Vous êtes sur la page 1sur 51

OM SWASTYASTU

A
N
PUTU NANDA RAHAYU K
G
E
1506305138 G
L
O
O
T
A.A. SAGUNG NUR ANDIANI M
A
1506305142
P
O
K
PELAPORAN SEGMEN DAN
INTERIM
Pelaporan Untuk Segmen

Perusahaan besar yang terdiversifikasi dapat dilihat


sebagai sebuah portofolio asset yang beroperasi sebagai
divisi atau entitas anak, yang sering kali memiliki
cakupan multinasional. Berbagai komponen perusahaan
besar dapat mempunyai tingkat keuntungan yang
berbeda, tingkatan dan jenis resiko yang berbeda, dan
kesempatan untuk tumbuh yang berbeda.
Yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh
pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan
dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari
entitas yang sama);
PSAK 5
mendefinisik
an segmen
Hasil operasinya dikaji ulang secara regular oleh pengambil
operasi
keputusan operasional utuk membuat keputusan tentang
sebagai sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan
suatu menilai kinerjanya
komponen
dari entitas

Tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan


Informasi Tentang Segmen
Operasi

Banyak entitas terdiversifikasi melalui beberapa lini bisnis. Setiap lini dapat
mempunyai faktor kompetitif yang unik dan dapat bereaksi secara berbeda
terhadap perubahan lingkungan ekonomik. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan besar seperti Johnson & Johnson beroperasi dalam beberapa T
lini utama: konsumsi, farmasi, dan professional. U
Laporan keuangan konsolidasian menyajikan semua faktor heterogen
tersebut dalam konteks entitas tunggal. J
U
A
n
Memungkinkan pengguna laporan keuangan melihat di balik
jumlah konsolidasi untuk masing-masing komponen yang
membentuk entitas tersebut
Mendefinisikan Segmen
Dilaporkan

Ambang Batas Kuantitatif


Sepuluh Persen

Pendapatan yang dilaporkannya dari segmen, termasuk penjualan ke pelanggan


eksternal dan penjualan atau pengalihan antarsegmen, adalah 10% atau lebih dari
gabungan pendapatan internal dan eksternal dari seluruh segmen operasi.

Jumlah absolut dari laba rugi yang dilaporkan dari segmen adalah 10% atau lebih dari
jumlah yang lebih besar dari, dalam jumlah absolut, (i) gabungan laba yang dilaporkan
dari seluruh segmen operasi yang tidak melaporkan kerugian, dengan (ii) gabungan
kerugian yang dilaporkan dari seluruh segmen operasi yang melaporkan kerugian.

Memiliki asset 10% atau lebih dari gabungan asset seluruh segmen operasi.
Ilustrasi Uji Signifikansi 10 persen
Figur 13-1
Laporan Keuangan Konsolidasian untuk PT Induk dan Entitas
Anak
Ilustrasi Uji Signifikansi 10 persen
Figur 13-2
Kertas Kerja untuk Menganalisis Segmen Operasi PT Induk dan
Enitas Anak
Uji Pendapatan 10 Persen

Segmen Pendapatan Segmen Persentase Pendapatan Gabungan Segmen Dilaporkan


dari Rp500.000.000

Produk Makanan Rp323.000.000 53,8% Ya

Plastik dan Pengepakan 113.000.000 18,8 Ya

Konsumsi dan Komersial 45.000.000 7,5 Tidak

Kesehatan dan Ilmiah 86.000.000 14,3 Ya

Kimia 33.000.000 5,5 Tidak

Total Rp600.000.000 100,0%

Uji Pendapatan menunjukkan bahwa segmen operasi berikut dilaporkan secara terpisah. Produk makanan,
plastic dan pengepakan, serta kesehatan dan ilmiah. Cara pintas yang sering digunakan adalah menghitung
10 persen dari penyebut dalam uji ini (untuk PT Induk dan entitas anaknya, Rp600.000.000 x 0,10) dan
kemudian membandingkan setiap total pendapatan segmen dengan pecahan tersebut. Dengan cara ini,
segmen dilaporkan adalah segmen dengan total pedapatan Rp600.000.000 atau lebih.
Uji Laba (Rugi) 10 Persen

Uji laba rugi adalah uji kedua untuk menentukan segmen operasi mana yang
dilaporkan terpisah. Pengujian ini untuk menentukan apakah laba atau rugi segmen
sama dengan atau lebih besar dari 10 persen nilai absolut dari laba operasi gabungan
atau rugi operasi gabungan, mana yang lebih besar.

Segmen Laba Segmen Rugi Segmen


Produk Makanan Rp198.000.000
Plastik dan Pengepakan 53.000.000
Konsumsi dan Komersial Rp(25.000.000)
Kesehatan dan Ilmiah 22.000.000
Kimia (9.000.000)
Total Rp279.000.000 Rp(34.000.000)
Uji Aset

Segmen Aset Segmen Persentase Jumlah Segmen Dilaporkan


Uji dari
Rp1.276.000.000

Produk Makanan Rp411.000.000 32,2% Ya


Plastik dan 375.000.000 29,4% Ya
Pengepakan
Konsumsi dan 100.000.000 7,8% Tidak
Komersial
Kesehatan dan 310.000.000 24,3% Ya
Ilmiah
Kimia 80.000.000 6,3% Tidak
Total Rp1.276.000.000 100,0%

Segmen operasi Produk Makanan, Plastik dandan Pengepakan, dan Kesehatan dan Ilmiah
dilaporkan terpisah berdasarkan uji asset 10 persen, asset segmen tersebut sama dengan atau lebih
besar dari 10 persen asset gabungan segmen operasi (Rp127.600.000 = Rp1.276.000.000 0,10).
Uji Pengungkapan Komprehensif
FIGUR 13-3

Produk Plastik dan Konsumsi Kesehatan Kimia


Makanan Pengepakan dan dan Ilmiah
Komersial
Uji Pendapatan Ya Ya Tidak Ya Tidak

Uji Laba (Rugi) Ya Ya Tidak Tidak Tidak


Operasi

Uji Aset diidentifikasi Ya Ya Tidak Ya Tidak


Total pendapatan segmen dilaporkan terhadap
pendapatan entitas.

Total ukuran laba rugi segmen dilaporkan terhadap laba


rugi entitas sebelum beban pajak (penghasilan pajak)
PSAK 5 dan operas dihentikan
menyatakan
bahwa
Total asset segmen dilaporkan terhadap asset entitas.
entitas
melakukan
rekonsiliasi Total liabilitas segmen dilaporkan terhadap liabilitas
entitas jika liabilitas segmen yang dilaporkan sesuai
dengan paragraph 23.

Total jumlah dalam segmen dilaporkan untuk setiap


informasi unsur material yang diungkapkan terhadap
jumlah terkait dalam entitas.
FIGUR 13-4
Format Laporan Keuangan Interim

Laporan laba rugi dan


Laporan posisi keuangan penghasilan komprehensif lain
ringkas. ringkas baik digabung maupun
dipisah.

Catatan penjelasan tertentu

Laporan perubahan ekuitas


Laporan arus kas ringkas.
ringkas
Permasalahan Akuntansi

Penggunaan laporan kuartalan atau tengah tahunan untuk


menyediakan informasi yang tepat waktu adalah
perkembangan yang cukup baru. Banyak perusahaan yang
memulai memublikasikan laporan kuartalan setelah OJK
mewajibkan perusahaan public untuk menyerahkan laporan
keuangan tengah tahunan pada 1996. BEI mengharuskan
penyerahan laporan keuangan kuartalan seluruh perusahaan
yang terdaftar pada tahun 2004.
Pandangan Diskrit versus Pandangan Integral dari
Pelaporan Interim

Teori diskrit pelaporan interim (discrate theory of interim


reporting)
Memandang setiap periode interim sebagai periode
akuntansi dasar yang harus dievaluasi sekan-akan periode
tersebut merupakan periode akuntansi tahunan.

Teori integral pelaporan interim(discrate theory of interim


reporting)
Memandang periode interim sebagai bagian dari periode
tahunan. Berdasarkan pandangan ini, pengakuan dan
penyesuaian dari pos pendapatan atau beban tertentu
dapat dipengaruhi oleh pertimbangan mengenai hasil
yang diharapkan dari keseluruhan operasi selama setahun.
Pengaturan Akuntansi tentang
Pelaporan Interim

PSAK 3 menstadarisasi penyusunan dan pelaporan pada laporan


interim laba rugi komprehensif interim. Pengaturan tersebut
mendefinisikan elemen laba rugi dan pengukuran biaya atas dasar
interim.

PSAK 3 juga menangani permasalahan sulit mengenai


pengukuran ketentuan pajak untuk laporan keuangan
interim jika beban pajak actual didasarkan atas laba rugi
tahunan.
PSAK 3 menstandarisasi penyusunan dan pelaporan pada laporan
interim laba rugi komperehensif interim. Pengaturan tersebut
mendefinisikan elemen laba rugi dan pengukuran biaya atas dasar
interim.

Secara khusus, perubahan prinsip akuntansi dalam periode interim dilaporkan pada periode
interim yang bersangkutan menggunakan metode yang sama sebagai perubahan akuntansi
yang terjadi dan dilaporkan dalam laporan keuangan tahunan sebagaimana dinyatakan
dalam PSAK 25 tentang “ kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan”.

Berdasarkan PSAK 25, perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara


retrospektif dengan menyesuaikan saldo awal setiap komponen ekuitas yang
terpengaruh untuk periode sajian paling awal dan jumlah komparatif lainnya
diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah – olah kebijakan akuntansi baru
tersebut sudah diterapkan sebelumnya.
Bentuk laporan interim laba rugi
komperehensif sama dengan bentuk laporan
laba rugi komperehensif tahunan. Terdapat
beberapa perbedaan dalam pengukuran
komponen spesifik mengenal laba rugi
karena periode waktu yang lebih pendek.
Secara umum, standar akuntansi yang
digunakan untuk laporan keuangan interim
sama dengan yang digunakan untuk laporan
keuangan tahunan. Walaupun PSAK 3
memberikan bantuan teknis untuk mengukur
dan melaporkan secara interim.
Pendapatan Diakui saat diperoleh selama periode interim atas
dasar yang sama dengan yang digunakan untuk
pelaporan tahunan.
Beban pokok penjualan Biaya produk untuk periode interim diakui atas dasar
yang sama dengan yang digunakan untuk pelaporan
tahunan, kecuali untuk interim.
· Estimasi tingkat laba bruto dapat digunakan
untuk menentukan beban pokok penjualan
interim.
· Metode penilaian yang lebih rendah antara
biaya perolehan dan nilai realisasi neto
memungkinkan pemulihan kerugian untuk
peningkatan harga pasar pada periode interim
berikutnya dari tahun fiskal yang sama.
· Sistem biaya standar harus menggunakan
prosedur yang sama dengan pelaporan tahunan
kecuali varian harga atau volume atau varian
kapasitas yang diperkirakan akan diserap pada
akhir tahun harus ditangguhkan.
Biaya dan beban Beban saat terjadinya atau dialokasikan antara beban
lainnya periode interim berdasarkan pada manfaat yang
diterima atau dasar yang sistematis dan rasional
lainnya.
Pajak penghasilan Berdasarkan pada penghasilan kena pajak aktual
selama waktu periode interim dengan tariff pajak
penghasilan.
Pelepasan komponen Diakui dalam periode interim lainnya.
dari entitas, atau pos
luar biasa, tidak bisa,
jarang terjadi, dan
bersyarat (kontinjensi)
perubahan akuntansi:
1. Perubahan prinsip Diterapkan pada semua perubahan dimana laporan
akuntansi interim diterbitkan.
2. Perubahan Diterapkan hanya untuk periode laporan interim saat
estimasi Akuntansi ini dan yang akan dating.
3. Kesalahan Penyajian kembali semua laporan keuangan yang
mendasar sebelumnya disajikan dengan mengoreksi kesalahan
pada laporan tersebut.
Salah satu elemen yang paling signifikan dari laporan interim laba rugi komperehensif adalah
pendapatan dari penjualan. Investor ingin menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan
pendapatan, sehingga mereka membandingkan pendapatan dari periode interim terkini dengan
pendapatan dari periode interim yang sama tahun sebelumnya. Dasar pengukuran yang digunakan
untuk menghitung pendapatan yang diperoleh dalam periode interim harus sama yang digunakan
untuk tahun fiskal penuh.

Dengan demikian, pendapatan harus diakui dan dilaporkan pada periode diperolehnya dan tidak dapat
ditangguhkan ke periode lain untuk menyajikan arus pendapatan yang lebih stabil. PSAK 3 menyatakan
bahwa pendapatan yang diterima secara musiman, siklusan, atau tidak teratur dalam suatu tahun buku
tidak diantisipasi atau ditangguhkan pada tanggal interim, jika antisipasi atau penangguhan tidak akan
sesuai pada akhir tahun buku. Pendapatan dari usaha musiman, seperti dalam pertanian, produk
makanan, grosir atau toko eceran, dan hiburan tidak dapat dimanipulasi untuk menghilangkan tren
musiman.
Beban pokok penjualan umumnya merupakan biaya tunggal yang paling besar
dalam laporan interim laba rugi komperehensif. Aturan umumnya adalah beban pokok
penjualan interim harus dihitung dengan elemen biaya langsung dan biaya yang
dialokasikan atas dasar yang sama sebagaimana yang digunakan untuk menghitung
beban pokok penjualan tahunan.

Menggunakan estimasi tingkat laba bruto.


PSAK 3
memperoleh
modifikasi
praktis atau Penilaian yang terendah antara biaya perolehan dan
nilai realisasi neto ( net realizable value- NVR).
aturan umum
sebagai
berikut:
Sistem biaya standar.
Ilustrasi penurunan nilai pasar dan pemulihan

Contoh berikut ini mengilustrasikan penggunaan metode yang terendah antara biaya perolehan
dan NRV untuk laporan interim.
1. Pada awal tahun fiskal, PT Induk memiliki persediaan sebanyak 10.000 unit dengan biaya FIFO
sebesar Rp 10.000 per unit
2. Tidak ada pembelian tambahan selama tahun berjalan
3. Penjualan dan nilai realisasi neto pada akhir kuartal selama tahun fiskal adalah sebagai berikut.

Kuartal Unit yang Dijual dalam Kuartal Unit NRV pada akhir Kuartal

1 2.000 Rp 7.000
2 2.000 6.000
3 2.000 7.000
4 2.000 11.000
PT Induk tidak yakin mengenai penyebab turunnya NRV dan menganggapnya akan menjadi
permanen, karena itu, perusahaan mengakui penurunan tersebut dalam kuartal terjadinya, tidak ada
pengakuan yang diperlukan jika penurunan tersebut diantisipasi berlagsung sementara (temporer),
dengan pemulihan pada akhir tahun.
FIGUR 13-6
Analisis interim terendah antara biaya perolehan dengan
NRV dari akun persediaan PT Induk
kuartal pos persediaan
unit Harga per unit Total
Saldo awal tahun 10.000 10.000 100.000.000
1 Persediaan dijual, kuartal pertama (2.000) 10.000 (20.000.000)
1. penyesuaian kepasar:
[ 8.000 unit X (Rp 10.000 – Rp 7.000)] 8.000 (3.000) (24.000.000)
saldo, akhir kuartal pertama 8.000 7.000 56.000.000
2 Persediaan dijual, kuartal kedua (2.000) 7.000 (14.000.000)
2. Penyesuaian ke pasar:
[6.000 unit x (Rp 7.000 – Rp 6.000)] 6.000 (1.000) (6.000.000)
saldo ,akhir kuartal kedua 6.000 6.000 36.000.000
3 Persediaan dijual, kuartal ketiga (2.000) 6.000 (12.000.000)
3. Penyesuaian ke pasar:
[4.000 unit x (Rp 6.000 – Rp 7.000)] 4,000 1.000 4.000.000
saldo, akhir kuartal ketiga 4.000 7.000 28.000.000
4 Persediaan dijual, kuartal keempat (2.000) 7.000 (14.000.000)
4. Pemulihan harga pasar:
[2.000 unit x (Rp 7.000 – Rp 10.000)] 2.000 3.000 6.000.000
saldo, akhir kuartal keempat 2.000 10.000(a) 20.000.000

(a) ingat bahwa walaupun nilai pasar adalah Rp 11.000, penilaian persediaan tidak dapat
melebihi biaya perolehan.
Cara lain untuk melihat pengaruh penurunan nilai adalah dengan menghitung jumlah yang akan dilaporkan
dalam beban pokok penjualan setiap kuartal.
Tabel berikut menyajikan perhitungan beban pokok penjualan untuk setiap kuartal.

Biaya yang ditetapkan ke barang Persediaan akhir diturunkan ke


Kuartal yang akan dijual NRV (Pemulihan kerugian) Total

1 2.000 unit x Rp 10.000 8.000 unit x Rp 3.000 Rp 44.000.000


2 2.000 unit x Rp 7.000 6.000 unit x Rp 1.000 20.000.000
3 2.000 unit x Rp 6.000 (4.000 unit x Rp 1.000) 8.000.000
4 2.000 unit x Rp 7.000 (2.000 unit x Rp 3.000) 8.000.000
Pada laporan tahunan:

8.000 unit x Rp 10.000 harga per unit = Rp 80.000.000

Pada laporan interim:

Kuartal 1 Rp 44.000.000

Kuartal 2 20.000.000

Kuartal 3 8.000.000

Kuartal 4 8.000.000

Total Rp 80.000.000
BIAYA DAN
BEBAN LAIN - LAIN
Pilihan antara pengakuan langsung dari pengeluaran dalam laporan laba rugi periode interim dan
penangguhan serta alakosi ke beberapa laporan laba rugi periode interim tersebut berdasarkan
evaluasi subjektif dari periode yang mendapatkan manfaat dari pengeluaran tersebut. Walaupun
sebagian besar pengeluaran dibebankan ke periode interim pada saat terjadinya. Deskripsi berikut
mengilustrasikan saat pengeluaran bisa ditangguhkan dan dialokasikan ke beberapa periode interim.

Beberapa perusahaan
memfokuskan pada Pajak proprti harus Biaya kampanye iklan
perbaikan itu dapat ditangguhkan atau besar harus dialokasikan
ditangguhkan (asset dibayar diakru pada setiap pada periode interim yang
dimuka) atau diakru periode interim mendapatkan manfaat dari
(estimasi liabilitas) dan
daripada diakui secara biaya tersebut dari pada
dialokasikan ke beban
perbaikan ke setiap periode penuh sebagai sebuah yang diakui semata – mata
interim yang mendapatkan beban periode interim dalam periode interim saat
manfaat dari biaya saat pajak dibayar. biaya itu terjadi.
perbaikan tersebut.
FIGUR 13 -7
GRAFIK NVR PERSEDIAAN
AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN
DALAM PERIODE INTERIM
Perhitungan pajak penghasilan interim (interim income tax)
menimbulkan suatu permasalahan khusus bagi akuntan karena beban
pajak yang sebenarnya dihitung berdasarkan penghasilan untuk
keseluruhan tahun buku. Selain itu, perbedaan temporer antara akuntansi
pajak dan akuntansi PABU mengharuskan pengakuan pajak tangguhan.
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba kena
pajak

1. Premi asuransi jiwa yang dibayar oleh


Kategori Pertama sering perusahaan berdasarkan kebijakan eksekutif
disebut sebagai perbedaan “ untuk perusahaan yang merupakan penerima
permanen” atau perbedaan
dana (tidak dikurangkan dari pajak)
non temporer.
Perbedaan permanen CONTOH 2. Dana hasil asuransi jiwa yang dikumpulkan
tidak dimasukkan dalam 3. Jenis tertentu denda atau penalti yang
menentukan jumlah laba ditunjuk bukan sebagai beban yang dapat
kena pajak (laba fiskal) mengurangi pajak
untuk satu periode
4. Penghasilan lain yang telah dikenai pajak
final, misalnya penghasilan deviden
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba kena
pajak

1. Sewa diterima dimuka (dilaporkan pada


pengembalian pajak dalam periode
pengumpulan, tetapi sebagai pendapatan pada
Kategori kedua biasa laba akuntansi dalam periode yang diperoleh)
2. Estimasi beban dan rugi (dilaporkan menurut laba
disebut dengan perbedaan akuntansi saat akrual, tetapi pada pengembalian
“temporer”. pajak dalam periode dibayarkan)
Perbedaan temporer antara 3. Penyusunan dipercepat pada pengembalian
CONTOH pajak dan penyusutan garis lurus pada laporan
pengakuan transaksi untuk laba rugi (selisih antara beban penyusutan pada
laba akuntansi dengan laba laba akuntansi dengan laba kena pajak)
pajak menyebabkan adanya 4. Merevaluasi persediaan mana yang lebih rendah
antara biaya perolehan atau nilai realisasi neto
pajak tangguhan (NRV) pada laporan keuangan (kerugian yang
ditunjukkan pada laba akuntansi dalam periode
penurunan nilai, tetapi pada pengembalian pajak
dalam periode)
FIGUR 13 – 8
Akuntansi untuk biaya iklan yang memberikan manfaat lebih dari satu periode interim

Debit Kredit Saldo dalam


Tanggal Penjualan Kuartalan Beban iklan Iklan Dibayar di Muka Iklan Dibayar di Muka

1 April Rp 20.000.000

30 Juni Rp 100.000.000 Rp 5.000.000 (a) Rp 5.000.000 15.000.000 (b)

30 september 100.000.000 5.000.000 5.000.000 10.000.000

31 Desember 200.000.000 10.000.000 10.000.000 0

Total Rp 400.000.000 Rp 20.000.000 Rp 20.000.000

(a) Rp 5.000.000 = (Rp 100.000.000/Rp 400.000.000) x Rp 20.000.000


(b) Rp 15.000.000 = Rp 20.000.000 – Rp 5.000.000
Ilustrasi perhitungan pajak untuk periode interim

Figur 13 – 9 mengilustrasikan perhitungan pajak penghasilan. Dalam contoh berikut, ingat bahwa
penyesuaian, seperti perbedaan antara akuntansi pajak dan akuntansi PABU, diperlukan untuk
menentukan pajak penghasilan untuk kuartal pertama tahun fiskal 20X1. berikut adalah data untuk ilustrasi

1.PT Induk dan entitas anaknya memperoleh laba konsolidasian dari operasi yang dilanjutkan sebesar Rp
225.000.000 untuk kuartal pertama tahun fiskal 20X1.
2.Perbedaan permanen antara laba akuntansi dan laba pajak diharapkan akan menjadi Rp 2.000.000 untuk
premi yang dibayarkan untuk asuransi jiwa pegawai utama perusahaan (perusahaan adalah penerima
manfaat atau beneficary) dan menyingkirkan deviden yang diterima sebesar Rp 27.000.000 dari investasi
pada perusahaan lain yang telah pajak final.
3.Tarif pajak penghasilan adalah 10 % untuk penghasilan kurang dari Rp 50.000.000, 15 % untuk
penghasilan antara Rp 50.000.000 sampai Rp 100.000.000 dan 30 % untuk penghasilan yang lebih dari Rp
100.000.000

Ayat jurnal berikut digunakan untuk mencatat beban pajak


(1) Beban pajak penghasilan Rp 42.500.000
utang pajak penghasilan Rp 42.500.000
mencatat beban pajak penghasilan untuk kuartal pertama

Perhitungan pajak penghasilan untuk kuartal kedua terpisah dari kuartal pertama. Berdasarkan
pada laba rugi pada kuartal kedua, perusahaan menghitung pajak penghasilan menggunakan tarif pajak
yang berlaku asumsikan bahwa PT induk dan entitas anaknya melaporkan laba kena pajak sebesar Rp
250.000.000 dan beban pajak sebesar Rp 57.500.000 pada laporan laba rugi konsolidasian kuartal
kedua.

Ayat jurnal berikut digunakan untuk mengakui pajak penghasilan untuk kuartal kedua.

(2) Beban pajak penghasilan Rp 57.500.000


utang pajak penghasilan Rp 57.500.000
mencatat beban pajak penghasilan untuk kuartal kedua
FIGUR 13 - 9

Estimasi Jumlah Tahunan


Laba rugi dan operasi yang dilanjutkan
Penyesuaian untuk perbedaan permanen 2.000.000
Ditambah premi untuk asuransi jiwa pegawai kunci (27.000.000)
Dikurangi penyingkiran dividen yang diterima (telah dikenai pajak final Rp 200.000.000
Laba kena pajak
Perhitungan pajak penghasilan
10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15% x Rp 50.000.000 = 7.500.000
30% x Rp 100.000.000= 30.000.000
Pajak penghasilan Rp 42.500.000
Akuntan menghadapi permasalahan menarik pada saat perusahaan
mengalami kerugian pada akhir suatu periode interim. Biasanya rugi operasi
menghasilkan manfaat pajak (yaitu mengurangi utang pajak) karena kerugian
pajak dapat dilakukan kembali ( carried back) terhadap laba opersi dari tahun –
tahun sebelumnya dan perusahaan dapat mengajukan klaim untuk pengembalian
uang pajak yang dibayarkan pada periode sebelumnya. Setelah bagian yang
dilakukan kembali dari rugi operasi sudah habis digunakan, sisa rugi operasi
dilakukan ke depan / dikompensasikan (carried forward) terhadap laba opersi
masa depan. Namun, penyisihan carryback dan carryforward tersebut diterapkan
hanya untuk hasil tahunan, buakn untuk hasil interim.
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
( PENERAPAN RETROSPEKTIF)

Penerapan Retrospektif adalah ( retrospective application) adalah penerapan


kebijakan akuntansi bisnis untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain seolah – olah
kebijakan tersebut telah ditetapkan.semua laporan keuangan tahunan berikutnya maupun
periode interim akan disesuaikan selama dampak perubahan kebijakan akuntansi.

Sebagai contoh, perusahaan membuat perubahan dari metode rata – rata tertimbang menjadi metode
persediaan FIFO pada tahun berjalan, maka perusahaan harus menerapkan metode FIFO secara
retrospektif ke semua periode laporan keuangan sebelumnya yang disediakan. Jumlah persediaan awal
untuk periode sajian paling awal akan disesuaikan untuk mencerminkan kebijakan akuntansi baru, dengan
penyesuaian yang berhubungan dengan saldo laba, dan metode baru akan direfleksikan dalam laporan
keuangan yang disajikan berikutnya.
Jika pengaruh kumulatif perubahan tersebut ditentukan, tetapi tidak dapat diterapkan penilaian
pengaruhnya dari tahun ketahun, maka perusahaan harus melaporkan pengaruh efek kumulatif
perubahan tersebut pada periode paling awal.
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI
(PENERAPAN SAAT INI DAN PROSPEKTIF)

Perubahan pada penyusutan , Amortisasi,


Perubahan estimasi
dan Deplesi
akuntansi merupakan hasil
informasi baru yang telah
`PSAK 25 mensyaratkan perubahan dalam
tersedia untuk entitas.
metode penyusutan, amortisasi, atau deplesi
Perubahan ini akan dilaporkan
atas aset berumur panjang dan aset
hanya berdasarkan saat ini dan
nonkeuangan yang disebabkan informasi baru,
prospektif. Sebagai contoh,
seperti pola penggunaan saat ini yang berbeda
perubahan akuntansi dalam
dengan ekspektasi , akan diperhitungkan
metode perhitungan jumlah
sebagai perubahan estimasi akuntansi yang
penyisihan piutang tidak
dipengaruhi oleh perubahan kebijakan
tertagih dari piutang karena
akuntansi. Penerapan saat ini dan prospektif
informasi terbaru
digunakan untuk melaporkan perubahan
mengindikasikan penyisihan
tersebut dan laporan keuangan sebelumnya
sebelumnya tidak mencukupi.
yang tidak perlu disajikan lembali.
KESALAHAN

Standar yang berlaku menyatakan bahwa sebuah koreksi atas kesalahan dalam laporan keuangan
yang diterbitkan sebelumnya bukanlah perubahan estimasi akuntansi dan entitas harus menyajikan
kembali laporan keuangan yang telah disajikan sebelumnya untuk mengoreksi kesalahan pada laporan
tersebut.
Karena kesalahan tersebut mungkin berhubungan dengan jumlah periode masa lalu yang dilaporkan,
PSAK 25 mensyaratkan bahwa kesalahan yang telah dikoreksi secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan dengan
a)Menyajikan kembali jumlah komporatif untuk periode sebelumnya yang disajikan dimana kesalahan
terjadi
b)Jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal, maka menyajikan kembali saldo awal aset,
liabilitas, dan ekuitas untuk periode sebelumnya sajian paling awal

Entitas membuat perubahan akuntansi juga diharuskan untuk membuat jumlah pengungkapan pada
periode dimana perubahan itu terjadi. Termasu dalam pengungkapan ini adalah dampak dari perubahan
laba rugi dari operasi yang dilanjutkan dan laba neto.
SESI DISKUSI

Vous aimerez peut-être aussi