Vous êtes sur la page 1sur 13

AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI MATA UANG ASING

JULIA SAFIRA
AKUNTANSI UNTUK TRANSAKSI MATA
UANG ASING
Transaksi mata uang asing adalah dimana
nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang
fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia,
akuntansi untuk transaksi dalam mata uang
asing diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan tahun 2007 yaitu PSAK No.10
tentang transaksi dalam mata uang asing dan
PSAK No.11 tentang penjabaran laporan
keuangan dalam mata uang asing yang
meliputi penentuan kurs
Ketentuan PSAK No.10 tentang
Transaksi Mata Uang Asing
• Membeli atau menjual barang atau jasa yang
harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing;
• Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana
yang didenominasi dalam suatu mata uang asing;
• Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta
asing yang belum terlaksana; atau
• Memperoleh atau melepaskan asset, dan
menimbulkan atau melunasi kewajiban yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing
Penyajian Laporan Keuangan

• Translation of Foreign Exchange Financial


Statement

• Foreign Exchange Transaction


Jenis Transaksi Mata Uang Asing
• Utang Dagang
• Utang Jasa
• Utang Bunga Pinjaman
• Piutang
• Dividen
• Kontrak Berjangka dalam Valas
Pos – Pos yang Harus Dijabarkan dalam
Mata Uang Asing
• Pendekatan Nonmoneter/Moneter
• Pendekatan Lancar/Tidak Lancar
• Pendekatan Temporal
• Pendekatan Mata Uang Fungsional
Akuntansi Kerugian Selisih Kurs Mata
Uang Asing
• Pembebanan langsung dalam perhitungan
laba atau rugi pada periode terjadinya
perubahan.
• Penangguhan dan amortisasi selama periode
berikut sesuai saat realisasi
• Dikapitalisasi ke dalam harga asset yang
bersangkutan
Pajak Penghasilan Atas Selisih Kurs
Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan,
keuntungan selisih kurs merupakan salah satu
bentuk penghasilan yang menjadi objek pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf l
UU PPh.
Di sisi lain, kerugian selisih kurs yang dialami
oleh Wajib Pajak dapat dikurangkan dalam
menghitung penghasilan kena pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan BUT. Hal ini ditegaskan
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf e Undang-undang
PPh.
Sistem pembukuan yang
diperkenankan digunakan Wajib Pajak
• Kurs tetap, pembebanan selisih kurs dilakukan
pada saat terjadinya realisasi perkiraan mata
uang asing tersebut.
• Kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun,
pembebanan dilakukan pada setiap akhir tahun.
Penghasilan tersebut sebagai penghasilan rutin
diselenggarakan secara taat asas, sehingga
dipandang selisih kurs berhubungan dengan
usaha Wajib Pajak.
Kepentingan Rekonsiliasi Fiskal
• Menggunakan Kurs Tetap
• Menggunakan Kurs tengah Bank Indonesia
Contoh
PT A bergerak di bidang penyewaan apartemen. Sesuai dengan kontrak,
sewa apartemen tiap bulan adalah sebesar US$1,000 dan diterbitkan invoice
setiap tanggal 1.
Pada tanggal 1 September 2010 PT A menerbitkan invoice sebesar US$ 1,000
kepada penyewa. Pada tanggal tersebut, kurs yang berlaku adalah Rp9.000,00 per
1 US$. Pada tanggal 1 September 2010 tersebut PT A mengakui penghasilan atas
sewa apartemen sebesar Rp9.000.000,00 (US$ 1,000 x Rp9.000,00).
Pada tanggal 15 September 2010 penyewa membayar sewa apartemen.
Pada tanggal tersebut, kurs yang berlaku adalah Rp8.700,00 per 1 US$, sehingga
nilai sewa yang dibayar adalah sebesar Rp8.700.000,00 (US$ 1,000 x Rp8.700,00).
Atas perbedaan waktu antara tanggal penerbitan invoice dan tanggal
pembayaran timbul kerugian selisih kurs bagi PT A sebesar Rp300.000,00
((Rp9.000,00 – Rp8.700,00) x US$ 1,000)).
Atas kerugian selisih kurs tersebut tidak diakui sebagai biaya bagi PT A
karena berasal dari penyewaan apartemen yang telah dikenai Pajak Penghasilan
bersifat final.
Sementara itu, keuntungan atau kerugian selisih kurs yang tidak berkaitan
langsung dengan usaha Wajib Pajak yang dikenakan PPh final atau yang bukan
objek pajak, diakui sebagai penghasilan atau biaya sepanjang biaya tersebut
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
.
Contoh
PT Rosyida Baru yang bergerak di bidang ekspor mebel, pada Januari
2009 menjual produknya ke Amerika dengan nilai 100,000 USD dengan
nilai kurs Rp. 9.000,- per dollarnya. Pada bulan Maret 2009 atas piutang
dari penjualan produk tersebut dilunasi, dan pada saat pelunasantersebut
nilai kursnya sebesar Rp. 10.000,- per 1 USD. Atas transaksi tersebut PT
Rosyida Baru mengakui adanya laba selisih kurs sebesar Rp 100.000.000,-,
dengan jurnal yang dilakukan oleh Wajib Pajak adalah sebagai berikut:
Saat penjualan:
Piutang dagang Rp 900.000.000,00
Penjualan Rp900.000.000,00
Saat pelunasan:
Kas/Bank Rp 1.000.000.000,00
Piutang dagang Rp 900.000.000,00
Laba selisih kurs Rp 100.000.000,00
TERIMA KASIH

Akuntansi Mata Uang Asing

Vous aimerez peut-être aussi