami,
• Riwayat kesehatan keluarga,
4. Riwayat kesehatan reproduksi
• Riwayat menstruasi
• Riwayat kehamilan,persalinan,dan nifas
• Riwayat seksual
5. Riwayat pemakaian obat
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien dengan mola hidatidosa biasanya keadaan umumnya lemah
b. Tanda-tanda vital :
1. Tekanan darah meningkat >120/70 mmHg
2. Nadi mungkin menurun
3. Suhu meningkat
4. Respirasi meningkat >20 x/menit
c. Kepala
1. Inspeksi : bersih atau tidaknya,ada atau tidak lesi
2. Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan,krepitasi,massa
d. Wajah
Inspeksi : tampak pucat,ada atau tidak edema.

e.mata
Inspeksi : konjungtiva tampak pucat (karena adanya perdarahan)

f. Hidung
Inspeksi : simetrsi atau tidak,ada tidaknya polip

g. Telinga
Inspeksi : ada tidaknya peradangan dan lesi.

h. Mulut
Inspeksi : periksa apakah bibir pucat atau kering,kelengkapan gigi,ada
tidaknya karies gigi.
i. Leher
1. Inspeksi : ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan
limfe (pemeriksaan dari arah depan klien)
2. Palpasi : ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan
limfe (pemeriksaan dari arah belakang klien)

j. Payudara
1. Inspeksi : ukuran payudara,simetrisitas,dan penampilan
kulit. Inspeksi puting terhadap ukuran,bentuk,ada tidaknya ulkus
dan kemerahan
2. Palpasi : palpasi payudara untuk mengetahui
konsistensi dan nyeri tekan.

k. Thorax
1. Inspeksi : pergerakan dinding
dada,frekuensi,irama,kedalaman,dan penggunaan otot bantu
pernapasan,ada tidaknya retraksi dinding dada.
2. Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan dan prepitasi vokal
premitus.
3. Perkusi : kenormalan organ intra thorax.
4. Auskultasi : ada tidaknya suara nafas
tambahan.
l. Abdomen
1. Inspkesi : pembesaran perut sesuai usia kehamilan,pendarahan
pervaginan,terlihriat jaringan parut pada perut,ada tidaknya jaringan
hasil konsepsi,tercium bau busuk dari vulva.
2. Auskultasi : bising usus normal.
3. Palpasi : pembesaran abdomen lebih besar dari usia kehamilan
(TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan)
4. Perkusi : suara normal timphani untuk mengetahui suara
normalnya bila masih ada sisa hasil konsepsi yang belum dikeluarkan
maka suara akan berubah menajdi lebih pekat.

m. Genitalia
Inspeksi : kebersihan kurang,perdarahan
pervaginan,kondisi vulva lembab

n. Ekstermitas atas
1. Inspeksi : ada tidaknya infus yang terpasang
2. Palpasi : CRT memanjang bila perdarahan

o. Ektermitas bawah
1. Inspeksi : ada tidaknya deformitas.
2. Palpasi : akral (perdarahan biasanya disertai dengan akral
dingin)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhuungan dengan prosedur invasif.
2. Kurangnya volume cairan berhubungan
dengan mual dan muntah berlebihan,pengeluaran
darah pervaginan,disertai gelembung mola
3. Cemas berhuungan dengan kuragnya
pengetahuan
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intevensi Rasional

1.Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri
berhuungan keperawatan selama ... x 24 jam secara komprehensif yang dirasakan sehingga dapat
dengan prosedur diharapkan klien akan membantu menentukan
invasif. menunjukkan nyeri berkurang 2. Observasi TTV intervensi yang tepat
atau hilang dengan kriteria hasil
: 3.Ajarkan 2.Untuk mengetahui kondisi
1. Klien mengatakan nyeri penggunaan teknik umum pasien
berkurang relaksasi dan non
2. Ekspresi wajah tenang farmakologi 3.Teknik relaksasi dapat
3. TTV dalam batas normal membuat klien merasa sedikit
4. Mampu mengunakan teknik 4. Kolaborasi nyaman dan distraksi dapat
non farmakologi untuk pemberian analgetik mengalihakan perhatian klien
mengurangi nyeri terhadap nyeri sehingga dapat
membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan

4.Obat-obatan analgetik akan


memblok reseptor nyeri
sehingga nyeri tidak dapat
dipersepsikan.
2. Kurangnya volume Setelah dilakukan 1.Monitor TTV 1.mengahui kondisi
cairan berhubungan tindakan keperawatan umum pasien
dengan mual dan selama ... x 24 jam 2.Monitor intake 2.mengetahui dengan
muntah diharapkan kebutuhan output segera cairan yang
berlebihan,pengeluar cairan klien adekuat masuk dan keluar baik
an darah dengan krteria hasil : lewat peroral maupun
pervaginan,disertai 1.TTV dalam batas parental
gelembung mola normal 3. anjurkan klien 3. agar cairan klien
2.tidak ada tanda- untuk banyak minum tetap terpenuhi
tanda air putih
dehidrasi,elastisitas,tur 4.Kolaborasi dengan 4.mencegah terjadinya
gor kulit baik,membran dokter untuk kekurangan cairan lebih
mukosa lembab,tidak pemberian terapi lanjut sehingga sesegera
ada rasa haus mungkin berikan terapi
berlebihan.
3.klien dapat
mempertahankan urin
output sesuai dengan
usia dan BB
3.Cemas Setelah dilakukan tindakan 1.kaji tingkat kecemasan 1.mengatahui sejauh
berhuungan keperawatan selama ... x 24 klien mana kecemasan
dengan kuragnya jam diharapkan klien mampu 2.beri kesempatan kepada tersebut mengganggu
pengetahuan mengontrol cemas dengan klien untuk mengungkapkan klien
kriteria hasil : perasaannya 2.Ungkapan perasaan
1.ekspresi wajah tenang 3.degarkan keluahan klien dapat memberikan rasa
2.klien tidak sering bertanya dengan empati lega sehingga
tentang penyakitnya 4.jelaskan pada klien tentang mengurangi kecemasan
proses penyakit dan terapi 3.dengan mendengarkan
yang diberikan keluhan klein secara
5.beri dorongan empati maka klien akan
spiritual/support merasa diperhatikan
4.menambah
pengetahuan klien
sehingga klien tahu dan
mengerti tentang
penyakitya
5.menciptakan
ketenangan batin
sehingga kecemasan
dapat berkurang.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi