Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN

CHILD ABUSE
KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
DEFINISI

 Menurut Harry Kempe dkk


(1992), child abuse merupakan
the battered child syndrome
yang hanya terbatas pada anak-
anak yang mendapatkan
perlakuan salah secara fisik
yang bersifat ekstrem atau
membahayakan anak-anak.
Klasifikasi Child Abuse
1. Dalam keluarga
 Penganiayaan fisik contohnya seperti memukul anak.
 Kelalaian atau penelantaraan
 Penganiayaan secara emosional
 Penganiayaa seksual

2. Diluar Keluarga
 Dalam institusi atau lembaga
 Di tempat kerja
 Di jalan
 Di medan perang
Penyebab Terjadinya Child
Abuse

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak


mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik
maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1. Stress yang berasal dari anak.
a. Fisik berbeda
b. Mental berbeda
c. Temperamen berbeda
d. Tingkah laku berbeda
e. Anak angkat
2. Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak
memadai
c. Perceraian
d. Anak yang tidak diharapkan
3. Stress berasal dari orang tua
a. Rendah diri
b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah
c. Harapan pada anak yang tidak realistis
Akibat Terjadinya Child
Abuse
 Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam
dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah
menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya.
 Dampak kekerasan psikis, nak yang sering dimarahi orang
tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru
perilaku buruk (coping mechanism).
 Dampak kekerasan seksual. Diantara korban yang masih merasa
dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri,
dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah
dewasa atau bahkan sudah menikah.
 Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika
anak mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih
sayang orang tua terhadap anak.
Manifestasi klinis Child
Abuse

1. Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom,


luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang,
perdarahan retinaakibat dari adanya subdural hematom
dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
2. Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan
perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah,
pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal.
3. perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan:
kecerdasaan, emosi, konsep diri, agresif, hubungan
sosial, akibat dari penganiyaan seksual.
Penanganan Dan
Pencegahan Child Abuse
1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan
dan program yang ditujukan pada individu, keluarga, dan
masyarakat.
a. Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan
keluarga sejahtera.
b. Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi
keluarga yang stress.
c. Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi
keluarga dengan kekerasan.
2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan
bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina,
anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan
bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harud
dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu
meningkatkan keamanan anak di sekolah
3. Penegak hukum dan keamanan
Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak
cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan
melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan
kekerasan.
4. Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak
hendaknya diikuti oleh artikel2 pencegahan dan
penanggulangannya.
ASKEP Keluarga Child Abuse
a. Pengkajian
 Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan berkaitan dengan child abuse, antara lain:
Psikososial
 Melalaikan diri
 Gagal tumbuh
 Keterlambatan perkembangan koognitif, psikomotor dan psikososial
 Memisahkan diri dari orang-orang dewasa
Muskuloskeletal
 Dislokasi
 Sprain
 Fraktur
Genital urinaria
 Luka pada vagina/penis
 Luka pada anus
 Infeksi saluran kemih
b. Diagnosa keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan memakan,
mencerna, dan mengabsorpsi
makanan karena faktor psikologis.
2. Kerusakan pengasuh berhubungan
dengan usia muda, kurang
pengetahuan tentang perawatan
kesehatan anak dan
ketidakadekuatan pengaturan
perawatan anak.
c. Intervensi
1. NOC: setelah dilakukan tindaan keperawatan maka
pasien menunjukkan adanya perubahan status gizi;
asupan makanan, cairan, dan gizi. Ditandai dengan
indikator berikut: rentang nilai 1-5: tidak adekuat,
ringan, sedang, kuat dan adekuat total.
 Intervensi:
 Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi
nafsu makan pasien.
 Memantau hasil labotarium seperti hasil albumin dan
elektrolit.
 Pengelolaan nutrisi dengan memantau kandungan
nutrisi dan kalori asupan gizi yang dikonsumsi pasien.
2. NOC: setelah dilakukan asuhan keperawatan
keluarga orang tua diharapkan dapat menunjukkan
kepada anak cara yang benar mengungkapkan marah,
perasaan yang tidak senang atau frustasi yang tidak
membahayakan anak dan orang tua berperan aktif
dalam kegiatan konseling keluarga.
 Intervensi:
 Berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
 Membantu orang tua untuk mengidentifikasi
perubahan menjadi orang tua.
 Memberikan kesempatan interaksi yang sering untuk
orang tua atau anak.
 Memotivasi keluarga untuk menciptakan komunikasi
yang terbuka didalam keluarga.

Vous aimerez peut-être aussi