Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MENJELANG AJAL
Objectives
n Proses ajal pada lansia
n Sikap terhadap kematian pada lansia
n Respon fisik, psikis dan spiritual
n Strategi keperawatan pada lansia menjelang
ajal
ASKEP LANSIA MENJELANG AJAL
Penyebab kematian
1. Penyakit.
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mamae).
b. CVD (cerebrovascular disaese).
c. CRF (chronic renal failure (gagal ginjal) ).
d. Diabetes melitus (gangguan endokrin).
e. MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler) ).
f. COPD (chronic obstruction pulmonary disaese)
2. Kecelakaan (hematoma epidural).
Ciri atau tanda klien lanjut usia
menjelang kematian
tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi tidak terkendali.
Klien lanjut usia itu berkata “mengapa saya? ” sering kali klien
lanjut usia akan selalu mencela setiap orang dalam segala hal. Ia
mudah marah terhadap perawat dan petugas kesehatan lainya
tentang apa yang mereka lakukan. Pada tahap ini, klien lanjut
usia lebih menganggap hal ini merupakan hikmah, daripada
kutukan. Kemarahan disini merupakan mekanisme perthanan diri
klien lanjut usia. Akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya
tertuju kepada kesehatan dan kehidupan. Pada saat ini, perawat
kesehatan harus berhati – hati dalam memberi penilaian sebagai
reaksi yang normal terhadap kemtian yang perlu diungkapkan.
Tahap ketiga (tawar – menawar )
Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata
, “ya, benar aku, tapi...” kemarahan biasnya mereda dan klien
lanjut usia biasanya dapat menimbulkan kesan sudah dapat
menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Akan tetapi,
pada tahap tawar menawar ini banyak orang cenderung untuk
menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum mau tiba,
dan akan menyiapkan beberpa hal, misalnya klien lanjut usia
mempunyai permintaan terkhir untuk melihat pertandingan
olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau
makan direstoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu
karena membantu klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya
Tahap keempat (sedih/ depresi )
Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata
“ya, benar aku” hal ini biasanya merupakan saat yang
menyedihkan karena lanjut usia sedang dalam suaana berkabung.
Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang yang dicintainya dan
sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersamaan
dengan itu, dia harus meninggalkan semua hal menyenangkan
yang telah dinikmatinya. Selam tahap ini, klien lanjut usia
cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya
perawat duduk dengan tenang disamping klien lanjut usia yang
melalui masa sedihnya sebelum meninggal
Tahap kelima (menerima/ asertif)
Kebutuhan fisisologis.
a) Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri
sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut,
badan dan sebagainya.
b) Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien
dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat
ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien.
Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui
Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah
menurun.
c) Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler
akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu
dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,
sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik
adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut
dan pemberian oksigen.
d) Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk
mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika
diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien,
karena tonus otot sudah menurun.
e) Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea
dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi
kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang
berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek
menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan
makanan cair atau Intra Vena atau Invus.
f) Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot
dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat
laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien
dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot
secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap
saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga
kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila
terjadi lecet, harus diberikan salep.
Kebutuhan emosi.