Vous êtes sur la page 1sur 34

PROSPEK DAN TANTANGAN

AGRIBISNIS NASIONAL
Prospek
• Penawaran
• Permintaan

2
Prospek Penawaran
• Sumberdaya Hayati
• Sumberdaya Perikanan
• Sumberdaya Perkebunan
• Sumberdaya Peternakan
• Sumberdaya Manusia
• Modal Sosial

3
Sumberdaya Hayati

• Dilihat dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada


daerah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi
sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan
tumbuh dengan cepat.
• Indonesia merupakan negara dengan tingkat
biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Brasil.
• Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan
dengan adanya 10% dari tanaman berbunga yang
dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12%
dari mamalia, 16% dari hewan reptil, 17% dari burung,
18% dari jenisterumbu karang, dan 25% dari hewan
laut.

4
Sumberdaya Perikanan

• Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia


karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar.
Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km (World
Resources Institute, 1998) dengan luas wilayah laut 5,4 juta
km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar
7,1 juta km2.
• Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara
yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk
kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan
terbesar.
• Terdapat 17 Wilayah penangkapan ikan, 14 di antaranya
mengalami oferfishing, 2 wilayah lainnya under fishing,
termasuk perairan Indonesia.

5
Sumberdaya Perikanan

• Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu,
dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang),
dan budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang
potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha.
• Budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk,
sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta
bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi
kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri
bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan
pangan.
• Besaran potensi hasil laut dan perikanan Indonesia mencapai 3000
triliun per tahun, akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya
sekitar 225 triliun atau sekitar 7,5% saja.
(http://kmip.faperta.ugm.ac.id/potensi-kelautan-dan-perikanan-
indonesia/)

6
Sumberdaya Perkebunan
• Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006
memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192
juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan
budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan
lindung.
• Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian
seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering
tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9
juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian
tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47
juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan
areal pertanian.
• Badan Pertanahan Nasional sesungguhnya memiliki lahan yang berpotensi
untuk digunakan sebagai pengembangan komoditas pertanian seluas 7,2
juta hektar. Namun faktanya hanya sedikit yang dimanfaatkan sekitar 500
ribu hektar saja menurut kementrian pertanian.

7
Sumberdaya Perikanan

• Di tengah meluapnya arus impor barang konsumsi dari luar


negeri, komoditas pertanian dan perkebunan masih
menjadi komoditi unggulan di kancah internasional.
• Terdapat paling tidak 5 komoditas pertanian dan
perkebunan Indonesia yang mendunia.
• Pada tahun 2011 Indonesia menguasai pasar minyak sawit
mentah dunia sebesar 47% mengungguli Malaysia di
tempat ke 2 dengan 39%. Ekspor kelapa sawit mampu
menyumbang devisa Negara sebesar USD 14 miliar pada
tahun 2010 dan diperkirakan akan terus meningkat secara
signifikan dari tahun ketahunnya.

8
Sumberdaya Perkebunan
• Tanaman rempah-rempah yang tumbuh subur di
Indonesia menarik minat bangsa lain untuk
menguasainnya. Sampai saat ini Indonesia masih
sebagai eksportir utama rempah-rempah di dunia,
diantaranya adalah pala (no. 1), kayu manis (no. 1),
cengkeh (no 1) dan lada (no. 2).
• Indonesia merupakan penghasil kakao no 3 di dunia
setelah Pantai Gading dan Ghana. Pada tahun 2010
produksi kakao Indonesia mencapai 574 ribu ton atau
menyumbang 16% produksi kakao dunia, sedangkan
Pantai Gading di peringkat pertama dengan 1,6 juta
ton, atau menyumbang sebesar 44%.

9
Sumberdaya Perkebunan
• Indonesia menempati peringkat ke 2 setelah Thailand sebagai
pemasok karet mentah dunia. Meskipun kalah dalam hal jumlah
dan produktifitas perkebunan karet, namun karet Indonesia
disebut-sebut lebih berkualitas dibanding karet dari Thailand. Pada
tahun 2011 produksi karet di Indonesia mencapai 2,8 juta ton.
Diprediksi, Indonesia akan menjadi produsen karet terbesar di
dunia sebelum tahun 2020 (Free University, 1995; World Bank
1995).
• Saat ini Indonesia menduduki peringkat 3 sebagai produsen kopi
dunia di bawah Brazil dan Kolombia. Basarnya produksi kopi
Indonesia per tahun rata-rata sekitar 600 ribu ton. Dari angka ini
Indonesia dapat menyuplai 7% kebutuhan kopi dunia.

10
Sumberdaya Peternakan

• Pada komoditas peternakan, khususnya ayam ras, Indonesia


berpeluang menjadi produsen terbesar di dunia, terutama
dilihat darikemampuan daya dukung pakan. Dewasa ini,
Indonesia memiliki struktur industri hulu ayam ras yang
cukup kuat (bahkan terkuat di Asia) yaitu memiliki satu
buah industri Pure Line/Great Grand Parent Stock, industri
Grant Parent Stock 13 buah, industri Patent Stock 94 buah,
industri pakan ternak 54 buah, dan industri obat/vaksin
hewan salah satu yang terkuat di Asia. Dengan struktur
industri hulu tersebut, kapasitas produksi agribisnis ayam
ras nasional mampu menghasilkan sekitar 1,5 miliar ekor
DOC (day old chicken), 5 juta ton pakan dan lebih dari 5
miliar dosis vaksin hewan.

11
Potensi Sumberdaya Manusia
• Indonesia dewasa ini memiliki potensi sumber daya
manusia dan lembaga penelitian dan pengembangan
(Research & Development) yang besar, hanya saja belum
dimanfaatkan dan diorganisir secara optimal. Sumber daya
manusia agribisnis tersebut terdiri dari lulusan akademi, SI,
S2 dan S3. Sedangkan lembaga penelitian dan
pengembangan terdiri dari penelitian dan pengembangan
Departemen (seperti Tanaman Pangan & Hortikultura,
Perkebunan, Perikanan, Peternakan, Kehutanan,
Bioteknologi) dan lembaga penelitian dan pengembangan
nondepartemen seperti Perguruan Tinggi Negeri/Swasta,
PAU Bio Sain & Bioteknologi (IPB, ITB, UGM) dan PAU
Pangan & Gizi (IPB, UGM).

12
Modal Sosial

• Indonesia memiliki modal sosial (social capital)


dan pengalaman dalam mengembangkan
agribisnis. Tenaga kerja yang tersebar di
kawasanpedesaan seluruh Indonesia mempunyai
modal sosial yang tinggi dalammengembangkan
agribisnis.
• Selain itu, aparat pemerintah (pusat hinggake
daerah) dan lembaga swasta memiliki
pengalaman yang cukup dalam menangani
agribisnis.

13
Prospek Sisi Permintaan
• Konsumsi Per Kapita
• Pasar Internasional

14
Konsumsi Per Kapita
• Sampai saat ini, konsumsiper kapita produk pangan agribisnis di
Indonesia masih tergolong terendah didunia. Kecuali konsumsi
beras (yang tertinggi di dunia), konsumsi per kapitaikan, sayuran,
buah-buahan, daging, susu, telur dan lain-lain, masih terendahdi
dunia. Rendahnya konsumsi produk pangan ini antara lain
disebabkankarena masih relatif rendahnya pendapatan per kapita
penduduk.
• Setelah tahun 2005, pendapatan per kapita penduduk Indonesia di
atas US $ 2.500. Karena produk-produk agribisnisyang umumnya
permintaannya bersifat elastis terhadap perubaha
pendapatan(income elastic demand), maka meningkatnya
pendapatan penduduk akanmeningkatkan konsumsi produk
agribisnis.
• Dengan demikian, dengan jumlah penduduk Indonesia diperkirakan
sekitar 250 juta jiwa pada tahun2015, pasar domestik merupakan
pasar produk agribisnis yang sangat besar.

15
Pasar Internasional
• Terdapat dua fenomena masa depan yang menyebabkanmeningkatnya
peluang pasar produk agribisnis di pasar internasional yaitu liberalisasi
perdagangan dunia dan meningkatnya industrialisasi yang tidak berbasis
pertanian (nonagro based industry) di negara-negara dunia, khususnya di
negara-negara yang sempit wilayahnya.
• Liberalisasi perdagangan dunia akan meminimumkan atau menghapus
kebijaksanaan proteksi seperti tarif, subsidi, dan berbagai hambatan
perdagangan nontarif produk-produk agribisnis.
• Demikian juga pada negara-negara eksportir yang menerapkan subsidi
produsen selama ini seperti USA, Kanada dan sejumlahnegara Amerika
Latin, penurunan proteksi tersebut akan menurunkan produksi produk
agribisnis di negara tersebut.
• Selain itu, secara keseluruhan,dampak liberalisasi perdagangan dunia akan
meningkatkan pendapatan negara-negara dunia. Meningkatnya
pendapatan masyarakat dunia akan meningkatkan produk-produk yang
permintaannya bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan seperti
produk-produk agribisnis.
16
Pasar Internasional

• Meningkatnya industrialisasi yang tidak berbasis pertanian di


negara-negara dunia, khususnya di negara-negara yang sempit
wilayahnya, akanmengakibatkan mengalirnya sumber daya dari
sektor pertanian ke Iuar sektorpertanian.
• Akibatnya produksi pertanian pada negara yang bersangkutanakan
menurun karena tidak kompetitif dengan sektor lainnya.
Fenomenaini sudah mulai tampak di sejumlah negara seperti
Malaysia, Singapura,Thailand, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang.
• Kedua fenomena tersebut akan menciptakan peluang pasar yang
sangat besar bagi produk-produk agribisnisdi pasar internasional.
Dengan demikian, negara-negara yang masih memiliki ruang gerak
yang luas bagi pengembangan sektor agribisnis seperti Indonesia
akan memiliki peluang yang besar untuk memanfaatkannya.

17
Tantangan Sektor Agribisnis Nasional
• Liberalisasi Perdagangan
• Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup dan
Hak Asasi Manusia
• Meningkatnya Pendidikan/Pengetahuan

18
Liberalisasi Perdagangan

• Dengan diratifikasinya WTO pada tanggal 1 Januari 1995 yang lalu,


maka rezim protektif dalam perdagangan internasional telah
berakhir. Meskipun WTO baru akan efektif pada tahun 2020, namun
bagi Indonesia era liberalisasi perdagangan dan investasi sudah
harus dihadapi.
• Dalam waktu dekat, masyarakat Indonesia akan menghadapi
tantangan baru yakni era masyarakat ekonomi ASEAN. Dalam era
tersebut akan terjadi pasar tunggal dan basis produksi yang meliputi
10 negara ASEAN dengan jumlah penduduk sekitar 565 juta orang.
• Dengan demikian, masyarakat ekonomi ASEAN plus 6 mitra (China,
Jepang, Korea Selatan , India, Australia dan Selandia Baru )akan
memiliki pasar tunggal yang sangat besar, yakni di atas 3 milyar
penduduk.

19
Liberalisasi Perdagangan

• Dengan diminimumkannya (atau bahkan dihapus)


tarif perdagangan, maka pasar produk agribisnis
pada setiap negara akan semakin terbuka bagi
setiap negara, sehingga persaingan antara
produsen produk agribisnis akan semakin ketat.
• Dengan demikian, salah satu tantangan besar kita
saat ini dan di masa depan adalah bagaimana
meningkatkan daya saing agribisnis Indonesia.

20
Liberalisasi Perdagangan

• Perubahan lingkungan ekonomi internasional yang ditandai olehliberalisasi


perdagangan internasional dan menguatnya globalisasi ekonomi(produksi,
keuangan, investasi) juga membawa perubahan dalam konsep keunggulan
bersaing.
• Menguatnya globalisasi ekonomi yang disertai liberalisasiperdagangan,
telah memungkinkan terjadinya aliran faktor produksi sepertitenaga kerja
dan modal antarnegara atau pemanfaatan keunggulan faktorsumber daya
bawaan (endowment factor) negara lain (melalui global
firms,multinational coorporation, strategic alliances), yang sebelumnya
belum terjadi.
• Hal ini berarti keunggulan komparatif (comparative advantages) suatu
negara yang semula erat hubungannya dengan keunggulan bersaing
(competitiveadvantages) suatu komoditas pada suatu negara akan
semakin kabur. Hal iniberarti, meskipun Indonesia memiliki sumber daya
(flora, fauna, iklim tropis,lahan dan lain-lain) yang melimpah, tidak secara
otomatis agribisnis Indonesia mampu bersaing di pasar internasional.

21
Liberalisasi Perdagangan

• Konsep mutakhir keunggulan bersaing tersebut


menunjukkan bahwa kemampuan memasok (menjual)
barang/jasa yang sesuai dengan preferensi konsumen
merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi
kemampuan bersaing.
• Konsep keunggulan bersaing yang demikian
mengharuskan kita mengetahui secara detail preferensi
konsumen yang berkembang. Preferensi konsumen
produk agribisnis yang kita hadapi sangat berbeda dan
sedang mengalami perubahan secara fundamental.

22
Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup
dan Hak Asasi Manusia

• Gencarnya aksi kepedulian terhadap lingkungan hidup dan hak


asasimanusia yang dimotori oleh LSM di berbagai negara, dan
meningkatnyapendidikan dan kesadaran masyarakat internasional
telah mengubahpemahaman tentang hakekat kesejahteraan
manusia yang sebenarnya,
• Menguatnya keyakinan masyarakat internasional terhadap ancaman
kemerosotan mutu lingkungan hidup global seperti: pemanasan
global (global warming), rusaknya lapisan ozon (ozone layer
depletion), perubahan iklim dunia(global climate change), dan
terancamnya keanekaan hayati (biodiversity) telah menyadarkan
masyarakat internasional bahwa masalah kelestarian lingkungan
hidup telah merupakan bagian dari konsep kesejahteraan manusia
sehingga diperlukan aksi global (global action) untuk mengatasinya.

23
Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup
dan Hak Asasi Manusia

• Sementara itu,semakin menguatnya kesadaran


masyarakat internasional untuk menempatkanmanusia
sebagai manusia (bukan sekedar sumber daya
produksi), telah meningkatkan kepedulian internasional
terhadap perlindungan hak-hak asasi manusia
(penghargaan sesama manusia).
• Perwujudan ekonomi darikepedulian masyarakat akan
kelestarian lingkungan dan hak asasi manusiatersebut,
adalah masuknya aspek lingkungan dan hak asasi
manusia dalamkeputusan ekonomi, baik konsumsi,
produksi maupun perdagangan secara internasional.

24
Meningkatnya
Pendidikan/Pengetahuan
• Meningkatnya pendidikan/pengetahuan serta
kesadaranmasyarakat tentang kesehatan dan
kebugaran, telah menyebabkanmeningkatnya tuntutan
konsumen akan informasi nutrisi (increasing
ofnutritional information) dari produk-produk
agribisnis.
• Selain itu, terjadinya perubahan gaya hidup (life style)
masyarakat telah menyebabkan peningkatan tuntutan
terhadap keragaman produk(increased demand for
variety) dan peningkatan tuntutan terhadap keamanan
(increased demand for convenience) produk-produk
agribisnis.

25
Meningkatnya
Pendidikan/Pengetahuan
• Perubahan dan perkembangan di atas secara konvergen telah mengubah
perilaku konsumen dalam mengevaluasi suatu produk yang akan dibeli.
• Biladi masa lalu konsumen hanya mengevaluasi suatu produk berdasarkan
atribututama seperti jenis dan harga, maka dewasa ini dan akan datang
konsumensudah menuntut atribut yang lebih rinci, yaitu:
• Food Safety Attributes (foodborne phatogens, heavy metals, pesticide
residues, naturally occuring toxins, veterinary residues),
• Nutritional Attributes (fat content calories, fiber, sodium, vitamin,
minerals), Value Attibutes (purity, compositionalintegrity, size,
appearance, tastes,convenience of preparation),
• Package Attributes (package materials, labeling, other information
provided),
• Aspek lingkungan hidup (apakah kegiatan produksi dan konsumsi suatu
produk menimbulkan penurunan mutu dan kelestarian lingkungan hidup),
• Aspek kemanusiaan (apakah proses produksi suatu produk melanggar hak
asasi manusia).

26
Meningkatnya
Pendidikan/Pengetahuan
• Pengalaman menunjukkan negaranegaraBarat menuduh minyak
goreng sawit mengandung kolesterol tinggi;menuduh produk kayu
tropis merusak lingkungan dan bagaimana Jepang,Australia dan
Selandia Baru mengklaim udang ekspor Indonesia pada waktu yang
lalu, karena dinilai mengandung residu antibiotika yang melampaui
ambang batas toleransi standar pangan di negara tersebut.
• Di Amerika Serikat restoran makanan siap saji (fast food
restaurant) yang menyajikan menu berkadar lemak dan kolesterol
tinggi, konsumennya menurun sampai 40 persen.
• Perubahan preferensi konsumen yang menuntut atribut lengkap
dan rinci juga tampak dari upaya setiap negara untul menyusun dan
melegalisasi standarisasi dan sertifikasi mutu pangan.
Bahkan,secara internasional, preferensi konsumen yang demikian
telah memperoleh legalisasi dalam aturan WTO yaitu pada aspek
sanitary dan phytosanitary.

27
Meningkatnya
Pendidikan/Pengetahuan
• Perubahan preferensi konsumen produk agribisnis yang telah
menuntut atribut lengkap dan rinci tersebut memiliki beberapa
implikasi penting dalam membangun dan meningkatkan daya saing
agribisnis nasional.
• Pertama,atribut lengkap dan rinci suatu produk yang dituntut
konsumen harus teta dieksplorasi dan dijadikan sebagai sistem nilai
dalam menghasilkan komoditas unggulan.
• Kedua, karena keragaan akhir produk agribisnis merupakan hasil
tahapan-tahapan proses produksi, maka sistem nilai tersebut harus
menjadi suatu rantai nilai mengikuti tahapan produksi dari hulu ke
hilir (total quality management system).
• Dengan memperhatikan karakteristik sektor agribisnis, maka hal ini
menuntut pengelolaan integrasi vertikal suatu komoditas agribisnis,
mulai dari hulu hingga ke hilir.

28
Kondisi Sektor Agribisnis Nasional

• Struktur sektor agribisnis, untuk hampir sernua komoditas, dewasa ini


masih tersekat-sekat. Struktur agribisnis yang tersekat-sekat ini dicirikan
oleh beberapa hal yaitu:
• Pertama, subsistem agribisnis hulu (produksi dan perdagangan saprotan)
dan subsistem agribisnis hilir (pengolahan hasil pertanian dan
perdagangan) dikuasai oleh pengusaha menengah-besar yang bukan
petani. Sedangkan, pada subsistem agribisnis usahatani merupakan porsi
ekonomi petani.
• Kedua, antarsubsistem agribisnis (baik antara subsistem usahatani dan
subsistem agribisnis hilir) tidak ada hubungan organisasi fungsional dan
hanya diikat oleh hubungan pasar produk antara.
• Ketiga, adanya asosiasi pengusaha yang bersifat horizontal dan
cenderungberfungsi sebagai kartel. Pada subsistem agribisnis hulu
terdapat sejumlah asosiasi pengusaha yang bergerak dalam produksi dan
perdagangan saprotan. Demikian pula pada subsistem agribisnis hilir
terdapat sejumlah asosiasi pengusaha yang bergerak pada pengolahan
dan perdagangan hasil pertanian.

29
Kondisi Sektor Agribisnis Nasional

• Struktur agribisnis yang hanya memberikan subsistem


agribisnis usahatani sebagai porsi ekonomi petani, sulit
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.
Sebabnya adalah:
• Pertama, dalam suatu sistem agribisnis,nilai tambah (added
value) yang terbesar berada pada subsistem agribisnishulu
dan hilir, sedangkan subsistem agribisnis usahatani sangat
kecil, sehinggapetani yang berada pada subsistem ini akan
selalu menerima pendapatan yangrelatif rendah.
• Kedua, struktur agribisnis yang demikian menempatkan
petanipada dua kekuatan eksploitasi ekonomi yaitu pada
pasar faktor produksi,petani menghadapi kekuatan
monopolistis sedangkan pada pasar outputpetani
menghadapi kekuatan monopsonistis.
30
Kondisi Sektor Agribisnis Nasional

• Struktur agribisnis yang tersekat-sekatakan menciptakan masalah


transmisi (pass through problem) dan masalah margin ganda
(double marginalization), yang justru memperlemah daya saing
agribisnis.
• Masalah transmisi ini terjadi dalam berbagai bentuk dalam sistem
agribisnis diantaranya adalah:
• Pertama, transmisi harga bersifat asimetris. Penurunan harga
output akhir ditransmisikan dengan cepat dan sempuma ke
subsistem agribisnis hulu, sementara kenaikan harga ditransmisikan
secara lambat dan tidak sempurna.
• Kedua, informasi pasar seperti perubahan preferensi konsumen
tidak ditransmisikan secara sempuma ke subsistem agribisnis hulu,
bahkan cenderung ditahan untuk memperkuat posisi monopsonistis
(misalnya menekan harga yang diterima petani karena alasan
kualitas),

31
Kondisi Sektor Agribisnis Nasional

• Ketiga, konsistensi mutu produk mulai dari hulu hingga ke hilir


tidak dapat terjamin, karena pelaku masing-masing subsistem
agribisnis bertindakuntuk kepentingan sendiri-sendiri.
• Keempat inovasi berjalan lambat pada setiap subsistem
agribisnis yang tersekat-sekat karena adanya kekuatan
monopolistis-monopsonistis.

32
Kondisi Sektor Agribisnis Nasional

• Struktur agribisnis yang tersekat-sekat tersebut diikuti


(mengikuti)struktur organisasi layanan jasa yang juga terkotak-kotak
seperti asosiasi profesi dan kementrian teknis yang memiliki medan
pelayanan pada agribisnis-
• Saat ini kita memiliki asosiasi-asosiasi profesi: PERHEPI
(Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia, PERAGI
(Perhimpunan Agronomi Indonesia), ISPI (Ikatan Sarjana Peternakan
Indonesia) , PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia), dan
lain-lain yang saling terpisah, baik antar asosiasi profesi maupun
antar asosiasi profesi dan asosiasi pengusaha.
• Selain itu,saat ini, agribisnis Indonesia dilayani oleh banyak
kementrian teknis yang tentunya memiliki visi dan mandat yang
berlainan,sehingga kebijaksanaan yang ditujukan pada sektor
agribisnis dan berasaldari masing-masing departemen teknis, sering
tidak integratif, dilihat dari agribisnis sebagai suatu sistem.

33
Sumber Pustaka
• Dabukke, Frans BM. 2015. Membumikan
paradigma agribisnis : 70 tahun profesor
Bungaran Saragih 70 tahun profesor Bungaran
Saragih. Jakarta : Pusat Pangan Agribisnis.
• Saragih, Bungaran. 2010. Agribisnis Paradigma
Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian. IPB (Bogor Agricultural University).
• Dll.

34

Vous aimerez peut-être aussi