Definisi • Solusio Plasenta yaitu terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, dengan umur kehamilan diatas 22 minggu dan berat janin lebih dari 500 gram. • Terlepasnya plasenta dapat terjadi sebagian (parsialis), seluruhnya (totalis) atau hanya ruptur pada tepi (ruptur sinus marginalis) hingga timbulnya perdarahan dalam desidua basalis yang dapat mengakibatkan hematoma retroplasenter. Etiologi a. Adanya trauma langsung terhadap uterus hamil, seperti : • Terjatuh, terutama tertelungkup • Tendangan anak yang sedang digendong • Trauma langsung lainnya b. Trauma kebidanan, terjadi karena tindakan kebidanan yang dilakukan, seperti : • Setelah versi luar • Setelah memecahkan ketuban • Persalinan anak kedua hamil kembar c. Pasien yang beresiko tinggi untuk terjadinya solusio plasenta adalah : • Ibu yang hamil dengan tali pusat bayi pendek • Hipertensi dalam kehamilan (pre- eklamsia, eklamsia) • Multiparitas • Hamil pada usia tua/primitua • Merokok • Tekanan vena cava inferior yang tinggi • Kekurangan gizi dan kekurangan asam folat Klasifikasi Solusio Plasenta • Menurut Maryunani (2009) solusio plasenta diklasifikasikan sebagai berikut : a. Solusio plasenta ringan Perdarahan kurang dari 100-200 cc Uterus tidak tegang Tidak ada rejatan/syok Janin hidup (bunyi jantung janin teratur) Uji beku darah baik, kadar fibrinogen plasma > 250 mg% Pelepasan plasenta < 1/6 bagian permukaan b. Solusio plasenta sedang • Perdarahan > 200 cc disertai dengan rasa sakit • Uterus tegang • Gawat janin/gerak janin berkurang atau janin telah mati • Palpasi bagian janin sulit diraba • Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang • Ada tanda presyok/pre-renjatan • Uji beku darah masih ada pembekuan, kadar fibrinogen darah 120-150 mg% • Pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan • Pada pemeriksaan dalam, ketuban menonjol c. Solusio plasenta berat • Perdarahan banyak sekali pervaginam disertai rasa nyeri atau perdarahan hebat terselubung atau tersembunyi • Uterus sangat tegang dan berkontraksi tetanik, sakit pada perabaan • Terdapat tanda renjatan/syok dengan TD menurun, Nadi dan Pernafasan meningkat • Biasanya janin telah meninggal dalam uterus • Uji beku darah tidak ada pembekuan, kadar fibrinogen < 100 mg% • Pelepasan plasenta 2/3 bagian permukaan atau telah terlepas seluruhnya • Solusio plasenta berdasarkan derajat pelepasan plasenta, dibagi atas: a. Solusio plasenta totalis, yaitu plasenta terlepas seluruhny b. Solusio plasenta parsialis, yaitu plasenta terlepas sebagian c. Ruptur sinus marginalis yaitu, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas Manifestasi Klinis • Nyeri abdomen atau sakit perut bagian atas dan mules yang terus-menerus, karena uterus berkontaksi dan tegang. • Terjadi perdarahan pervaginam yang berwarna kehitaman (darah kehitaman menunjukan bahwa perdarahan sudah terjadi dalam kurun waktu yang lama). • Keadaan umum ibu pucat, sesak nafas, anemia, kadang-kadang sampai syok. • Dapat disertai gawat janin sampai kematian janin. • Pada palpasi, uterus tegang dan bagian janin sukar teraba dari luar. • Kadang-kadang darah yang keluar tidak sesuai dengan keadaan umum, seperti tidak tampak perdarahan, karena darah tidak keluar melalui ostium tetapi menumpuk di retroplasenta (perlu hati-hati). Selain itu, jika perdarahan yang tampak bukan merupakan gambaran sesungguhnya jumlah perdarahan yang terjadi. Pemeriksaan Diagnostik • Ultrasonografi (USG) untuk menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin (pada solusio plasenta, dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen) • Kardiotokografi (KTG) untuk menilai kesejahteraan janin • Pemeriksaan laboraturium : Hb, Ht, trombosit, waktu protombin-pembekuan, kadar fibrinogen, elektrolit plasma Penatalaksanaan • Tujuan utama penatalaksanaan ibu dengan solusio plasenta adalah untuk : a. Mencegah kematian ibu b. Menghentikan sumber perdarahan c. Jika janin masih hidup, mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup Prinsip utama penatalaksanaan Solusio Plasenta: a. Pasien (ibu) dirawat di rumah sakit, istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairain b. Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu), dengan perbaikan: memberikan infus dan transfusi darah segar c. Pemeriksaan laboraturium: hemoglobin, hematokrit, COT (Clot Observation Test/test pembekuan darah), kadar fibrinogen plasma, urine lengkap, fungsi ginjal d. Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika e. Terminasi kehamilan: persalinan segera, pervaginam atau seksio sesarea. f. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT > 30 menit) diberikan darah segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin g. Untuk mengurangi tekanan intrauterin yang dapat menyebabkan nekrosis ginjal (reflek utero-ginjal), selaput ketuban segera dipecahkan Penatalaksanaan Asuhan Ibu Di Kamar Bersalin a. Observasi keadaan umum ibu sebelum persalinan • Ukur tekanan darah, nadi, pernafasan setiap ¼ jam sekali • Pemberian oksigen sesuai kebutuhan • Mengukur banyaknya perdarahan yang keluar, periksa hemoglobin • Penyediaan darah secepatnya, sebainya darah segar dengan jumlah yang telah diperhitungkan dengan perkiraan kehilangan darah • Minta izin operasi • Dilakukan pemeriksaan tes pembekuan darah (COT: Clot Observation Test) • Observasi kemajuan partus/persalinan • Observasi keadaan umum ibu sesudah partus/persalinan, yang bertujuan untuk: a. Mencegah agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan (Hemorhagi postpartum/HPP), dengan: • Memasang folley kateter (kolaborasi) • Memasang gurita untuk penekanan pada fundus uteri b. Mencegah infeksi Pengkajian Keperawatan a. Anamnesa. • Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri. • Terjadi spontan atau karena trauma. • Perut terasa nyeri. • Diikuti penurunan sampai terhentinya gerak janin dalam rahim. b. Pemeriksaan. 1. Pemeriksaan fisik umum. • Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan. • Tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat. • Penderita tampak enemis. 2. Pemeriksaan khusus. a) Palpasi abdomen. • Perut tegang terus menerus. • Terasa nyeri saat dipalpasi. • Bagian janin sukar ditentukan. b) Auskultasi. • Denyut jantung bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat. c) Pemeriksaan dalam. • Terdapat pembukaan. • Ketuban tegang dan menonjol. Diagnosa Keperawatan • Nyeri akut berhubungan dengan perdarahan akibat pelepasan plasenta yang prematur • Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah yang berlebihan • Cemas berhubungan dengan hasil akhir kehamilan yang tidak pasti • Gangguan perfusi jaringan: perifer berhungan dengan hipovolemia • Resiko cidera (janin) berhubungan dengan gangguan perfusi plasenta