Vous êtes sur la page 1sur 20

Askep Pada Lansia

terkait dengan
Sistem Reproduksi
Disusun oleh :
1. Anista
2. Siti Romadhoni
3. Ratna Monica Rosidi
4. M. Noor Kholis Ma’ruf
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase
menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di
mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam
P hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
E mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan
N reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi
hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
G dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia
E lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal,
R siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan
baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
T menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
I (Darmojo, 2004).
A
N
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) pengertian lansia digolongkan
menjadi 4, yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59


tahun
2. Lanjut usia (elderly) 60 - 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75 - 90 tahun
4. Lansia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380)
terdapat beberapa ciri-ciri orang
lanjut usia,yaitu:

1. Usia lanjut merupakan periode


kemunduran
2. Orang lanjut usia memiliki status
kelompok minoritas
3. Menua membutuhkan perubahan peran
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perubahan Fisiologis Akibat
Proses Menua
1. Fase desire(hasrat) Terutama dipengaruhi oleh
penyakit baik dari dirinya sendiri atau
pasangan, mungkin menurun dengan makin
lanjutnya usia, tetapi hal ini bisa bervariasi.
Hasrat sangat dipengaruhi oleh penyakit, mulai
usia umur 55 tahun testoteron menurun yang
akan mempengaruhi libido.
2. Fase arousal (gairah) Pembesaran payudara
berkurang, lubrikasi vagina menurun, otot-otot
yang menegang pada fase ini menurun.
Membutuhkan waktu lebih lama untuk ereksi,
ereksi kurang begitu kuat.
3. Fase orgasmic (fase muscular) Kemampuan untuk
mendapatkan orgasme multiple berkurang dengan
makin lanjutnya usia. Kemampuan mengontrol
ejakulasi membaik, kekuatan kontraksi otot
dirasakan berkurang/menurun.
4. Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode
refrakter, dimana pembangkitan gairah secara
segera lebih sukar. Periode refrakter memanjang
secara fisiologis, dimana ereksi dan orgasme
berikutnya lebih sukar terjadi.
5. Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya
penurunan secara berangsur berangsur.
6. Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun,
asal kondisi kesehatan baik.
Pengaruh Umum Penuaaan Fungsi Seksual
Fungsi seksual pada pria

 Terjadi penurunan sirkulasi tertosteron


 Ereksi penis memerlukan waktu lebih lama dan
mungkin tidak sekeras yang sebelumnya.
 Ukuran testis tidak bertambah
 Kelenjar penis tampak menurun
 Kontrol ejakulasi meningkat
 Dorongan seksual jarang terjadi pada pria di atas 50 th
 Tingkat orgasme menurun atau hilang
 Kekuatan ejakulasi menurun sehingga orgasme kurang
semangat
 Ejakulasi di keluarkan tanpa kekuatan penuh dan
mengandung sedikit sel sperma.
 Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada
organ genital eksterna yang tidak biasa.
 Setelah ejakulasi, penurunan ereksi dan testis lebih cepat
terjadi.
 Kemampuan ereksi setelah ejakulasi semakin panjang
 Pada klimaksnya, hubungan seksual masih memberikan
kepuasan yang kuat.
 Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
menurun secara berangsur
 Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun,
asal kondisi kesehatannya baik.
 Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat
penting dalam pengaturan gula darah) mulai menurun.
 Kegiatan kelenjar adrenal berkurang pada lanjut usia.
 Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
 Hipofisis: pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah
dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya
produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH.
 Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate) dan daya
pertukaran zat menurun.
 Produksi aldosteron menurun.
Fungsi seksual pada wanita
• Lubrikasi vagina memerlukan waktu lebih lama.
• Selaput lendir vagina menurun atau kering.
• Pengembanagan dinding vagina berkurang pada panjang dan
lebarnya.
• Dinding vagina menjadi lebih tipis dan mudah teriritasi.
• Selama hubungan seksual dapat terjadi iritasi pada kandung kemih
dan uretra.
• Sekresi vagina berkurang keasamannya, meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi.
• Penurunan elevasi uretra
• Atrofi labia mayora dan ukuran klitoris menurun.
• Fase orgasme lebih pendek.
• Fase resolusi muncul lebih cepat
• Kemampuan multipel orgasme masih baik.
• menciutnya ovarium dan uterus.
• atropi payudara.
• Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
• Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi.
• Atrofi vulva.
• Sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan
warna.
Hambatan Aktivitas Seksual Pada Usia Lanjut
• Hambatan seksual lansia eksternal : menganggap
bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi
oleh para lansia, sering mendapat cibiran, bilamana
seorang janda atau duda akan menikah lagi seringkali
adanya sikap menentang dari anak-anak
• Hambatan seksual lansia internal : lansia sudah merasa
tidak bisa dan tidak pantas berpenampilan untuk bisa
menarik lawan jenisnya, Artritis dengan deformitas
pada sendi, gangguan neuromuskular
yang menyebabkan lansia merasa kurang
menarik dan kurang mempunyai daya
tarik seksual
Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Status kesehatan
3. Riwayat penyakit pasien
4. Riwayat kesehatan
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat psikologis
a) Mengkaji masalah seksual, meliputi :
 Fantasi :
Mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual.
 Denial :
Mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik
atau ketidakpuasan seksual.
 Rasionalisasi :
Mungkin digunkan untuk memperoleh
pembenaran atau penerimaan tentang mitif,
perilaku, perasaan dan dorongan seksual
 Menarik Diri :
Mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan
lemah, perasaan ambivalens terhadap hubungan
intim yang belum terselesaikan secara tuntas
b) Pemeriksaan fisik
 Keadaan fisik : Apatis, lesu, dst
 Rambut : Kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis,
pecah/patah – patah, mudah rontok atau tidak
 Bibir : Kering, pecah – pecah, bengkak, lesi, stomatis
 Gusi : Perdarahan, peradangan
 Lidah : Edema, hiperemasis
 Gigi : Karies, nyeri, kotor
 Mata : Konjungtiva pucat, kering, tanda – tanda
infeksi
 Kuku : Mudah patah
 Berat badan : Obesitas, kurus otot, flaksia, tonus
kurang tidak mampu bekerja
 Sistem saraf : Bingung, reflek menurun
 Fungsi gastrointestinal : Anoreksia, konstipasi, diare,
pembesaran limfe
 Kardioveskuler : Denyut nadi lebih dari 100 x / menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah / tinggi
 Respiratory : Kontraksi dada teratur apa tidak, terdapat
suara tambahan dalam bernafas apa tidak
 Abdomen : Bengkak, nyeri, suara peristaltik
 Reproduksi
1. Pria : Keadaan penis, testis, scrotum, rangsangan,
elastisitas reproduksi, sprema, dst
2. Wanita : Keadaan vagina, vulva, uterus, keelastisitas
reproduksi, cairan pada reproduksi, dst
 Kulit
Kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak di subkutan tidak ada
Aktifitas latihan
 Aktifitas dan istirahat (kelemahan, kekuatan otot)
1. Sirkulasi (penyakit jantung, hipertensi, dst)
2. Integritas ego (stres)
3. Eliminasi (perubahan pada warna urine dan tinja)
4. Makanan atau cairan (mual muntah)
5. Nyeri (sakit kepala, sakit perut, dst)
6. Pernafasan (sesak nafas)
7. Reproduksi (elastis, merangsang, dst)
(Tarwoto dan Wartonah, 2004)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan pola seksualitas yang b.d rasa
malu setelah masektomi, ditandai oleh
tidak adanya keinginan seksual.
2. Perubahan seksualitas yang b.d
ketidakmampuan untuk mencapai
organsme ditandai oleh tidak adanya
kepuasaan seksual.
3. Disfungsi seksual yang b.d rasa takut
terhadap penetrasi, ditandai rasa sakit
ketika berhubungan intim.

NANDA
C. Intervensi Keperawatan
 Diagnosa 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa malupasien
dalam melakukan seksualitas dapat kembali normal atau efektif sesuai
dengan kriteria hasil :
1. Menunjukkan kemauan untuk mendiskusikan tentang perubahan
seksualitas
2. Mengetahui tentang perubahan fisik dengan penuaan
3. Mampu mengontrol kecemasan
Intervensi :
 Observasi reproduksi
 Sediakan privasi dan menjamin kerahasiaan
 Mulai dengan topik sensitiv ke yang paling sensitif
 Jelaskan tentang seksualitas
 Ajarkan proses relaksasi
 Diagnosa 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kembalinya tingkat kepuasan dengan kriteria hasil :
1. Penerimaan dan pengenalan identitas seksual pribadi
2. Menunjukkan dapat beradaptasi dalam seksualitan dengan
ketidakmampuan fisik
3. Meminta informasi yang dibutuhkan mengenai perubahan seksual.
Intervensi :
• Observasi reproduksi
• Jelaskan tentang pengaruh seksual pada pasien
• Atur cara beraktivitas klien sesuai kemampuan
• Evaluasi kemampuan aktivitas seksual pasien
 Diagnosa 3
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak
adanya rasa takut saat melakukan hubungan seksual, dengan kriteria
hasil :
1. Mengetahui masalah reproduksi
2. Mampu mengontrol kecemasan
3. Mampu melakukan tindakan yang tidak membuat sakit saat
melakukan seksualitas
Intervensi :
• Jelaskan mengenai masalah reproduksi
• Lakukan relaxasi
• Lakukan komunikasi terapeutik dalam mengajarkan mengurangi
rasa sakit saat seksual

Vous aimerez peut-être aussi