Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A
N
PUTU NANDA RAHAYU K
G
E
1506305138 G
L
O
O
T
A.A. SAGUNG NUR ANDIANI M
A
1506305142
P
O
K
PELAPORAN SEGMEN DAN
INTERIM
Pelaporan Untuk Segmen
Banyak entitas terdiversifikasi melalui beberapa lini bisnis. Setiap lini dapat
mempunyai faktor kompetitif yang unik dan dapat bereaksi secara berbeda
terhadap perubahan lingkungan ekonomik. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan besar seperti Johnson & Johnson beroperasi dalam beberapa T
lini utama: konsumsi, farmasi, dan professional. U
Laporan keuangan konsolidasian menyajikan semua faktor heterogen
tersebut dalam konteks entitas tunggal. J
U
A
n
Memungkinkan pengguna laporan keuangan melihat di balik
jumlah konsolidasi untuk masing-masing komponen yang
membentuk entitas tersebut
Mendefinisikan Segmen
Dilaporkan
Jumlah absolut dari laba rugi yang dilaporkan dari segmen adalah 10% atau lebih dari
jumlah yang lebih besar dari, dalam jumlah absolut, (i) gabungan laba yang dilaporkan
dari seluruh segmen operasi yang tidak melaporkan kerugian, dengan (ii) gabungan
kerugian yang dilaporkan dari seluruh segmen operasi yang melaporkan kerugian.
Memiliki asset 10% atau lebih dari gabungan asset seluruh segmen operasi.
Ilustrasi Uji Signifikansi 10 persen
Figur 13-1
Laporan Keuangan Konsolidasian untuk PT Induk dan Entitas
Anak
Ilustrasi Uji Signifikansi 10 persen
Figur 13-2
Kertas Kerja untuk Menganalisis Segmen Operasi PT Induk dan
Enitas Anak
Uji Pendapatan 10 Persen
Uji Pendapatan menunjukkan bahwa segmen operasi berikut dilaporkan secara terpisah. Produk makanan,
plastic dan pengepakan, serta kesehatan dan ilmiah. Cara pintas yang sering digunakan adalah menghitung
10 persen dari penyebut dalam uji ini (untuk PT Induk dan entitas anaknya, Rp600.000.000 x 0,10) dan
kemudian membandingkan setiap total pendapatan segmen dengan pecahan tersebut. Dengan cara ini,
segmen dilaporkan adalah segmen dengan total pedapatan Rp600.000.000 atau lebih.
Uji Laba (Rugi) 10 Persen
Uji laba rugi adalah uji kedua untuk menentukan segmen operasi mana yang
dilaporkan terpisah. Pengujian ini untuk menentukan apakah laba atau rugi segmen
sama dengan atau lebih besar dari 10 persen nilai absolut dari laba operasi gabungan
atau rugi operasi gabungan, mana yang lebih besar.
Segmen operasi Produk Makanan, Plastik dandan Pengepakan, dan Kesehatan dan Ilmiah
dilaporkan terpisah berdasarkan uji asset 10 persen, asset segmen tersebut sama dengan atau lebih
besar dari 10 persen asset gabungan segmen operasi (Rp127.600.000 = Rp1.276.000.000 0,10).
Uji Pengungkapan Komprehensif
FIGUR 13-3
Secara khusus, perubahan prinsip akuntansi dalam periode interim dilaporkan pada periode
interim yang bersangkutan menggunakan metode yang sama sebagai perubahan akuntansi
yang terjadi dan dilaporkan dalam laporan keuangan tahunan sebagaimana dinyatakan
dalam PSAK 25 tentang “ kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan”.
Dengan demikian, pendapatan harus diakui dan dilaporkan pada periode diperolehnya dan tidak dapat
ditangguhkan ke periode lain untuk menyajikan arus pendapatan yang lebih stabil. PSAK 3 menyatakan
bahwa pendapatan yang diterima secara musiman, siklusan, atau tidak teratur dalam suatu tahun buku
tidak diantisipasi atau ditangguhkan pada tanggal interim, jika antisipasi atau penangguhan tidak akan
sesuai pada akhir tahun buku. Pendapatan dari usaha musiman, seperti dalam pertanian, produk
makanan, grosir atau toko eceran, dan hiburan tidak dapat dimanipulasi untuk menghilangkan tren
musiman.
Beban pokok penjualan umumnya merupakan biaya tunggal yang paling besar
dalam laporan interim laba rugi komperehensif. Aturan umumnya adalah beban pokok
penjualan interim harus dihitung dengan elemen biaya langsung dan biaya yang
dialokasikan atas dasar yang sama sebagaimana yang digunakan untuk menghitung
beban pokok penjualan tahunan.
Contoh berikut ini mengilustrasikan penggunaan metode yang terendah antara biaya perolehan
dan NRV untuk laporan interim.
1. Pada awal tahun fiskal, PT Induk memiliki persediaan sebanyak 10.000 unit dengan biaya FIFO
sebesar Rp 10.000 per unit
2. Tidak ada pembelian tambahan selama tahun berjalan
3. Penjualan dan nilai realisasi neto pada akhir kuartal selama tahun fiskal adalah sebagai berikut.
Kuartal Unit yang Dijual dalam Kuartal Unit NRV pada akhir Kuartal
1 2.000 Rp 7.000
2 2.000 6.000
3 2.000 7.000
4 2.000 11.000
PT Induk tidak yakin mengenai penyebab turunnya NRV dan menganggapnya akan menjadi
permanen, karena itu, perusahaan mengakui penurunan tersebut dalam kuartal terjadinya, tidak ada
pengakuan yang diperlukan jika penurunan tersebut diantisipasi berlagsung sementara (temporer),
dengan pemulihan pada akhir tahun.
FIGUR 13-6
Analisis interim terendah antara biaya perolehan dengan
NRV dari akun persediaan PT Induk
kuartal pos persediaan
unit Harga per unit Total
Saldo awal tahun 10.000 10.000 100.000.000
1 Persediaan dijual, kuartal pertama (2.000) 10.000 (20.000.000)
1. penyesuaian kepasar:
[ 8.000 unit X (Rp 10.000 – Rp 7.000)] 8.000 (3.000) (24.000.000)
saldo, akhir kuartal pertama 8.000 7.000 56.000.000
2 Persediaan dijual, kuartal kedua (2.000) 7.000 (14.000.000)
2. Penyesuaian ke pasar:
[6.000 unit x (Rp 7.000 – Rp 6.000)] 6.000 (1.000) (6.000.000)
saldo ,akhir kuartal kedua 6.000 6.000 36.000.000
3 Persediaan dijual, kuartal ketiga (2.000) 6.000 (12.000.000)
3. Penyesuaian ke pasar:
[4.000 unit x (Rp 6.000 – Rp 7.000)] 4,000 1.000 4.000.000
saldo, akhir kuartal ketiga 4.000 7.000 28.000.000
4 Persediaan dijual, kuartal keempat (2.000) 7.000 (14.000.000)
4. Pemulihan harga pasar:
[2.000 unit x (Rp 7.000 – Rp 10.000)] 2.000 3.000 6.000.000
saldo, akhir kuartal keempat 2.000 10.000(a) 20.000.000
(a) ingat bahwa walaupun nilai pasar adalah Rp 11.000, penilaian persediaan tidak dapat
melebihi biaya perolehan.
Cara lain untuk melihat pengaruh penurunan nilai adalah dengan menghitung jumlah yang akan dilaporkan
dalam beban pokok penjualan setiap kuartal.
Tabel berikut menyajikan perhitungan beban pokok penjualan untuk setiap kuartal.
Kuartal 1 Rp 44.000.000
Kuartal 2 20.000.000
Kuartal 3 8.000.000
Kuartal 4 8.000.000
Total Rp 80.000.000
BIAYA DAN
BEBAN LAIN - LAIN
Pilihan antara pengakuan langsung dari pengeluaran dalam laporan laba rugi periode interim dan
penangguhan serta alakosi ke beberapa laporan laba rugi periode interim tersebut berdasarkan
evaluasi subjektif dari periode yang mendapatkan manfaat dari pengeluaran tersebut. Walaupun
sebagian besar pengeluaran dibebankan ke periode interim pada saat terjadinya. Deskripsi berikut
mengilustrasikan saat pengeluaran bisa ditangguhkan dan dialokasikan ke beberapa periode interim.
Beberapa perusahaan
memfokuskan pada Pajak proprti harus Biaya kampanye iklan
perbaikan itu dapat ditangguhkan atau besar harus dialokasikan
ditangguhkan (asset dibayar diakru pada setiap pada periode interim yang
dimuka) atau diakru periode interim mendapatkan manfaat dari
(estimasi liabilitas) dan
daripada diakui secara biaya tersebut dari pada
dialokasikan ke beban
perbaikan ke setiap periode penuh sebagai sebuah yang diakui semata – mata
interim yang mendapatkan beban periode interim dalam periode interim saat
manfaat dari biaya saat pajak dibayar. biaya itu terjadi.
perbaikan tersebut.
FIGUR 13 -7
GRAFIK NVR PERSEDIAAN
AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN
DALAM PERIODE INTERIM
Perhitungan pajak penghasilan interim (interim income tax)
menimbulkan suatu permasalahan khusus bagi akuntan karena beban
pajak yang sebenarnya dihitung berdasarkan penghasilan untuk
keseluruhan tahun buku. Selain itu, perbedaan temporer antara akuntansi
pajak dan akuntansi PABU mengharuskan pengakuan pajak tangguhan.
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba kena
pajak
1 April Rp 20.000.000
Figur 13 – 9 mengilustrasikan perhitungan pajak penghasilan. Dalam contoh berikut, ingat bahwa
penyesuaian, seperti perbedaan antara akuntansi pajak dan akuntansi PABU, diperlukan untuk
menentukan pajak penghasilan untuk kuartal pertama tahun fiskal 20X1. berikut adalah data untuk ilustrasi
1.PT Induk dan entitas anaknya memperoleh laba konsolidasian dari operasi yang dilanjutkan sebesar Rp
225.000.000 untuk kuartal pertama tahun fiskal 20X1.
2.Perbedaan permanen antara laba akuntansi dan laba pajak diharapkan akan menjadi Rp 2.000.000 untuk
premi yang dibayarkan untuk asuransi jiwa pegawai utama perusahaan (perusahaan adalah penerima
manfaat atau beneficary) dan menyingkirkan deviden yang diterima sebesar Rp 27.000.000 dari investasi
pada perusahaan lain yang telah pajak final.
3.Tarif pajak penghasilan adalah 10 % untuk penghasilan kurang dari Rp 50.000.000, 15 % untuk
penghasilan antara Rp 50.000.000 sampai Rp 100.000.000 dan 30 % untuk penghasilan yang lebih dari Rp
100.000.000
Perhitungan pajak penghasilan untuk kuartal kedua terpisah dari kuartal pertama. Berdasarkan
pada laba rugi pada kuartal kedua, perusahaan menghitung pajak penghasilan menggunakan tarif pajak
yang berlaku asumsikan bahwa PT induk dan entitas anaknya melaporkan laba kena pajak sebesar Rp
250.000.000 dan beban pajak sebesar Rp 57.500.000 pada laporan laba rugi konsolidasian kuartal
kedua.
Ayat jurnal berikut digunakan untuk mengakui pajak penghasilan untuk kuartal kedua.
Sebagai contoh, perusahaan membuat perubahan dari metode rata – rata tertimbang menjadi metode
persediaan FIFO pada tahun berjalan, maka perusahaan harus menerapkan metode FIFO secara
retrospektif ke semua periode laporan keuangan sebelumnya yang disediakan. Jumlah persediaan awal
untuk periode sajian paling awal akan disesuaikan untuk mencerminkan kebijakan akuntansi baru, dengan
penyesuaian yang berhubungan dengan saldo laba, dan metode baru akan direfleksikan dalam laporan
keuangan yang disajikan berikutnya.
Jika pengaruh kumulatif perubahan tersebut ditentukan, tetapi tidak dapat diterapkan penilaian
pengaruhnya dari tahun ketahun, maka perusahaan harus melaporkan pengaruh efek kumulatif
perubahan tersebut pada periode paling awal.
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI
(PENERAPAN SAAT INI DAN PROSPEKTIF)
Standar yang berlaku menyatakan bahwa sebuah koreksi atas kesalahan dalam laporan keuangan
yang diterbitkan sebelumnya bukanlah perubahan estimasi akuntansi dan entitas harus menyajikan
kembali laporan keuangan yang telah disajikan sebelumnya untuk mengoreksi kesalahan pada laporan
tersebut.
Karena kesalahan tersebut mungkin berhubungan dengan jumlah periode masa lalu yang dilaporkan,
PSAK 25 mensyaratkan bahwa kesalahan yang telah dikoreksi secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan dengan
a)Menyajikan kembali jumlah komporatif untuk periode sebelumnya yang disajikan dimana kesalahan
terjadi
b)Jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal, maka menyajikan kembali saldo awal aset,
liabilitas, dan ekuitas untuk periode sebelumnya sajian paling awal
Entitas membuat perubahan akuntansi juga diharuskan untuk membuat jumlah pengungkapan pada
periode dimana perubahan itu terjadi. Termasu dalam pengungkapan ini adalah dampak dari perubahan
laba rugi dari operasi yang dilanjutkan dan laba neto.
SESI DISKUSI