Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PA R S I A L H I P
R E P L ACEMENT
KLASIFIKASI FRAKTUR KOLUM FEMUR
• Classification 1: Fraktur subcapital
• Classification 2: Fraktur caput femur
• Classification 3: Fraktur intertrochanteric
• Classification 4: Fraktur subtrochanteric (disebut
juga fraktur 1/3 proksimal femur)
Only subcapital fractures are likely to require
hemiarthroplasty depending upon the grade
classification
GRADES OF SUBCAPITAL FRACTURE
Ada berbagai metode untuk mengatasi fraktur subkapital femur. Pertama tergantung pada
tingkat dan kelangsungan hidup pasokan darah ke caput.
• Grade I: partial subcapital fracture
Suplai darah masih utuh, bisa disematkan dan akan sembuh dengan sukses
• Grade II: undisplaced subcapital fracture
Pada Grade I In Grade II, meskipun suplai darah terputus, masih ada kemungkinan
caput bertahan dan tulangnya sembuh. Namun, jika ada bukti pada xray bahwa
tulang di kepala terputus, maka hemiarthroplasty akan diperlukan
• Grade III: partially displaced subcapital fracture
Pada grade III, jika kepala masih layak (tidak menunjukkan tanda-tanda kematian
tulang) dan fraktur dapat dikurangi (disatukan kembali) maka bisa disematkan
namun kemungkinannya adalah hemiarthroplasty akan diperlukan.
• Grade IV: displaced subcapital fracture
Pada grade IV, Hemiarthroplasty diperlukan
DEFINISI
Partial Hip Replacement adalah prosedur operasi untuk menggantikan sebagian dari sendi hip, di
mana yang diganti adalah caput femur yang sudah terkena arthritis, degenerasi atau fraktur serius.
Sedangkan pada THR penggantian dilakukan pada kedua permukaan sendi yaitu caput femur dan
acetabulum.
PARTIAL HIP IMPLANT
No Jenis Partial Implant Gambar
1 Austin Moore prothese
• Cemented
Pada tipe ini fiksasi tulang akan dibantu dengan bahan cement yang dimasukkan ke
kanalis femuralis untuk memperkuat pemasangan protese. Biasanya pada usia lanjut karena
pertumbuhan jaringan yang sudah sangat lambat.
• Cementless
Fiksasi awal protese dilakukan dengan press fit technique. Biasanya dilakukan pada usia
yang relatif muda di mana pada saat awal pemasangan fiksasi implant maksimal belum akan
tercapai hingga akan didapatkan pertumbuhan jaringan pada implant, sekitar implant, bahkan ke
dalam implant.
INDIKASI
• Adanya bahaya sepsis yang tersembunyi di mana jaringan tubuh menolak pemasangan implant
• Infeksi dislokasi
• Implant yang longgar
PROBLEMATIK
– Diagnosa Medis : Post operasi fracture collum femur dextra dengan pemasangan Austin
Moore Prothesis (AMP)
– Catatan Klinis
Rotgen pada tanggal 01 Desember 2017
Hasil : Fraktur collum femur dextra
B. SEGI FISIOTERAPI
ASESMEN FISIOTERAPI
a. Anamnesis (Auto)
1. Identitas
Nama : Tn. Z
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Ojek Online
Alamat : Kampung Makasar Blok M2 no 2 Jakarta
Timur
2. Riwayat Penyakit
2.1 Keluhan Utama : Nyeri pada sendi paha bagian atas kanan
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien ditabrak oleh motor pada tanggal 01 Desember 2017,
langsung dibawa ke RS oleh warga sekitar dan melalukan rontgen, dari hasil rontgen tersebut
pasien di diagnosa fraktur collum femur dextra dan pasien menjalani operasi penggantian collum
femur dengan pemasangan Austin Moore Prothesis (AMP). Pada tanggal 03 Desember 2017
pasien di rujuk ke fisioterapi.
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu : -
2.4 Riwayat Pribadi :-
2.5 Riwayat Penyakit Keluarga :-
b. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital dan Keadaan Umum
1.1 Tekanan darah : 130/85 mmhg
1.2 Denyut nadi : 82 x/menit
1.3 Pernapasan : 22 x/menit
1.4 Temperatur : 37,5°C
1.5 Tinggi badan : 175 cm
1.6 Berat badan : 72 kg
1.7 Tingkat kesadaran : compos mentis
2. Inspeksi
2.1. Inspeksi statis :
– Pasien berada dibed dengan posisi terlentang
– Terdapat bekas operasi yang tertutup perban.
– Disekitar perban terlihat adanya oedema
– pasien masih menggunakan infus.
– Posisi tungkai kanan pasien sedikit abduksi dan external rotasi.
2.2. Inspeksi dinamis :
Pasien tampak menahan rasa sakit ketika hendak duduk
3. Palpasi :
- Terdapat Oedema
- Suhu lokal oedema hangat
- Spasme otot quadriceps femoris, otot hamstring
4. Perkusi :-
5. Auskultasi :-
6. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
6.1 Gerak Aktif :
MMT
Gerakan Nilai MMT dextra Nilai MMT Sinistra
Fleksi 3 (pain) 4
Extensi 3 (pain) 4
Abduksi 3 (pain) 4
Abduksi Tidak dilakukan 4
Exorotasi Tidak dilakukan 4
Endorotasi Tidak dilakukan 4
ROM Aktif (HIP)
Bidang Dextra Sinistra Normal
Fleksi S 30°-0°-120°
S 30°-0°-120°
Ekstensi
Abduksi F 45°-0°-30°
F 45°-0°-30°
Adduksi Tidak dilakukan
Exorotasi Tidak dilakukan T 45°-0°-45°
T 45°-0°-45°
Endorotasi Tidak dilakukan
LANJUTAN GERAK AKTIF...
Gerakan Nilai VAS dextra Nilai VAS Sinistra
Fleksi 6 cm 0 cm
Extensi 6 cm 0 cm
Abduksi 6 cm 0 cm
1. Pemeriksaan Kognitif
Pasien mampu menceritakan kronologis yang dialami sampai sekarang kepada terapis
Pasien mampu mengetahui orientasi waktu dan tempat
2. Pemeriksaan Intrapersonal
Pasien mempunyai motivasi dan semangat untuk sembuh
3. Pemeriksaan Interpersonal
Pasien berkomunikasi dengan baik dengan keluarga maupun fisioterapis dapat mengikuti instruksi
saat melakukan terapi
d. Pemeriksaan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas
1. Kemampuan Fungsional Dasar
Indeks barthel
No Item yang di nilai Skor
1. Makan 2
Interpretasi hasil
2. Mandi 0 12 = ketergantungan
3. Perawatan diri 1 ringan
4. Berpakaian 1
5. Buang Air Kecil (BAK) 2
6. Buang Air Besar (BAB) 2
7. Penggunaan toilet 1
8. Transfer 1
9. Mobilitas 2
10. Naik Turun Tangga 0
2. Aktivitas Fungsional
Pasien belum dapat menggunakan kaki kanannya untuk berjalan dan beraktivitas secara normal.
3. Lingkungan Aktivitas
Lingkungan aktifitas pasien mendukung kesembuhan pasien
e. Problematik Fisioterapi
- Adanya nyeri
- Terdapat oedema
- Spasme pada otot quadriceps femoris dan hamstring
- Menurunnya kekuatan otot tungkai kanan
- Keterbatasan LGS pada tungkai kanan
- Gangguan fungsional berjalan
II. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan fungsional berjalan karena nyeri pada kaki kanan akibat post operasi
pemasangan Austin Moore Prothese ec fraktur collum femur dextra
III. RENCANA PROGRAM FISIOTERAPI
a. Tujuan jangka pendek
Mengurangi nyeri
Menghilangkan oedema
Menghilangkan spasme
Meningkatkan kekuatan otot
Meningkatkan LGS
2.Modalitas terpilih
a. Deep breathing
Tujuan : Menghilangkan sisa-sisa nakrose pasca oprasi dan memelihara keadaan umum pasien
F: 3x/ minggu
I : 6 detik inspirasi, 3 detik tahan nafas, 3 detik ekspirasi
T: Thoracal breathing
T: 2 menit
R: 5x/ sesi
S: 3 sesi/ terapi
b. Static contraction gluteal
Tujuan : Reabsobsi eksudat di daerah incisi dan mengurangi oedem
F: 3x/minggu
I : 7 detik kontraksi, 3 detik rileks
T: 5 menit
T: isometrik
R: 5 kali
S: 5 sesi/terapi
1. Posisikan pasien untuk duduk dan tidak 1. Turunkan kaki dari bed secara perlahan,
melebihi dari 90º fleksi hip. hindari gerakan adduksi dan interal rotasi.
2. Bantu pasien agar dapat berdiri dan
menumpu pada ke dua kaki.
5. Gait training
Persiapan pasien Persiapan alat Penatalaksanaan Selesai terapi
1. Pastikan pasien dalam Paraller bar 1. Instruksikan pasien untuk berdiri 1.Tanyakan bila ada
keadaan yang baik di ujung parallel bar . Pastikan terjadi keluhan selama
2. Pasien dianjurkan makan pasien berdiri dalam keseimbangan latihan seperti pusing,
terlebih dahulu sebelum yang baik dan stabil mual, dll
latihan 2. Instruksikan pasien untuk 2. Periksa denyut nadi
3. Periksa denyut nadi berjalan di paralel bar pasien
pasien sebelum latihan 3. Perhatikan pola jalan pasien,
koreksi bila terjadi penyimpangan
pola berjalan.
4. Setelah pasien menyelesaikan
satu sesi, pasien dapat rest selama
20 detik.
5. Usahakan untuk selalu
berkomunikasi dengan pasien
selama terapi berlangsung
V. EVALUASI/(RE) EVALUASI/ (RE) ASESMENT
Terapi :
1. Static kontraksi
2. Gluteus set
3. Positioning
4. Full weight bearing
5. Ambulasi
AMP merupakan partial hip replacement -> hanya caputnya di ganti, acetabulum tidak
Jika vital sign bagus dan normal langsung di latih full weight bearing untuk propioseptiv sendi
- FREE ACTIVE EX repetisi 15x untuk memelihara kekuatan otot