Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
AGRIBISNIS NASIONAL
Prospek
• Penawaran
• Permintaan
2
Prospek Penawaran
• Sumberdaya Hayati
• Sumberdaya Perikanan
• Sumberdaya Perkebunan
• Sumberdaya Peternakan
• Sumberdaya Manusia
• Modal Sosial
3
Sumberdaya Hayati
4
Sumberdaya Perikanan
5
Sumberdaya Perikanan
• Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu,
dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang),
dan budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang
potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha.
• Budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk,
sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta
bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi
kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri
bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan
pangan.
• Besaran potensi hasil laut dan perikanan Indonesia mencapai 3000
triliun per tahun, akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya
sekitar 225 triliun atau sekitar 7,5% saja.
(http://kmip.faperta.ugm.ac.id/potensi-kelautan-dan-perikanan-
indonesia/)
6
Sumberdaya Perkebunan
• Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006
memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192
juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan
budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan
lindung.
• Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian
seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering
tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9
juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian
tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47
juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan
areal pertanian.
• Badan Pertanahan Nasional sesungguhnya memiliki lahan yang berpotensi
untuk digunakan sebagai pengembangan komoditas pertanian seluas 7,2
juta hektar. Namun faktanya hanya sedikit yang dimanfaatkan sekitar 500
ribu hektar saja menurut kementrian pertanian.
7
Sumberdaya Perikanan
8
Sumberdaya Perkebunan
• Tanaman rempah-rempah yang tumbuh subur di
Indonesia menarik minat bangsa lain untuk
menguasainnya. Sampai saat ini Indonesia masih
sebagai eksportir utama rempah-rempah di dunia,
diantaranya adalah pala (no. 1), kayu manis (no. 1),
cengkeh (no 1) dan lada (no. 2).
• Indonesia merupakan penghasil kakao no 3 di dunia
setelah Pantai Gading dan Ghana. Pada tahun 2010
produksi kakao Indonesia mencapai 574 ribu ton atau
menyumbang 16% produksi kakao dunia, sedangkan
Pantai Gading di peringkat pertama dengan 1,6 juta
ton, atau menyumbang sebesar 44%.
9
Sumberdaya Perkebunan
• Indonesia menempati peringkat ke 2 setelah Thailand sebagai
pemasok karet mentah dunia. Meskipun kalah dalam hal jumlah
dan produktifitas perkebunan karet, namun karet Indonesia
disebut-sebut lebih berkualitas dibanding karet dari Thailand. Pada
tahun 2011 produksi karet di Indonesia mencapai 2,8 juta ton.
Diprediksi, Indonesia akan menjadi produsen karet terbesar di
dunia sebelum tahun 2020 (Free University, 1995; World Bank
1995).
• Saat ini Indonesia menduduki peringkat 3 sebagai produsen kopi
dunia di bawah Brazil dan Kolombia. Basarnya produksi kopi
Indonesia per tahun rata-rata sekitar 600 ribu ton. Dari angka ini
Indonesia dapat menyuplai 7% kebutuhan kopi dunia.
10
Sumberdaya Peternakan
11
Potensi Sumberdaya Manusia
• Indonesia dewasa ini memiliki potensi sumber daya
manusia dan lembaga penelitian dan pengembangan
(Research & Development) yang besar, hanya saja belum
dimanfaatkan dan diorganisir secara optimal. Sumber daya
manusia agribisnis tersebut terdiri dari lulusan akademi, SI,
S2 dan S3. Sedangkan lembaga penelitian dan
pengembangan terdiri dari penelitian dan pengembangan
Departemen (seperti Tanaman Pangan & Hortikultura,
Perkebunan, Perikanan, Peternakan, Kehutanan,
Bioteknologi) dan lembaga penelitian dan pengembangan
nondepartemen seperti Perguruan Tinggi Negeri/Swasta,
PAU Bio Sain & Bioteknologi (IPB, ITB, UGM) dan PAU
Pangan & Gizi (IPB, UGM).
12
Modal Sosial
13
Prospek Sisi Permintaan
• Konsumsi Per Kapita
• Pasar Internasional
14
Konsumsi Per Kapita
• Sampai saat ini, konsumsiper kapita produk pangan agribisnis di
Indonesia masih tergolong terendah didunia. Kecuali konsumsi
beras (yang tertinggi di dunia), konsumsi per kapitaikan, sayuran,
buah-buahan, daging, susu, telur dan lain-lain, masih terendahdi
dunia. Rendahnya konsumsi produk pangan ini antara lain
disebabkankarena masih relatif rendahnya pendapatan per kapita
penduduk.
• Setelah tahun 2005, pendapatan per kapita penduduk Indonesia di
atas US $ 2.500. Karena produk-produk agribisnisyang umumnya
permintaannya bersifat elastis terhadap perubaha
pendapatan(income elastic demand), maka meningkatnya
pendapatan penduduk akanmeningkatkan konsumsi produk
agribisnis.
• Dengan demikian, dengan jumlah penduduk Indonesia diperkirakan
sekitar 250 juta jiwa pada tahun2015, pasar domestik merupakan
pasar produk agribisnis yang sangat besar.
15
Pasar Internasional
• Terdapat dua fenomena masa depan yang menyebabkanmeningkatnya
peluang pasar produk agribisnis di pasar internasional yaitu liberalisasi
perdagangan dunia dan meningkatnya industrialisasi yang tidak berbasis
pertanian (nonagro based industry) di negara-negara dunia, khususnya di
negara-negara yang sempit wilayahnya.
• Liberalisasi perdagangan dunia akan meminimumkan atau menghapus
kebijaksanaan proteksi seperti tarif, subsidi, dan berbagai hambatan
perdagangan nontarif produk-produk agribisnis.
• Demikian juga pada negara-negara eksportir yang menerapkan subsidi
produsen selama ini seperti USA, Kanada dan sejumlahnegara Amerika
Latin, penurunan proteksi tersebut akan menurunkan produksi produk
agribisnis di negara tersebut.
• Selain itu, secara keseluruhan,dampak liberalisasi perdagangan dunia akan
meningkatkan pendapatan negara-negara dunia. Meningkatnya
pendapatan masyarakat dunia akan meningkatkan produk-produk yang
permintaannya bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan seperti
produk-produk agribisnis.
16
Pasar Internasional
17
Tantangan Sektor Agribisnis Nasional
• Liberalisasi Perdagangan
• Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup dan
Hak Asasi Manusia
• Meningkatnya Pendidikan/Pengetahuan
18
Liberalisasi Perdagangan
19
Liberalisasi Perdagangan
20
Liberalisasi Perdagangan
21
Liberalisasi Perdagangan
22
Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup
dan Hak Asasi Manusia
23
Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup
dan Hak Asasi Manusia
24
Meningkatnya
Pendidikan/Pengetahuan
• Meningkatnya pendidikan/pengetahuan serta
kesadaranmasyarakat tentang kesehatan dan
kebugaran, telah menyebabkanmeningkatnya tuntutan
konsumen akan informasi nutrisi (increasing
ofnutritional information) dari produk-produk
agribisnis.
• Selain itu, terjadinya perubahan gaya hidup (life style)
masyarakat telah menyebabkan peningkatan tuntutan
terhadap keragaman produk(increased demand for
variety) dan peningkatan tuntutan terhadap keamanan
(increased demand for convenience) produk-produk
agribisnis.
25
Meningkatnya
Pendidikan/Pengetahuan
• Perubahan dan perkembangan di atas secara konvergen telah mengubah
perilaku konsumen dalam mengevaluasi suatu produk yang akan dibeli.
• Biladi masa lalu konsumen hanya mengevaluasi suatu produk berdasarkan
atribututama seperti jenis dan harga, maka dewasa ini dan akan datang
konsumensudah menuntut atribut yang lebih rinci, yaitu:
• Food Safety Attributes (foodborne phatogens, heavy metals, pesticide
residues, naturally occuring toxins, veterinary residues),
• Nutritional Attributes (fat content calories, fiber, sodium, vitamin,
minerals), Value Attibutes (purity, compositionalintegrity, size,
appearance, tastes,convenience of preparation),
• Package Attributes (package materials, labeling, other information
provided),
• Aspek lingkungan hidup (apakah kegiatan produksi dan konsumsi suatu
produk menimbulkan penurunan mutu dan kelestarian lingkungan hidup),
• Aspek kemanusiaan (apakah proses produksi suatu produk melanggar hak
asasi manusia).
26
Meningkatnya
Pendidikan/Pengetahuan
• Pengalaman menunjukkan negaranegaraBarat menuduh minyak
goreng sawit mengandung kolesterol tinggi;menuduh produk kayu
tropis merusak lingkungan dan bagaimana Jepang,Australia dan
Selandia Baru mengklaim udang ekspor Indonesia pada waktu yang
lalu, karena dinilai mengandung residu antibiotika yang melampaui
ambang batas toleransi standar pangan di negara tersebut.
• Di Amerika Serikat restoran makanan siap saji (fast food
restaurant) yang menyajikan menu berkadar lemak dan kolesterol
tinggi, konsumennya menurun sampai 40 persen.
• Perubahan preferensi konsumen yang menuntut atribut lengkap
dan rinci juga tampak dari upaya setiap negara untul menyusun dan
melegalisasi standarisasi dan sertifikasi mutu pangan.
Bahkan,secara internasional, preferensi konsumen yang demikian
telah memperoleh legalisasi dalam aturan WTO yaitu pada aspek
sanitary dan phytosanitary.
27
Meningkatnya
Pendidikan/Pengetahuan
• Perubahan preferensi konsumen produk agribisnis yang telah
menuntut atribut lengkap dan rinci tersebut memiliki beberapa
implikasi penting dalam membangun dan meningkatkan daya saing
agribisnis nasional.
• Pertama,atribut lengkap dan rinci suatu produk yang dituntut
konsumen harus teta dieksplorasi dan dijadikan sebagai sistem nilai
dalam menghasilkan komoditas unggulan.
• Kedua, karena keragaan akhir produk agribisnis merupakan hasil
tahapan-tahapan proses produksi, maka sistem nilai tersebut harus
menjadi suatu rantai nilai mengikuti tahapan produksi dari hulu ke
hilir (total quality management system).
• Dengan memperhatikan karakteristik sektor agribisnis, maka hal ini
menuntut pengelolaan integrasi vertikal suatu komoditas agribisnis,
mulai dari hulu hingga ke hilir.
28
Kondisi Sektor Agribisnis Nasional
29
Kondisi Sektor Agribisnis Nasional
31
Kondisi Sektor Agribisnis Nasional
32
Kondisi Sektor Agribisnis Nasional
33
Sumber Pustaka
• Dabukke, Frans BM. 2015. Membumikan
paradigma agribisnis : 70 tahun profesor
Bungaran Saragih 70 tahun profesor Bungaran
Saragih. Jakarta : Pusat Pangan Agribisnis.
• Saragih, Bungaran. 2010. Agribisnis Paradigma
Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian. IPB (Bogor Agricultural University).
• Dll.
34