Vous êtes sur la page 1sur 29

PENYAKIT ASMA

Kelompok 11 :
1. Hartia Wahyuningsih 3351171165
2. Nita Noorlita 3351171168
3. Orysa Rahmaeni b 3351171159
4. Putri Julianti 3351171162
5. Desi Setiawati 3351171169
6. Fx Hendrick Sebastian 3351171128
7. Silvia Purnamasari 3351171028
8. Durotun Navisah 3351171174
Definisi
• Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas
dengan berbagai komponen.
• Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperaktifitas jalan napas yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa sesak napas, dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam
atau dini hari.
• Episodik tersebut berkaitan dengan sumbatan
saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
TERAPI NON FARMAKOLOGI
1. Edukasi pasien
2. Pengukuran peak flow meter
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Pemberian oksigen
5. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi
terutama pada anak-anak
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
TERAPI FARMAKOLOGI
Simpatomimetik

Xantin

GOLONGAN Antikolinergik

Kromolin Sodium
dan Nedokromil

Kortikosteroid
Obat-obat
penunjang
Antagonis
Reseptor
Leukotrien
PREVALENSI ASMA
• WHO menyebutkan lima penyakit paru utama
merupakan 17,4% dari seluruh kematian di
dunia, masing-masing terdiri dari
1. infeksi paru 7,2% PPOK (Penyakit Paru
Obstruksi Kronis) 4,8%
2. Tuberkulosis 3,0%,
3. kanker paru/trakea/bronkus 2,1% dan
4. Asma 0,3%.
PENCEGAHAN PENYAKIT ASMA
pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah datangnya serangan penyakit asma,
antara lain :
1. Menjaga kesehatan
2. Menjaga kebersihan lingkungan
3. Menghindarkan faktor pencetus serangan
penyakit asma
4. Menggunakan obat-obat antipenyakit asma
PENANGANAN PENYAKIT ASMA
• Penyakit asma (asthma) sampai saat ini belum dapat
diobati secara tuntas, ini artinya serangan asma dapat
terjadi di kemudian hari.
• Penanganan dan pemberian obat-obatan kepada
penderita asma adalah sebagai tindakan mengatasi
serangan yang timbul yang mana disesuaikan dengan
tingkat keparahan dari tanda dan gejala itu sendiri.
• Prinsip dasar penanganan serangan asma adalah
dengan pemberian obat-obatan baik suntikan
(hydrocortisone), sirup ventolin (salbutamol)
atau nebulizer (gas salbutamol) untuk membantu
melonggarkan saluran pernapasan.
• Pada kasus-kasus yang ringan dimana dirasakan
adanya keluhan yang mengarah pada gejala
serangan asma atau untuk mencegah terjadinya
serangan lanjutan, maka tim kesehatan atau dokter
akan memberikan obat tablet
seperti Aminophylin dan Prednisolone.
• Bagi penderita asma, disarankan kepada mereka
untuk menyediakan/menyimpan obat hirup
(Ventolin Inhaler) di mana pun mereka berada
yang dapat membantu melonggarkan saluran
pernapasan dikala serangan terjadi.
PATOGENESIS
• Serangan asma terjadi karena adanya
gangguan pada aliran udara akibat
penyempitan pada saluran nafas atau
bronkeolus.
• Penyempitan tersebut sebagai akibat
adanya arteriosklerosis atau
penebalan dinding bronkeolus,
disertai dengan peningkatan ekskresi
mukus atau lumen kental yang
mengisi bronkeolus, akibatnya udara
yang masuk akan tertahan di paru-
paru sehingga pada saat ekspirasi
udara dari paru-paru sulit dikeluarkan,
sehingga otot polos akan berkontraksi
dan terjadi peningkatan tekanan saat
bernafas.
• Karena tekanan pada saluran nafas
tinggi khususnya pada saat espirasi,
maka dinding bronkeolus tertarik
kedalam (mengerut) sehingga
diameter bronkeolus semakin kecil
atau sempit.
PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI
Asma merupakan inflamasi kronik saluran
napas. Berbagai sel inflamas berperan, terutama
sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag,
netrofil dan sel epitel.Melibatkan beberapa faktor
: Autonom, Imunologis, Infeksi, Endokrin dan
psikologis.
• AUTONOM
Aktivitas bronkokontriktor neural diperantarai oleh bagian
kolinergik sistem saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel
jalan nafas, disebut reseptor batuk atau iritan, tergantung pada
lokasinya, mencetuskan refleks arkus cabang aferen, yang pada
ujung cabang eferen merangsang kontraksi otot polos
Neurotransmisi peptida intestinal vasoaktif (PIV) memulai relaksasi
otot polos bronkus.

• IMUNOLOGI
Terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan. Kadar
IgE total maupun spesifik penderita meningkat terhadap antigen
yang terlibat. Paling sering ditemukan pada usia 2 tahun pertama
juga orang dewasa (asma yang timbul lambat)→asmaintrinsik .
• ENDOKRIN
Asma lebih buruk dalam hubungannya dengan
kehamilan, menstruasi /saat wanita menopause.
Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas,
hal ini dikaitkan dengan hormonal
• PSIKOLOGIS
Faktor psikologis emosi → gejala-gejala asma
pada beberapa anak & dewasa yg menderita
penyakit asma
Faktor Risiko

faktor pejamu
(host) faktor lingkungan.
GEJALA DAN DIAGNOSIS
• Beberapa kasus tidak menunjukan adanya
gejala dan hanya mengalami serangan sesak
nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi
sewaktu-waktu. Gejala asma biasanya batuk
dan mengi (bengek) serta mengalami
serangan hebat setelah menderita suatu
infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar
oleh alergen maupun iritan.
• pertama kali dirasakan oleh pasien asma
adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di
dada. Selama serangan asma, sesak nafas bisa
menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa
cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan,
penderita juga akan mengeluarkan banyak
keringat. Pada serangan yang sangat berat,
pasien menjadi sulit untuk berbicara karena
sesaknya sangat hebat.
DIAGNOSIS
• pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri j
uga digunakan untuk menilai beratnya
penyumbatan saluran udara dan untuk
memantau pengobatan.
• Tes kulit alergi bisa membantu menentukan
alergen yang memicu timbulnya gejala asma.
sangat penting untuk mengetahui faktor
pemicu terjadinya asma, maka bisa
dilakukan bronchial challenge test.
• Sebelum memberikan resep/obat-obatan dan
terapi kepada pasien, dokter akan melakukan test
fungsi paru anda atau test pernafasan untuk
menyakinkan hasil pemeriksaan berdasarkan
riwayat kesehatan keluarga pasien.
• Test fungsi saluran pernafasan/paru digunakan
untuk mengukur kemampuan bernafas pasien.
Hasil pemeriksaan rontgen paru dapat
memperlihatkan jika ada sumbatan pada saluran
pernafasan yang merupakan indikasi asma.
ALGORITMA TERAPI
INTERAKSI OBAT
Obat 1 Obat 2 Interaksi Efek yang diberikan

Obat asma Epinefrin/Teofilin Stimulan lain (Amfetain, Sinergis meningkatkan terjadi takikardia, tremor,
kafein, antidepresan MAOI, rangsang di SSP agitasi, gelisah, palpitasi
sediaan batuk/flu jantung, demam, hilangnya
koordinasi otot, pernafasan
cepat dan dangkal, insomnia

Epinefrin Antipsikosis (Haloperidol, Penurunan tekanan darah yang Pusing, lemah, pingsan, syok
loksapin, proklorperazin) berbahaya
Epinefrin/Teofilin Beta bloker Saluran bronkhus tidak akan Asma tidak terobati
terdilatasi, Menurunkan efek
obat asma
epinefrin Obat jantung digitalis Meningkatkan efek obat Aritmia jantung
jantung digitalis
Epinefrin Obat antihipertensi Menurunkan efek obat Tekanan darah tetap tinggi
antihipertensi
Epinefrin Obat antidiabetes Menurunkan efek antidiabetes Kadar gula darah tetap tinggi

Teofilin Alupurinol Efek obat asma meningkat Efek samping merugi


meningkat
Teofilin Simetidin Efek teofilin meningkat Efek samping meningkat (sakit
kepala, tremor, insomnia,
takikardia)
KEGAGALAN TERAPI PENYAKIT
ASMA
1. Pertama, penggunaan obat, di antaranya kesulitan
menggunakan inhaler , jumlah obat yang terlalu banyak
dikonsumsi, perasaan takut terhadap efek samping obat,
mahalnya biaya pengobatan asma, dan sulitnya akses
mendapatkan obat.
2. Faktor di luar obat, yaitu kesalahpahaman atau kurangnya
informasi mengenai asma dan tata laksana terapinya,
kekhawatiran tentang efek samping yang disebabkan
pengobatan asma, dan harapan yang tidak dapat terpenuhi.
3. Pasien sering meremehkan keparahan penyakit, sikap
terhadap kesehatan yang buruk, serta faktor budaya dan
komunikasi yang buruk antara pasien dan dokter atau apoteker
sehingga tidak tercapainya tujuan pengelolaan asma.
STUDI KASUS
Ny. SA berusia 58 tahun datang ke Rumah Sakit AY dengan
keluhan sesak nafas sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit
karena kehujanan. Sebelumnya pasien sering sesak nafas jika
suasana dingin atau kelelahan. Pasien menyangkal sering sesak
napas sejak kecil. Pasien mulai sering sesak napas ± pada usia
40 tahun. Awalnya sesak napas hanya timbul satu bulan sekali
tapi lama-lama frekuensi sesak semakin sering terutama dua
tahun terakhir ini. Dan sejak tiga bulan terakhir, sesak napas
datang setiap hari. Sesak napas dirasakan memberat pada
malam hari atau saat suasana dingin atau jika pasien kelelahan.
Dan hampir setiap malam sesak napas datang. Pasien juga
mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama
tiga bulan terakhir ini pasien rutin meminum obat dari hasil
kontrol ke Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit AY.
Subjective :
Keadaan umum dari pasien yaitu tampak sesak, berkeringat.
Badan lemas dan muka pucat.

Objective :
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah di rawat sebanyak 3 kali dalam setahun ini
karena asma. Riwayat sakit darah tinggi dan kencing manis disangkal
pasien.
Riwayat penyakit keluarga:
Di keluarga pasien ada yang punya penyakit asma (kakek).
Pasien mengatakan tidak ada keluarga sedarah yang menderita
hipertensi, kencing manis, maupun sakit yang lainnya.
• Pemeriksaan fisik :
• Tekanan darah : 120/80 mmhg
• Frekuensi nafas : 38 x/mnt
• Suhu tubuh : 36,8 ºC
• Berat Badan : 57 kg
• Tinggi badan : 155 cm
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hb 14,5 gr%

Leukosit 16.300/uL

Ht 41,5%

Trombosit 193.000/uL

Diff count 7,8/ 1,9/ 90,3 %

LED 45 mm/jam
Assesment :
Pasien didiagnosa mengidap asma bronchiale persisten sedang

Plan :
Terapi yang dianjurkan dan diberikan diantaranya :
1.Tirah baring
Tirah baring atau bedrest diperlukan untuk penderita asma dengan cara berbaring pada posisi
yang nyaman diatas ranjang dan tidak melakukan aktivitas berat serta istirahat yang cukup
2.O2 2 liter/menit
3.Ventolin nebulizer 2-3x/hari jika perlu
Ventolin nebulizer mengandung salbutamol yaitu obat yang digunakan untuk menghilangkan
bronkospasme seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Salbutamol adalah
obat sistem saluran nafas yang termasuk golongan agonis adrenoreseptor beta-2 selektif
kerja pendek (short acting beta-adrenergic receptor agonist). Obat ini bekerja dengan cara
merangsang secara selektif reseptor beta-2 adrenergik terutama pada otot bronkus. hal ini
menyebabkan terjadinya bronkodilatasi karena otot bronkus mengalami relaksasi.
• Medikamentosa : IVFD
RL + 1 amp aminofilin
XX gtt/mnt
• Deamethason 2x1 amp
• Cefotaxim 2x1 g
• Ranitidin 2x1 amp
TERIMAKASIH

Vous aimerez peut-être aussi