Vous êtes sur la page 1sur 46

ANDROLOGI DASAR

by Laili Nur Azizah


Bidang yang di tangani Andrologi
dibagi dalam 5 kelompok besar, yaitu :

1. Infertilitas pria
2. Disfungsi ereksi
3. Hipogonadotropik hipogonadism
4. KB pria
5. Male aging
PENIS
• Standar pengukuran penis adalah Strecthed Penile
Length (SPL).
• Panjang penis diukur dari basis penis sampai ujung glans,
tanpa mengukur preputium. Basis penis didapatkan dengan
menekan lemak suprapubik dengan menyandarkan penis
pada sebuah penggaris yang kaku atau spatula kayu.
Penggaris atau spatula kayu yang diletakkan pada bagian
ventral penis secara vertikal, ditekan sampai teraba
simpfisis pubis. Penis kemudian ditarik sejauh mungkin
(stretched) secara vertical.
• Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan reratanya
digunakan sebagai hasil pengukuran panjang penis. Setelah
melakukan pengukuran penis perlu dievaluasi keadaan
anatomis penis, skrotum dan testis.
• Mikropenis adalah ukuran panjang penis kurang dari -2.5
SD untuk usia tanpa disertai kelainan struktural penis lain
(misalnya hipospadia).
Kriteria morfologi sperma
disebut normal bila
• Kepala : berbentuk oval, akrosom
menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron,
lebar ½ s/d 2/3 panjangnya.
• Midpiece : langsing (< ½ lebar
kepala), panjang 2x panjang kepala,
dan berada dalam satu garis lengan
sumbu panjang kepala.
• Ekor : batas tegas, berupa garis
panjang 9 x panjang kepala.
PEMERIKSAAN
PARAMETER SPERMA
Parameter-parameter sperma dapat
dinyatakan secara :
1. Kuantitatif, misalnya volume,
jumlah spermatozoa/ml, kadar
fruktosa.
2. Semi kuantitatif, misalnya
viskositas sperma, motilitas
spermatozoa.
3. Kuantitatif, misalnya bau dan
warna sperma.
Pemeriksaan makroskopis

• Segera setelah • Setelah proses


sperma likuefaksi selesai,
diejakulasikan, ditentukan
hendaknya diamati parameter sebagai
dalam wadah pe-
nampung : berikut :
1. Ada/tidaknya 1. Volume sperma
koagulum 2. pH sperma
2. Warna sperma 3. Kekerasan dan
3. Bau sperma warna sperma
4. Proses likuefaksi 4. Viskositas
sperma sperma
• Volume : Umumnya 2 – 4 Bila proses likuefaksi belum
ml. selesai/sempurna dalam
• Warna : Lazimnya putih waktu 20 menit, kita sebut
keabuan agak keruh, atau waktu likuefaksi
sedikit kekuningan. memanjang.
• Bau : Khas spesifik • Viskositas : - Normal :
sperma, atau “langu” waktu tetesan 1 – 2 detik
• pH : 7.2 – 7.7 • Aqlutinasi : - Normal :
• Koagulum : Normal tidak terdapat aqlutinasi
terdapat sesaat setelah sejati.
sperma diejakulasi dan • Lekosit : - sebagai
tidak tampak lagi setelah batasan, sperma normal
20 menit, oleh karena tidak mengandung lekosit
proses likwefaksi telah lebih dari satu juta/ml.
selesai. Sperma yang mengandung
lebih dari 1 juta lekosit per
ml disebut sebagai sperma
yang mengalami
pencemaran.
Pemeriksaan mikroskopis

• Pemeriksaan mikroskopis dilakukan


setelah proses likuefaksi selesai.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pergerakan spermatozoa
2. Kepadatan spermatozoa
3. Morfologi spermatozoa
4. Ada/tidaknya aglutinasi
spermatozoa
5. Adanya sel bundar (Round cells)
6. Mikroorganisme
7. Partikel lepasan dan kristal
INTERPRETASI
SPERMIOGRAM
Interprestasi spermiogram sampai saat ini
adalah berdasarkan pada 3 parameter
pokok, yakni :
1. Jumlah spermatozoa/ml,
2. Persentase spermatozoa motil,
3. Persentase spermatozoa berbentuk normal
Jumlah spermatozoa/ml
Jumlah spermatozoa/ml yang menjadi
pegangan untuk dikatakan cukup, kurang
ataupun berlebih adalah 20 juta/ml.
Istilah yang dipakai adalah sbb :
• 0 Juta/ml disebut Azoospermia
• > 0 - 5 Juta/ml disebut
Ekstrimoligozoospermia
• < 20 juta disebut oligozoospermia
• > 250 Juta/ml disebut Polizoospermia
Jumlah spermatozoa 20 – 250 juta/ml sudah
dianggap masuk dalam batas-batas yang
normal.
PROSENTASE
SPERMATOZOA MOTIL
Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila
50% atau lebih spermatozoa menunjukkan
pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang
cukup baik atau sangat baik (grade II/III). Gradasi
menurut W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa
adalah sebagai berikut :
• 0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan
• 1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan
lambat
• 2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat
• 3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat
• Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%,
maka spermatozoa disebut astenik. Istilah yang
digunakan adalah Astenozoospermia.
PERSENTASE
MORFOLOGI NORMAL
• Spermatozoa disebut mempunyai
kualitas bentuk yang cukup baik bila
≥ 50% spermatozoa mempunyai
morfologi normal. Pemeriksaan
morfologi mencakup bagian kepala,
leher dan ekor dari spermatozoa.
Bila > 50% spermatozoa mempunyai
morfologi abnormal, maka keadaan
ini di sebut teratozoospermia.
Istilah-istilah yang dipakai pada
bentuk yang abnormal adalah :
• Makro : 25 % > kepala normal
• Mikro : 25 % <>
• Taper : kurus, lebar kepala ½ yng normal, tidak jelas
batas akrosom, memberi gambaran cerutu
• Piri : memberi gambaran ”tetesan air mata”
• Amorf : Bentuk kepala yg ganjil, permukaan tidak
rata, tidak jelas batas akrosom
• Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak
menunjukkan akrosom
• Piri : tidak jelas adanya kepala yg nyata, tampak
midpiece dan ekor saja
• Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau
midpiece, lebih cerah
• Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak
halus / ganda
INFERTILITAS
PRIA
(CHILDLESSNESS)
DEFINISI
• INFERTILITAS adalah suatu keadaan
pasangan yang sudah menikah lebih
dari satu setengah tahun tanpa
kontrasepsi, tidak punya anak.
• Kenyataan menunjukkan, 40 persen
masalah yang membuat sulit punya
anak terdapat pada wanita, 40
persen pada pria, dan 30 persen
pada keduanya.
PENYEBAB
• Tidak diketahui penyebabnya (25%).
• Pelebaran pembuluh darah balik/vena di sekitar
buah zakar yang disebut varikokel (40%).
• Sumbatan/obstruksi pada saluran sperma (15%).
• Faktor lain misalnya gangguan hormon, kelainan
bawaan, pengaruh obat, gangguan ereksi atau
ejakulasi, radiasi, keracunan pestisida, gangguan
imunologi, operasi di daerah panggul, dan lain-
lain (20%).
PENCEGAHAN
• Mencegah infeksi (Prostat, buah zakar, saluran
sperma) serta penanganan scr serius (smallpox,
mumps, TB, prostatitis, STD).
• Mengindari zat beracun : alkohol (menurunkan
jumlah & kualitas sperma), alkohol
(mempengaruhi hormon testosteron), mariyuana
(mengganggu pertumbuhan sperma), dan obat-
obatan lain.
• Mencegah injury direct (trauma testis/pelvis,
suhu) dan indirect (radioterapi, kemoterapi)
PENANGGULANGAN
INFERTILITAS
• Operasi varikokel.
• Operasi utk mengambil
sumbatan pada saluran sperma.
• Koreksi hormonal dan
penghentian obat-obatan.
• Inseminasi bantuan dan
inseminasi in vitro (bayi
tabung).
DISFUNGSI
EREKSI
(IMPOTENCE)
DEFINISI
• Menurut WHO disfungsi ereksi
adalah keadaan di mana ereksi
tidak bisa dicapai atau
dipertahankan sampai koitus
selesai selama 3 bulan.
• Definisi praktik klinis : keadaan di
mana penis tidak bisa mencapai
ereksi yang cukup keras pada saat
melakukan aktivitas seksual,
sendiri atau bersama pasangan
selama 1 bulan.
kemampuan ereksi berkurang seiring
dengan bertambahnya usia.
Yang dimaksud “kemampuan”, meliputi:
• Lamanya waktu yang diperlukan untuk bisa
ereksi,
• Lebih banyaknya stimulasi (rangsangan)
langsung untuk ereksi,
• Kurang mantapnya (kurang keras) ereksi,
• Kurang bisa mencapai puncak orgasme,
• Sedikitnya jumlah ejakulasi,
• Lebih lamanya waktu tenggat antar ereksi
(waktu yang diperlukan dari ereksi pertama
ke ereksi berikutnya lebih lama).
MEKANISME EREKSI
• Pada dasarnya mekanisme ereksi terjadi melalui
proses neurologis dan hemodinamik yang dikontrol
oleh faktor psikologis. Sehingga penyebab
disfungsi ereksi dibagi menjadi faktor psikologis
dan faktor organik yang dapat disebabkan oleh
kelainan pada pembuluh darah (vaskulogenik),
persarafan (neurogenik) dan hormon
(endokrinologik)
• Rangsangan dari susunan saraf pusat akan
dilanjutkan pada tingkat medula spinalis yang
mempunyai dua pusat persarafan ereksi, sistem
persarafan parasimpatis yang merupakan pusat
rangsangan terjadinya ereksi (erektogenik)
terletak pada segmen sakrum (S2 - S4) pada
manusia nukleus parasimpatis terutama terdapat di
saraf preganglion parasimpatis pada columna
intermedio lateral medula spinalis sakrum S3.
Akson parasimpatis akan melalui nervus pelvikus
menuju pleksus pelvis dan bersinap dengan
persarafan post ganglion dimana akson menujun
ke nervus cavernosus.
• Penis di persarafi oleh sistem
persarafan otonom (simpatis dan
parasimpatis) pada daerah pelvis
kedua saraf bersatu membentuk
nervus kavernosus yang masuk ke
dalam korpus kavernosus, korpus
spongiosum dan gland penis untuk
pengaturan aliran darah selama
ereksi dan detumesen.
• Sistem persarafan tersebut bertanggung jawab terhadap
terjadinya tiga macan tipe ereksi : psikogenik, refleksogenik dan
nokturna.
• Ereksi psikogenik yang terjadi karena rangsangan pendengaran,
penciuman dan fantasi yang diolah pada susunan saraf pusat akan
dilanjutkan pada pusat ereksi di medula spinalis (T11-L2 dan S2-
S4) sehingga terjadi ereksi.
• Ereksi refleksogenik yang terjadi karena rangsangan perabaan
pada organ genital dan sekitarnya, akan menuju pusat ereksi di
medula spinalis yang akan menimbulkan persepsi sensoris yang
akan mengaktifkan sistem saraf otonom untuk menyampaikan
rangsangan pada nervus kavernosus sehingga terjadi ereksi.
• Tipe ereksi ini akan tetap terjadi pada pasien dengan cedera
medula spinalis diatas segmen sakrum 2. Ereksi nokturna
umumnya terjadi selama tidur rapid eye movement (REM).
Selama tidur REM akan mengaktifkan sistem saraf kolinergik yang
terletak pada tegmentum pontin lateral, sehingga terjadi
peningkatan ketegangan penis.
GEJALA DISFUNGSI EREKSI
• Tidak mampu ereksi sama sekali
atau tidak mampu
mempertahankan ereksi secara
berulang (paling tidak selama 3
bulan).
• Tidak mampu mencapai ereksi yang
konsisten.
• Mampu ereksi hanya sesaat.
PENYEBAB
1. Penyebab organik (kelainan organ), yakni: Berkurangnya
aliran darah ke penis, misalnya: penyakit vaskuler,
gangguan hormonal, pasca operasi prostat, dan lain-lain.
Kerusakan saraf yang disebabkan penyakit lain,
misalnya: diabetes. Obat-obatan merupakan penyebab
utama.
2. Faktor psikologis, antara lain: stress, kecemasan, depresi,
rasa letih, perselisihan, sakit hati, rasa bersalah, paranoid
dan sejenisnya. Selain itu, disfungsi ereksi berhubungan
dengan beberapa faktor resiko diantaranya: hipertensi,
diabetes, usia di atas 40 tahun, penyakit kardiovaskuler,
kerusakan saraf tulang belakang (spinal cord), merokok,
rendahnya kadar testosteron, penyakit pada penis
(contoh: cedera penis), obat-obatan tertentu, alkohol,
radiotherapy dan lain-lain.
OBAT-OBAT PENCETUS
• Obat-obat yang berhubungan dengan
disfungsi ereksi, antara lain:
• Obat yang menimbulkan kecanduan,
misalnya: heroin, metadon, alkohol
• Antihipertensi, misalnya: metildopa,
tiazid, spironolakton, klonidin, beta-
bloker.
• Ketokonazol, penghambat reseptor H-2,
antikolinergik
• Antidepresan (trisiklik), antipsikotik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Duplex ultrasound
• Penile nerves function
• Nocturnal penile tumescence (NPT)
• Dynamic Infusion Cavernosometry (DICC)
• Corpus Cavernosometry
• Digital Subtration Angiography (DSA)
• Magnetic resonance angiography (MRA)
PENGOBATAN

• Ditujukan utk memperbaiki fungsi


ereksi. Pada kasus faktor
psikologis, tdk memerlukan
pengobatan. Penyembuhan
membutuhkan peran pasangan.
PENGOBATAN
• Sexual Counselling
• Oral Medication
• Hormone Replacement
Therapy
• External Vacuum Devices
• Penile Injections
• Penile Implants
• Microsurgery
PENILE INJECTION
PENILE IMPLANT
ANJURAN
• Hindari obat-obat dan gaya hidup pencetus disfungsi
ereksi, misalnya minuman
• Alkohol berlebihan dan sejenisnya
• Rileks. Di beberapa pusat kebugaran menyediakan
metode relaksasi.
• Olahraga teratur sesuai kemampuan dan cukup
istirahat
• Dukungan dan toleransi pasangan diperlukan untuk
pemulihan disfungsi ereksi
• Komunikasi penuh kasih dengan pasangan
• Konsultasi kepada psikolog jika penyebabnya faktor
psikologis
• Konsultasi kepada dokter khususnya dokter ahli
andrologi (jika ada)
KB PRIA
PENDAHULUAN
• Saat ini pencapaian KB pria
baru mencapai 1,36 persen
dari sasaran RPJMN sebesar
4,5 persen.
• Perlu sosialisasi-promosi dan
responsif dari PLKB serta
motivasi dari pria selaku
pengguna.
BKKBN
• Visi baru "seluruh keluarga
ikut KB" dan
• Misi "mewujudkan keluarga
kecil bahagia sejahtera".
LIMA STRATEGI DASAR
BKKBN
1. menggerakkan dan
memberdayakan seluruh
masyarakat dalam program KB,
2. menata kembali pengelolaannya
program KB,
3. memperkuat SDM operasional KB,
4. meningkatkan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga melalui
pelayanan KB dan
5. meningkatkan pembiayaan
program KB.
ALAT KB PRIA
• Kondom
• Vasektomi
• Terapi hormonal
• Pemanasan testis
• IVD (intra vas device)
• Blokade vitamin A (dlm
tahap penelitian)
MALE AGING
Andropause
ANDROPAUSE
• Adalah perubahan penuaan
yang terjadi pada sistem
reproduksi pria, termasuk
perubahan jaringan testikular,
produksi sperma dan fungsi
ereksi. Terjadinya perlahan-
lahan dan bervariasi.
Perbedaan
PENYEBAB
• Penurunan kadar testosteron
Pada sekitar umur 20 tahun pria mempunyai
konsentrasi testosteron tinggi dalam darah, antara
800-1200 nanogram/desiliter. Konsentrasi ini
dipertahankan sekitar 10-20 tahun. Setelah itu
menurun sekitar satu persen per tahun, dan pada
testosteron bebas terjadi penurunan 1,2 persen per
tahun.
GEJALA
• Feeling fat/weight gain
• Problems sleeping
• Less interest in sex (decreased libido)
• Feeling irritable or angry
• Erection problems
• Nervousness
• Problems with memory and concentration
• Muscle loss (size and strength)
• Increased urination
• Depression
• Loss of energy
• Bone and hair loss
PENGOBATAN
• Terapi hormon testosteron
(injeksi, salep/krim,
implant/susuk, pil/kapsul, serta
semacam koyo).
• Latihan fisik, perubahan diet,
stress reduction.
• Libatkan/lihat dukungan keluarga.

Vous aimerez peut-être aussi