Vous êtes sur la page 1sur 51

INFEKSI

Organ Sistem Reproduksi


Wanita

Dr. Adi Nugroho Sp.OG


RSUD Jombang
VAGINA NORMAL
 Sekresi vagina terdiri atas :
 Sekresi vulva : kel. sebasea, kel. keringat,
kel. Bartholin dan kel. Skene.
 Transudat vagina, pengelupasan sel-sel
vagina & serviks
 Mukus serviks
 Cairan endometrium & tuba
 Mikroorganisma & produk metaboliknya.
 Dipengaruhi oleh kadar hormon.
FLORA NORMAL VAGINA

 Dominan : bakteri aerob (± 6 spesies )


 terutama laktobasilus penghasil
peroksida hidrogen.
 pH normal vagina : < 4,5 (
dipertahankan oleh produksi asam
laktat.
Estrogen

Epitel vagina ( kaya glikogen )

Memecah glikogen menjadi


monosakarida

Laktobasilus

Asam laktat
INFEKSI VAGINA

 BACTERIAL VAGINOSIS
 ( Non spesifik vaginitis ; Gardnerella
vaginitis )
 Akibat pertumbuhan yg berlebihan bakteri
anaerob ( normal : < 1% )
 Ok alkalinisasi vagina yg berulang.
DIAGNOSIS

 BACTERIAL VAGINOSIS
 Bau amis
 Warna abu-abu, melapisi dinding vagina.
 pH vagina > 4,5
 Mikroskopik : jumlah ‘clue cell’ meningkat.
 KOH ( Whiff test ) : mengeluarkan bau
amis, ‘amine-like’
PENATALAKSANAAN

 BACTERIAL VAGINOSIS
 Metronidazole
 Clindamycin
INFEKSI VAGINA

 TRICHOMONAS VAGINITIS
 Disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
 Merupakan parasit berflagella.
 Ditularkan melalui hubungan seksual.
 Anaerob
 Pdu bersamaan dgn bacterial vaginosis (
60% )
DIAGNOSIS

 TRICHOMONAS VAGINITIS
 Sering asimptomatik ( tgt inokulum dan
status imunitas ).
 Sekresi purulent, banyak, bau tak sedap.
 Disertai gatal pada vulva
 ‘Strawberry cervix’ ( eritema dan kolpitis
makularis )
 pH vagina > 5
DIAGNOSIS
 TRICHOMONAS VAGINITIS
 Mikroskopis : tricomonas yg berflagella &
jumlah lekosit meningkat.
 Kadang didapatkan ‘clue cell’ ( ok pdu
bersamaan dgn bakterial vaginosis ).
 ‘Whiff test’ : (+)
 Pada wanita hamil  KPP & persalinan
prematur.
 Cek juga adanya Neisseria gonorrhoeae &
Chlamydia trachomatis ( ok STD ).
PENATALAKSANAAN

 TRICHOMONAS VAGINITIS
 Metronidazole (  bakterial vaginosis )
 Pasangan juga harus diobati.
 Tidak boleh memakai Metronidazole gel.
 Bila tidak responsif  kultur.
INFEKSI VAGINA

 VULVOVAGINAL CANDIDIASIS
 85-90% disebabkan oleh Candida albicans.
 Spesies lain : C. glabrata, C. tropicalis
 Predisposisi : penggunaan AB, hamil,
diabetes, penyakit kronis & berulang.
 Laktobasilus mencegah pertumbuhan jamur
scr berlebihan.
DIAGNOSIS
 VULVOVAGINAL CANDIDIASIS
 Gatal pada vulva disertai discharge vagina.
 Cairan bisa sangat encer maupun kental
 Nyeri vagina, dispareuni
 Vulva terasa terbakar dan iritasi.
 pH vagina pdu normal ( < 4,5 )
 Mikroskopis : bentuk ‘yeast’ atau miselia
 Whiff test : (-)
 Kultur.
PENATALAKSANAAN

 VULVOVAGINAL CANDIDIASIS
 Nystatin
 Obat anti jamur oral
PENATALAKSANAAN

 VULVOVAGINAL CANDIDIASIS
KRONIK
 Ketoconazole
INFEKSI VAGINA

 VAGINITIS INFLAMATORI
 Penyebab : ?
 Didapatkan kokus gram positif (
menggantikan basil gram positif ).
 Ditandai dgn eksudat vagina yg sangat
banyak, pengelupasan sel epitel, discharge
vagina yg purulent dan banyak.
DIAGNOSIS DAN TERAPI
 VAGINITIS INFLAMATORI
 Rasa terbakar atau iritasi vulvovaginal
 Dispareuni
 Eritema pada vagina & vulva
 Kolpitis makularis.
 Tx : Clindamycin
 Pada px menopause : perlu HRT.
INFEKSI VAGINA

 VAGINITIS ATROFIK
 Ekologi vagina normal sangat tergantung
pada estrogen.
 Pada menopause :
 Keputihan purulen
 Dispareuni
 Perdarahan pasca menopause.
 Disebabkan oleh atrofi genitalia ( hilang rugae ).
 Tx : Estrogen topikal ( cream ) / sistemik.
INFEKSI VAGINA

 SERVISITIS
 Penyebab :
 Ektoserviks ( epitel skuamosa ) : Trichomonas,
Candida, Herpes simpleks  epitel vagina.
 Endoserviks ( epitel kelenjar ) : Neisseria
gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis (
menyebabkan endoservisitis mukopurulent )
DIAGNOSIS DAN TERAPI
 SERVISITIS
 Didapatkan keputihan yang kuning /
kehijauan (mukopus)
 Serviks tampak edema, kemerahan & fragil
 Swab : Gr(-)diplokokus  gonorea
Bila diplokokus (-)  chlamydia
RADANG PANGGUL

 Disebabkan oleh mikroorganisma


endoserviks yang menjalar ke
endometrium dan tuba Fallopii ( asending
).
 PID merupakan infeksi dan inflamasi tr.
genitalia bag. atas.
 Dapat berupa endometritis, salpingitis
dan peritonitis
RADANG PANGGUL

 Pdu disebabkan oleh kuman yang


ditularkan melalui hub seks. ( Neisseria
gonorrhoeae & Chlamydia trachomatis )
 Kadang juga disebabkan oleh
berubahnya flora normal vagina (
endogen ).
DIAGNOSIS

 RADANG PANGGUL
 Nyeri panggul
 Nyeri goyang serviks dan adneksa.
 Demam
 Kadang asimptomatik, namun kadang
disertai discharge vagina yang banyak,
menoragia, metroragia, menggigil dan gejala
urinaria.
 Nyeri abdomen ( peritonitis )
PENATALAKSANAAN

 RADANG PANGGUL
 Tx harus berdasarkan empirik dan
berspektrum luas.
 Dianjurkan untuk MRS terutama bila :
 Diagnosis tak pasti
 Dicurigai adanya abses panggul
 Klinis sakit berat
 Kepatuhan penderita thd terapi poliklinis
diragukan.
 Pasangan juga diperiksa dan diobati.
ABSES TUBO-OVARIAL

 Dicurigai bila didapatkan massa pelvik


pada PID saat pemeriksaan bimanual.
 Massa merupakan aglutinasi organ2
pelvik (tuba, ovarium, usus), sehingga
dapat diraba.
 Abses ovarium disebabkan oleh
masuknya kuman melalui tempat ovulasi.
PENATALAKSANAAN

 ABSES TUBO-OVARIAL
 MRS
 AB
 Bila tidak membaik : pembedahan (
eksplorasi ) dan drainage abses.
INFEKSI GENITAL
LAINNYA
 ULCUS GENITAL
 Paling sering : HSV atau sifilis
 Sering : ‘chancroid’
 Jarang : limfogranuloma venereum &
granuloma inguinalis ( donovanis ).
 Meningkatkan resiko infeksi HIV
 Ulkus genital lain :
 Abrasi, erupsi obat, karsinoma dan peny.
‘Behcet’
DIAGNOSIS

 ULCUS GENITAL
 Anamnesa dan pemeriksaaan fisik pdu tak
akurat.
 Perlu tes serologik, ‘lapang gelap’, atau
imunofluoresensi ( utk sifilis )  Treponema
pallidum.
 Kultur atau tes antigen ( utk HSV )
 Kultur ( utk Haemophillus ducreyi )
DIAGNOSIS
 ULCUS GENITAL
 Ulkus yang tak nyeri ( atau minimal ), tak
disetai limfadenopati inguinal  sifilis (
terutama bila ulkus indurasi ), test RPR &
VDRL (+).
 Vesikel bergerombol bersamaan dgn
ulkus2 kecil  herpes.
 Ulkus yg nyeri disertai nyeri kel. Inguinal 
chancroid.
 Bubo inguinal, tanpa ulkus  LGV.
PENATALAKSANAAN

 ULCUS GENITAL
 Chancroid  Azithromycin, Ceftriaxone atau
Erythromycin.
 Herpes  Acyclovir
 Sifilis  Benzathine penicillin 2,4 jt im dosis
tunggal.
 Sifilis laten  Benzathine penicillin 7,2 jt
dosis terbagi
INFEKSI GENITAL
LAINNYA
 KUTIL GENITAL
 Condyloma acuminata merupakan
manifestasi infeksi HPV ( tipe 11 & 16 – non
onkogenik ).
 Kutil yang eksofitik sangat infeksiosus.
 Tujuan tx : menghilangkan kutil ( tidak
mungkin menghilangkan infeksi virusnya ).
 Pasangan seks juga diperiksa.
PENATALAKSANAAN
 KUTIL GENITAL
 Tujuan pengobatan : menghilangkan kutil,
namun tidak dapat menghilangkan virusnya.
 Jenis pengobatan ( & resiko kambuh ) :
 Krioterapi ( 21-39% )
 Asam triklroroasetat 80-90% ( 36% )
 Elektrodesikasi atau kauter ( 22% )
 Laser ( 29-95% )
 Interferon ( 0-65% )
INFEKSI GENITAL
LAINNYA
 HIV
 20-25% penderita HIV adalah wanita.
 Resiko terbesar : penyalahgunaan obat scr iv.
 Saat ini transmisi pd heteroseksual meningkat
(36% pd wanita).
 Dari asimptomatik hingga AIDS  median : 10
th ( antara beberapa bulan s/d > 12 th )
 Wanita dgn HIV   resiko menderita TB,
pneumonia bakterial dan Pneumocystis carinii
pneumonia.
DIAGNOSIS

 HIV
 Ditujukan pada : wanita dgn STD ( terutama
dgn ulkus genital ) atau yg beresiko terkena
STD ( PSK ).
 Test antibodi HIV 1.
 Indikator terbaik : jumlah CD-4 limfosit T.
 Bila HIV (+)  periksa TB & STD, beri
imunisasi ( utk hepatitis B, pneumococal,
influenza ).
PENATALAKSANAAN
 HIV
 Anti virus retro ( Zidovudine – ZDV )
 Wanita simptomatik : dgn jumlah CD4- < 500
sel/ul
 Wanita asimptomatik : dgn jumlah CD4- <300
sel/ul
 Bila jumlah CD4- < 200 sel/ul, beri terapi
profilaksis utk infeksi oportunistik ( mis
profilaksis PCP dgn trimethoprim /
sulfamethoxazole atau pentamidine aerosol)
INFEKSI Tr. URINARIA

 SISTITIS AKUT
 Gejala : disuria, frekuensi dan urgensi
disetai nyeri suprapubik atau pinggang.
 Urinalisis : pyuria  hematuria.
 Faktor resiko : hubungan seksual,
penggunaan diafragma atau spermisida,
miksi yg ditunda setelah coitus
 Tersering : E.coli ( dari rektum ) – 80%.
PENATALAKSANAAN

 SISTITIS AKUT
 Trimethoprim / sufamethoxazole dosis tinggi
INFEKSI Tr. URINARIA

 SISTITIS BERULANG
 Terjadi pada 20% wanita menopause.
 Perlu kultur utk menyingkirkan adanya
kuman yg resisten.
 Strategi pengobatan : profilaksis
berkelanjutan, profilaksis pasca senggama
atau terapi dimulai begitu ada gejala.
 Pertimbangkan : HRT atau estrogen topikal.
INFEKSI Tr. URINARIA

 URETRITIS
 Disuria yg disebabkan oleh uretritis pdu
disertai keputihan ( ok servisitis ).
 Penyebab : bisa Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorrhoeae atau herpes genital.
 Urinalisis : pyuria ( jarang hematuria )
 Vaginitis ( ok Candida albicans atau
trichomonas )  juga disuria ( + keputihan,
gatal dan dispareuni ).
INFEKSI Tr. URINARIA
 PYELONEFRITIS AKUT
 80% disebabkan oleh E.coli.
 Gejala : mulai nyeri pinggang ringan ( 
sistitis ) sampai septikemia.
 Lab : kultur urin ( mutlak ), kultur darah (
bila MRS ).
 Bila tidak disertai mual & muntah  rawat
jalan.
 Bila disertai mual & muntah ( klinis sedang
s/d berat ) atau hamil  MRS.
PENATALAKSANAAN
 PYELONEFRITIS AKUT
 Rawat jalan : Trimethoprim / sufamethoxazole (
160-800 mg tiap 12 jam ) atau Quinolone ( 200-
300 mg tiap 12 jam ) selama 10-14 hr.
 MRS : Ceftriaxone 1-2 gr /hr iv,Ampicillin 1 gr
tiap 6 jam dan Gentamycin atau Aztreonam ( 1
gr tiap 8-12 jam ) selama 3 hr.
 Bila > 72 jam nyeri pinggang menetap  USG /
CT scan ( abses perirenal atau perinefrik ).
 Kultur ulang 2 minggu setelah terapi selesai.

Vous aimerez peut-être aussi