Vous êtes sur la page 1sur 26

ARITMIA

YANG MENGANCAM JIWA


Definisi

Aritmia adalah gangguan irama pada jantung bisa cepat,


lambat dan ireguler yang dapat disebabkan oleh gangguan
sistem konduksi jantung serta gangguan pembentukan dan
atau penghantaran impuls. Disritmia umum pada orang
dengan kelainan jantung, namun dapat terjadi juga pada
orang dengan jantung normal. Disritmia biasanya diketahui
karena manifestasi klinis terkait seperti gejala pusing,
palpitasi, dan sinkop ( pingsan). Kelainan pada konduksi itu
berbahaya karena mengurangi curah jantung, yang dapat
menyebabkan gangguan perfusi serebri. (Black & Hawks,
2014).
Anatomi
Klasifikasi Aritmia Mengancam Jiwa

1. Fibrilasi ventrikel
2. Asistol ventrikel
3. PEA (Pulseless Electrical Activity)
4. Takhikardia ventrikuler
Fibrilasi ventrikel
Fibrilasi ventrikel (ventrikular fibrillation, VF) merupakan disritmia yang
mengancam jiwa yang ditinjau dengan pembentukan dan konduksi
impuls yang sangat cepat dan kacau. VF menyebabkan kontraksi
miokardial yang tidak adekuat. Akibatnya, jantung kehilangan
kemampuannya untuk berfungsi sebagai pompa. Saat pola re-entri
eksitasi awal terpecah menjadi gelombang-gelombang kecil yang
banyak, level disorganisasi akan meningkat. Kehilangan curah jantung
tiba-tiba dengan akibat hipoperfusi jaringan menciptakan iskemia
jaringan secara global; otak dan miokardium paling rentan. VF
merupakan penyebab utama kematian tiba-tiba. (Black & Hawk, 2014.,
Thaler, Malcolm. 2014.).
Sumber : Shirley. 2016
• Kecepatan : tidak menentu
• Irama : kacau
• Gelombang P : tidak ada
• Interval PR : tidak ada
• QRS : tidak ada
Etiologi

• Kerusakan miokardial yang parah (seperti MI)


• Hipotermia
• Fenomena R-pada-T
• Hipoksia
• Kontak dengan listrik voltase tinggi
• Ketidakseimbangan elektrolit
• Efek samping obat anti-disritmia atau toksisitas dari kuinidin
• Prokainamid atau digitalis
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari ventrikel fibrilasi adalah
• henti nafas
• henti jantung, dimana pada kondisi ini jantung hanya
bergetar saja tidak mampu berkerja sebagai pompa,
berarti terjadi kematian klinis yang dapat berlanjut
menjadi kematian biologis.
• Penderita biasanya sudah tidak sadar dan tidak ada
respon saat dicek kesadarannya. Kondisi di mana ruang
bawah jantung berdetak terlalu cepat dapat
menyebabkan fibrilasi ventrikel.
Komplikasi
• Gagal jantung
• Endokarditis
• Insufisiensi aorta
• Stenosis pulmonal
• Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh
darah paru yang progresif)
Penatalaksanaan

Ketika terjadi VF, harus segera melakukan RJP hingga defibrilator


tersedia. Defibrilasi hingga tiga kali jika diperlukan. Defibrilasi dapat
dilakukan oleh perawat yang memiliki pelatihan lanjut. Pola energi dan
monofasik standar dapat digunakan. Defibrilasi dimulai dengan 200
joules (J); jika tidak berhasil, dinaikan ke 300 J dan kemuadian 360 J.
Pada VF persisten, epinefrin, diberikan dan melakukan defibrilasi pada
360 J. Saat ini kebanyakan defibrilator bifasik dan tiap pabrikan
memiliki rekomendasinya sendiri, tetapi energinya yang digunakan
lebih kecil dibandingkan defibrilator monofasik lama. Obat-obat lain
digunakan bergantian dengan defibrilator (lidokain, magnesium sulfat,
sodium bikarbonat), bergantung pada irama jantung klien dan
keseimbangan elektrolit dan asam-basa. (Black & Hawk, 2014.)
Algoritma
Asistol ventrikel
Asistol ventrikel (cardiac standstill) merupakan tidak adanya aktivitas
listrik ventrikuler sama sekali. Klien tidak memiliki nadi yang teraba
(tidak ada curah jantung), dan tidak ada irama jika klien dimonitor.
Kejadian asistol ventrikel tiba- tiba pada klien sadar menyebabkan rasa
pusing yang diikuti kehilangan kesadaran, kejang, dan apnea dalam
beberapa detik. Jika disritmia tetapi tidak tertangani, kematian akan
terjadi. Asistol ventrikel harus ditangani dengan cepat.
Sumber: Jones, Shirley, 2016
• Kecepatan : tidak ada
• Irama : tidak ada
• Gelombang P : tidak ada
• Interval PR : tidak ada
• QRS : tidak ada
Etiologi

• Asistol primer
• Asistol Sekunder
Patofisiologi

keadaan dimana tidak terdapatnya depolarisasi ventrikel


sehingga jantung tidak memiliki cardiac output. Asistol
dapat dibagi menjadi 2 yaitu asistol primer (ketika sistem
elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi ventrikel) dan
asistol sekunder (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk
mendepolarisasi seluruh bagian jantung). Asistol primer
dapat disebabkan iskemia atau degenerasi (sklerosis) dari
nodus sinoatrial (Nodus SA) atau sistem konduksi
atrioventrikular (AV system). (Black & Hawk, 2014).
Manifestasi klinis

Tanda-tanda klinis dari asystole adalah


• pasien tidak sadar
• tidak terdeteksinadi dan napas. Atau sering disebut
dengan cardiac arrest. orang tersebut adalah mengalami
kematian.
• secara medis orang tersebut biladipasang monitor
jantung akan terlihat iramanya. Keadaan ini ditandai
dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung,
dan pada monitor irama yang terbentuk adalahseperti
garis lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus segera
diambiladalah CPR. Sumber: (Black & Hawk, 2014).
Komplikasi

Komplikasinya antara lain termasuk:


• gangguan saraf permanen
• komplikasi dari resusitasi atau prosedur
invasif itu sendiri.
• Kematian juga merupakan komplikasi dari
asistol.
Penatalaksanaan

Terapi terdiri atas RJP, epinefrin, atropin,


pacing trans-kutan, dan perbaikan dari
penyebab.
Algoritma
PEA (Pulseless Electrical Activity)

Aktifitas listrik tanpa nadi ( pulseless electrical


activity), dulunya disebut sebagai disosiasi elektro-
mekanik, merupakan kondisi adanya aktifitas listrik
di dalam jantung seperti yang terlihat di monitor,
namun tidak teraba nadi dengan palpasi pada
arteri manapun. Oleh karena itu ventrikel tidak
mampu memproduksi kontraksi yang efektif
walaupun adanya aktifitas listrik yang terus
menerus (Black & Hawk, 2014).
• Kecepatan : mencerminkan irama yang mendasari
• Irama : mencerminkan irama yang mendasari
• Gelombang P : mencerminkan gelombang P yang mendasari
• Interval PR : mencerminkan interval PR yang mendasari
• QRS : mencerminkan QRS yang mendasari
Etiologi
• penyakit jantung stadium akhir
• tamponade
• kordis
• embolus paru masif
• tekanan pneumotorak
• hipovolemia parah
• resusitasi jantung dalam waktu lama eksanguinasi, atau malfungsi akut dari katup prostetik.
• Hipoksia
• Ion hidrogen (asidosis)
• Hiperkalemia atau Hipokalemia
• Hipoglikemia
• Hipotermia
• Tablet atau Racun (overdosis obat)
• Cardiac Tamponade
• Tension pneumotoraks
• Trombosis (mis., Infark miokard, emboli paru)
• Takikardia
• Trauma (misalnya, hipovolemia akibat kehilangan darah)
Patofisiologi

aktivitas listrik pulseless adalah hasil dari kardiovaskular, pernafasan,


atau gangguan metabolik. Situasi yang menyebabkan perubahan
mendadak dalam preload, afterload, atau kontraktilitas sering
mengakibatkan PEA. Penghinaan awal melemahkan kontraksi jantung,
dan situasi ini diperburuk oleh memburuknya asidosis, hipoksia, dan
meningkatkan tonus vagal. kompromi lebih lanjut dari negara inotropik
dari otot jantung menyebabkan aktivitas mekanik yang tidak memadai,
meskipun aktivitas listrik hadir. Acara ini menciptakan lingkaran setan,
yang menyebabkan degenerasi irama dan kematian berikutnya dari
pasien.
Manifestasi klinis
• Jatuh pingsan, tidak dapat memberi respon
• sesak, sangat sulit bernapas,lalu henti napas
• Tidak ada denyut yang dapat dideteksi melalui palpasi
(adanya tekanan darah yang sangat rendah masih
mungkin terjadi pada kasus yang disebut pseudo –PEA).
Komplikasi

– Hipovolemia
– Hipoksia
– Hydrogen ion (asidosis)
– Hipo/hiperkalemia
– Hipoglikemia
– Hipotermia
– Toksin (“tablet”, contohnya overdosis obat,salah cerna)
– Tamponade jantung
– Tension pneumotorax
– Trombosis (koroner SKA) atau paru (emboli paru)
– Trauma

Vous aimerez peut-être aussi