Vous êtes sur la page 1sur 19

ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Dian Triwahyuni (P17324217028)


Indriyani (P17324217069)
Pratiwi Widhiastuti (P17324217066)
Gustian Salatin (P17324217070)
Tingkat 1 - B
Putri Shintia Ramadhani (P17324217013)
Sintya Dewi Hadi (P17324217021)
Syafira Nurjanah (P17324217029)
Pelayanan kesehatan yaitu
Menurut Pasal pelayanan kesehatan yang
1 UU ditujukan pada jenis upaya, Pelayanan kebidanan
kesehatan No meliputi upaya peningkatan adalah bagian integral
36 Tahun 2009 (promotif), pencegahan dari system pelayanan
(preventif), pengobatan kesehatan yang
(kuratif), dan pemulihan
diberikan oleh bidan
(rehabilitative).
yang telah terdaftar
(teregister) yang dapat
Menurut dilakukan secara
Kepmenkes RI
No mandiri,kolaborasi atau
369/Menkes/S rujukan.
K/III/2007
Adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau
pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan meliputi peningkatan,
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan yang sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya.

Kata legal berasal dari kata legal (Bahasa Belanda) yang artinya sah
menurut Undang-Undang.
Adalah penggunaan norma hukum yang telah disahkan oleh badan
yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang paling utama dan
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan memenuhi kebutuhan seseorang
atau pasien/kelompok masyarakat oleh bidan dalam upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.
Legislasi
Legislasi adalah proses
pembuatan undang-undang
atau penyempurnaan atau Memberikan pelindungan kepada
masyarakat terhadap pelayanan
perangkat hukum yang sudah yang telah diberikan.
ada melalui serangkaian Bentuk perlindungan tersebut
kegiatan sertifikasi meliputi:
 Mempertahankan kualitas
(pengaturan kompetensi), pelayanan
registrasi (pengaturan  Memberikan kewenangan
kewenangan), dan lisensi  Menjamin perlindungan hukum
(pengaturan penyelenggaraan  Meningkatkan profesionalisme
kewenangan).
Sumber ketidakpuasan pasien atau
masyarakat, seperti :

Bidan dikatakan professional,


seperti:
 Pelayanan yang aman
 Sikap petugas kurang baik
 Komunikasi yang kurang
 Kesalahan prosedur
 Mandiri  Sarana kurang baik
 Peningkatan kompetensi  Tidak adanya penjelasan atau
 Praktik berdasarkan evidence bimbingan atau informasi atau
based pendidikan kesehatan.
 Penggunaan berbagai informasi
Menjamin perlindungan
pada masyarakat pengguna
jasa profesi dan profesi
sendiri
Legislasi sangat berperan
dalam pemberian pelayanan
pemberian professional
Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
UU No 23 Tahun
UUD 1945 1992 Tentang
Kesehatan

Adalah upaya Adalah meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat
pembangunan nasional. bagi setiap warga negara Indonesia
melalui upaya promotif, preventif, kuratif,
Yaitu pembangunan disegala bidang dan rehabilitative sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang
guna kepentingan keselamatan, berkualitas.
kebahagiaan, dan kesejahteraan
seluruh rakyat Indonesia secara
terarah, terpadu, dan
berkesinambungan
Lisensi
Lisensi Praktik Kebidanan

pemberian izin praktik sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan


yang telah ditetapkan (IBI).

 Memberikan kejelasan batas wewenang


 Menetapkan sarana dan prasarana
 Meyakinkan klien

Tujuan lisensi
Aplikasi dalam praktik kebidanan

Adalah dalam bentuk SIPB (Surat Izin Praktik Bidan). Bidan menjalankan
praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
setempat

Syarat – Syarat Pembuatan SIPB, yaitu :


 Fotokopi ijazah bidan
 Surat keterangan sehat
 Rekomendasi dari organisasi profesi
 Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar
Registrasi
Keputusan Menteri Proses pendaftaran,
Kesehatan Republik pendokumentasian
Indonesia Nomor dan pengakuan
900/MENKES/SK/VI terdahap bidan,
I/2002 setelah dinyatakan
memenuhi minimal
kopetensi atau
standar penampilan
minimal yang
ditetapkan,
Tujuan
registrasi
Meningkatkan kemampuan tenaga profesi
Meningkatkan mekanisme yang objektif dan
komprehensif dalam penyelesaian kasus malpraktik
Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik.
Otonomi dalam Praktik Kebidanan
Otonomi dalam Praktik Kebidanan
Kekuasaan seorang bidan dalam melakukan praktik kebidanan yang sesuai
dengan peran dan fungsi bidan berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh
bidan itu sendiri.

Tingkatkan mutunya melalui, yaitu :


 Pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan,
 Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan,
 Akreditas,
 Sertifikasi,Registrasi
 Uji kompetensi
 Lisensi
Bentuk-bentuk otonomi
Faktor-faktor yang
Tujuan Khusus : bidan dalam praktik
Menunjang Otonomi Bidan
kebidanan :
• Mengkaji kebutuhan dan • Mengkaji kebutuhan dan
masalah kesehatan, masalah kesehatan,
• Menyusun rencana asuhan • Menyusun rencana asuhan
• Faktor kesehatan
kebidanan, kebidanan, • Faktor skill,
• Melaksanakan dokumentasi • Melaksanakan asuhan • Etikaperilaku,
kebidanan, kebidanan,
• Untuk mengelola perawatan • Kemampuan
• Melaksanakan dokumentasi
pasien sesuai dengan lingkup
kebidanan,
pembiyayaan / dana,
tanggung jawabnya, • Kewenangan bidan
• Mengelola keperawatan
• Untuk berperan sebagai anggota
tim kesehatan, pasien dengan lingkup • Segi birkrasi
tanggung jawab.
• Untuk mengikuti perkembangan • Perundang-undangan.
melalui penelitian
Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi