Vous êtes sur la page 1sur 28

ASKEP LANSIA

MENJELANG AJAL
Objectives
n Proses ajal pada lansia
n Sikap terhadap kematian pada lansia
n Respon fisik, psikis dan spiritual
n Strategi keperawatan pada lansia menjelang
ajal
ASKEP LANSIA MENJELANG AJAL

n Apa yang saudara fikirkan ketika melihat


lansia?
n Usia berapa yang saudara harapkan saat
menjelang ajal?
n Dalam kondisi yang bagaimana yang saudara
harapkan saat menjelang ajal?
n Siapa yang saudara harapkan hadir saat
menjelang ajal?
Persepsi kematian
n Diperoleh dari pengalaman kematian orang
lain
n Tidak selalu dipengaruhi oleh kematangan
perkembangan
n Kecenderungan akan menyangkal kematian
n Kebudayaan mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap kematian
Arti Kematian Pada Lansia
n Positif: suatu perjalanan; teman yang
melepaskan dari rasa nyeri dan penderitaan;
menuju hidup yang kekal
n Negatif: pelarian dari situasi yang tidak dapat
diatasi “the great destroyer” yang
menyebabkan kelemahan; hukuman;
perpisahan.
Perilaku Lansia Menghadapi
Kematian
n Khawatir menjadi beban, penderitaan, dan
penggunaan tehnologi yang memperpanjang
kehidupan
n Tingkat kekhawatiran lansia yang sakit dan
dirawat di rumah sakit lebih rendah dari
mereka yang menunggu giliran masuk ke
rumah sakit
n Yang menjadi perhatian adalah dimana,
bagaimana kematian itu terjadi, dan
kehidupan setelah kematian
KEMATIAN

 Kematian adalah penghentian permanen semua


fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan
manusia

 Pengertian kematian / mati adalah apabila


seseorang tidak teraba lagi denyut nadinya tidak
bernafas selama beberapa menit dan tidak
menunjukan segala refleks, serta tidak ada
kegiatan otak
KEMUNGKINAN PENYEBAB

Penyebab kematian
1. Penyakit.
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mamae).
b. CVD (cerebrovascular disaese).
c. CRF (chronic renal failure (gagal ginjal) ).
d. Diabetes melitus (gangguan endokrin).
e. MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler) ).
f. COPD (chronic obstruction pulmonary disaese)
2. Kecelakaan (hematoma epidural).
Ciri atau tanda klien lanjut usia
menjelang kematian

1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur –


angsur. Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya
kaki dan ujung kaki
2. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan
ujung hidungnya
3. Kulit tampak pucat
4. Denyut nadi mulai tak teratur
5. Tekanan darah menurun
6. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
7. Pernafasan cepat dangkal dan tidak teratur.
Tanda –tanda meninggal
secara klinis

Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat


dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan
tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical
Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang
indikasi kematian, yaitu :
1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar
secara total.
2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
3. Tidak ada reflek.
4. Gambaran mendatar pada EKG
Tahap Kematian

1. Tahap Pertama ( Penolakan )


Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasany, sikap itu
ditandai dengan komentar “saya?tidak, itu tidak mungkin”. Selama
tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut
menimpa semua orang, kecuali dirinya. Klien lanjut usia biasanya
terpengaruh oleh sikap penolakannya sehingga ia tidak
memerhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya
oleh perawat. Ia bahkan menekan apa yg telah ia dengar atau
mungkin akan meminta pertolongan dari berbagai macam sumber
profesional dan nonprofesional dalam upaya melarikan diri dari
kenyataan bahwa mau sudah diambang pintu.
Tahap kedua (marah)

tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi tidak terkendali.
Klien lanjut usia itu berkata “mengapa saya? ” sering kali klien
lanjut usia akan selalu mencela setiap orang dalam segala hal. Ia
mudah marah terhadap perawat dan petugas kesehatan lainya
tentang apa yang mereka lakukan. Pada tahap ini, klien lanjut
usia lebih menganggap hal ini merupakan hikmah, daripada
kutukan. Kemarahan disini merupakan mekanisme perthanan diri
klien lanjut usia. Akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya
tertuju kepada kesehatan dan kehidupan. Pada saat ini, perawat
kesehatan harus berhati – hati dalam memberi penilaian sebagai
reaksi yang normal terhadap kemtian yang perlu diungkapkan.
Tahap ketiga (tawar – menawar )

Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata
, “ya, benar aku, tapi...” kemarahan biasnya mereda dan klien
lanjut usia biasanya dapat menimbulkan kesan sudah dapat
menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Akan tetapi,
pada tahap tawar menawar ini banyak orang cenderung untuk
menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum mau tiba,
dan akan menyiapkan beberpa hal, misalnya klien lanjut usia
mempunyai permintaan terkhir untuk melihat pertandingan
olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau
makan direstoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu
karena membantu klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya
Tahap keempat (sedih/ depresi )

Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata
“ya, benar aku” hal ini biasanya merupakan saat yang
menyedihkan karena lanjut usia sedang dalam suaana berkabung.
Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang yang dicintainya dan
sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersamaan
dengan itu, dia harus meninggalkan semua hal menyenangkan
yang telah dinikmatinya. Selam tahap ini, klien lanjut usia
cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya
perawat duduk dengan tenang disamping klien lanjut usia yang
melalui masa sedihnya sebelum meninggal
Tahap kelima (menerima/ asertif)

Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian.menjelang saat


ini, klien lanjut usia telah membereskan segala urusan ysng belum
selesesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi karena sudah
menyatakan segala sesuatunya. Tawar menawar sudah lewat dan
tibalah saat kedamaian dan ketenangan. Seseorang mungkin saja
lama ada dalam tahap menerima, tetapi bukan tahap pasrah
yang berarti kekalahan . Dengan kata lain pasrah terhadap maut
tidak berarti menerima maut
Pemenuhan kebutuhan klien
menjelang kematian :

Kebutuhan fisisologis.
a) Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri
sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut,
badan dan sebagainya.
b) Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien
dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat
ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien.
Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui
Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah
menurun.
c) Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler
akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu
dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,
sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik
adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut
dan pemberian oksigen.
d) Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk
mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika
diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien,
karena tonus otot sudah menurun.
e) Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea
dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi
kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang
berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek
menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan
makanan cair atau Intra Vena atau Invus.
f) Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot
dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat
laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien
dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot
secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap
saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga
kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila
terjadi lecet, harus diberikan salep.
Kebutuhan emosi.

Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan


klien lanjut usiadalam menghadapi kematian.
a) Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang
hebat ( ketakutan yang timbul akibat menyadari bahwa
dirinya tidak mampu mencegah kematian ).
b) Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama
mendampinginya. Misalnya, lanjut usia ingin
memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan
kemudian hari. Bila pembicaraan tersebut berkenaan,
luangkan waktu sejenak.
c) Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama
terhadap klien.
Kebutuhan sosial

Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi,


dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya,
perawat dapat melakukan:
a) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin
didatangkan untuk bertemu dengan klien dan
didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-
teman dekat, atau anggota keluarga lain.
b) Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan
dengan sakitnya dan perlu diisolasi.
c) Menjaga penampilan klien pada saat-saat
menerima kunjungan kunjungan teman-teman
terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk
membersihkan diri dan merapikan diri.
d) Meminta saudara atau teman-temannya untuk
sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan
membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien
mampu membacanya.
Kebutuhan spiritual

a) Menanyakan kepada klien tentang harapan-


harapan hidupnya dan rencana-rencana klien
selanjutnya menjelang kematian.
b) Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan
pemuka agama dalam hal untuk memenuhi
kebutuhan spiritual.
c) Membantu dan mendorong klien untuk
melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.
Hak asasi pasien menjelang ajal

1. Berhak untuk tetap merasa mempunyai


harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubah.
2. Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat
menghidupkan terus harapan, walaupun dapat
berubah.
3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi
mengenai kematian yang sudah mendekat
dengan caranya sendiri.
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan mengenai perawatannya.
5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapat
perhatian medis dan perawatan, walaupun tujuan
penyembuhan harus diubah menjadi tujuan
memberi rasa nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur
atas pertanyaan.
9. Berhak untuk tidak ditipu.
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk
keluarganya dalam menerima kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.
12. Berhak untuk mempertahankan individualitas dan
tidak di hakimi atas keputusan yang mungkin saja
bertentangan dengan orang lain.
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman
keagamaan dan kerohanian.
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian
tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.
TERIMA
KASIH

Vous aimerez peut-être aussi