Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
3
KAPAN HIV MUNCUL?
Th 1986 komisi taksonomi internasional
memberi nama baru virus (HIV) dan secara
resmi digunakan sampai saat ini
Kasus I di Indonesia 1987 di Bali Dr.Parwati
RS Sanglah
1985 ditemukan kasus diduga kuat AIDS di
RS Islam Jakarta (wkt itu blm ada test)
4
Siklus Hidup HIV
Ada 5 tahap replikasi HIV
1. Binding and entry
- interaksi envelope virus dengan reseptor sel host
- fusi membran envelope
- capsid virus masuk dalam sel
2. Reverse transcription
- RNA ditranskripsi menjadi DNA
- DNA akan bermigrasi ke nukleus
5
3. Replication
di dalam nukleus, DNA virus yang terbentuk
akan bersatu dengan DNA sel host
enzim integrase mengkatalis penyatuan DNA
virus dengan genom sel host sehingga di
dalam genom sel host terdapat gen hiv →
provirus
6
4. Budding
virus akan membentuk struktur inti, migrasi ke
membran sel dan memperoleh envelope lipid
dari sel host
5. Maturation
setelah matur akan dilepaskan sebagai partikel
virus yang infeksius dan siap menginfeksi sel
lain
7
Farmakoterapi HIV, AIDS
ART : Anti Retro Viral Therapy yaitu terapi
dengan menggunakan ARV
ARV : Obat Anti Retro Viral yang aktif melawan
HIV
8
Penatalaksanaan HIV/ AIDS
Penatalaksanaan HIV/AIDS menggunakan
strategi terapi yang meliputi :
Terapi suportif , seperti pemberian gizi yang
baik dan multivitamin.
Terapi ART dengan menggunakan obat ARV
Terapi infeksi oportunistik pada pasien HIV
yang terdapat IO
9
Tujuan Terapi ARV
secara klinis :
- mengurangi morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
- memperbaiki mutu hidup
secara imunologi :
memulihkan sistem dan memelihara sistem imun kekebalan
dan mengurangi terjadinya IO
secara virologi :
menekan replikasi virus semaksimal mungkin dalam waktu
yang lama denga menekan viral load
secara epidemiologi
mengurangi penularan HIV – treatment is prevention
10
ART ( ANTI RETROVIRAL THERAPY)
Terapi yg diberikan kepada ODHA dg menggunakan
obat HIV (ARV) yg berfungsi mengubah HIV dari
penyakit yg mematikan menjadi “penyakit kronis”
Tujuan ART:
Menjaga jumlah HIV pd tubuh dg jumlah yg rendah
Mengurangi kerusakan kekebalan tubuh
Meningkatkan mutu hidup ODHA
11
Obat Antiretroviral
12
ARV
Ada 4 kelompok ARV
1. Kelompok reverse trancripttase inhibitor,
meliputi
a. Analog nucleoside (NRTI)
b. Analog nucleotide (NtRTI)
2. Non Nucleoside reverse trancritase inhibitor
(NNRTI)
3. HIV protease inhibitor
4. Fusion inhibitor
13
Reverse Transcriptase Inhibitor
RTI adalah obat ARV yang bekerja melalui
inhibisi reverse transcriptase HIV (enzim
yang mengkatalisis konversi RNA HIV
menjadi DNA double stranded)
menghentikan proses trankripsi dari RNA
menjadi DNA (RNA HIV tidak menjadi DNA
HIV)
Hasilnya HIV tidak dapat masuk pusat
ruangan pabrik dan HIV tidak dapat menjadi
bagian material sel-sel tubuh.
14
Ada 2 RTI
a. Nucleosid reverse transcriptase inhibitor (NRTIs)
berfungsi menghambat replikasi DNA virus :
- AZT (Axidiothymidine)/ ZDV(Zidovudine)
- 3TC (Lamivudine)
- D4T (Stavudine)
15
b. Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor
(NtRTIs)
- Menghambat HIV RT tanpa tergantung tahap
fosforilasi intrasel awal
- Efektifitas lebih luas dibanding nucleosid secara
umum
- Ex. Tenofovir
16
Non Nucleosid Reverse
Transcriptase Inhibitor (NNRTIs)
Secara struktur berbeda dengan NRTI,
terikat pada tempat yang berbeda pada
enzim reverse transcriptase dan merupakan
inhibitor poten dari RT.
Ex. Evafirenz
- Nevapirenz
- Delavirdine
17
Protease Inhibitor (PI)
Bekerja dengan mengikat enzim protease
virus, mencegah pemecahan protein virus,
mencegah HIV merangkai diri dan
melepaskan diri dari sel yang terinfeksi
sehingga tidak terbentuk calon virus baru.
Ex. Ritonavir, lopinavir
18
Zidovudin (AZT/ZDV)
Sediaan:
100 mg (Reviral)
300 mg (FDC AZT + 3TC)- Duviral
300 mg setiap 12 jam
Efek samping:
Supresi sumsum tulang (netropeni)
Intoleransi GI
19
Stavudine (d4T)
Sediaan 30 mg (staviral)
Dosis 30 mg setiap 12 jam
Efek samping:
Neuropati perifer
Lipodistrofi
Laktat asidosis
Pankreatis
20
Stavudine
Golongan NRTI yang poten dan telah lama
digunakan, tidak butuh data laboratorium
awal untuk memulai, harga relatif murah
WHO memberikan rekomendasi
untukmengganti stavudine dengan tenofovir
21
Lamivudine
Sediaan : 150 mg (Hiviral)
Dosis 150 mg tiap 12 jam atau 300 mg tiap
24 jam
Toksisitas rendah
22
Tenofovir (TDF)
Sediaan 300 mg
Dosis diberikan single dosis tiap 24 jam
Efek samping : Insufisiensi fungsi ginjal
FDC:TDF + FTC ( Truvada)
23
Nevirapine (NVP)
Sediaan 200 mg
Dosis 200mg tiap 24 jam selama 14 hari,
kemudian 200 mg tiap 12 jam
Efek samping : rash, hepatotoksik
Stop jika terjadi SJS, tidak boleh diulang
lagi, efavirens tidak direkomendasikan untuk
mengganti
24
Efavirens (EFV)
Sediaan 200mg, 600mg
Dosis 600 mg tiap 24 jam (malam hari)
Efek samping: SSP (pusing, mengantuk,
sukar tidur, halusinasi), peningkatan kadar
transaminase, ruam
Teratogenik
Aman untuk TB/HIV yang mendapat terapi
rifampisin
25
Konsep Umum ART
Start yaitu memulai terapi ARV pada ODHA
yang baru belum pernah menerima
sebelumnya atau restart memulai kembali
setelah berhenti sementara.
Subtitute yaitu mengganti salah satu /
sebagian komponen ART dengan obat dari lini
yang sama.
Switch yaitu mengganti rejimen ART dengan
obat dari lini yang berbeda (pindah lini)
Stop yaitu menghentikan pengobatan ARV
26
Tujuan Terapi
1. Meningkatkan kualitas hidup
2. Mencegah munculnya IO
3. Mencegah progres penyakit
4. Mengurangi penularan ke orang lain
27
Pertimbangan Pemilihan ARV
Potensi / Efektivitas
Toksisitas / Efek samping
Interaksi Obat
Adherence
Cost
28
Prasyarat Mulai ARV
1. Konseling – Adherence
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan lab
4. Pengobatan IO yang tombul
5. Logistik obat
29
Prinsip dalam pemberian ARV
Paduan ARV hrs menggunakan 3 jenis obat
yang berada dalam dosis terapetik untuk
menjamin efektivitas penggunaan obat
Membantu pasien agar patuh minum obat
Menjaga kesinambungan ketersediaan obat
ARV dgn manajement logistik
30
Saat Memulai ART (Dewasa)
Target Stadium Jumlah Rekomendas
populasi klinis CD4 i
ODHA 1 dan 2 CD4 > 350 Monitor klinis
sel/mm3 dan
pemeriksaan
CD4 tiap 6
bulan
HIV/TB Berapapun Berapapun Mulai terapi
Hep.B/HIV Berapapun Berapapun Mulai terapi
Ibu hamil Berapapun Berapapun Mulai terapi
31
Prinsip Penggunaan ARV
JANGAN menggunakan monoterapi
JANGAN menggunakan bi-terapi
Gunakan selalu 3 regimen terapi
32
Regimen ARV
Lini I : 2 NRTI + 1 NNRTI
Lini II : 2 NRTI + Boosted PI
Lini Pertama
AZT + 3TC + EFV
AZT + 3TC + NVP
Alternatif
TDF + 3TC (FTC) + EFV
TDF + 3TC (FTC) + NVP
33
ARV keadaan Khusus
Pada koinfeksi HIV/Hepatitis B
Mulai dengan regimen yang mengandung
TDF/3TC atau TDF/FTC.
Pada Ko-infeksi TB
Mulai pengobatan TB terlebih dahulu
selama 2 bulan, penggunaan Efavirens
lebih direkomendasikan.
34
Pemberian ARV selama kehamilan,
persalinan & setelah melahirkan
35
PEMBERIAN ARV UNTUK MENGURANGI PENULARAN
HIV DARI IBU KE BAYINYA
Kondisi Klinis Ibu Regimen untuk Ibu Regimen untuk Bayi
Odha yang datang pada saat - AZT + 3TC pada saat persalinan
persalinan tetapi belum pernah dilanjutkan hingga 1 minggu - AZT + 3TC selama 1
mendapatkan pengobatan ARV setelah persalinan minggu
8 Bayi lahir dari Odha yang belum - NVP dosis tunggal
pernah me ndapat obat ARV sesegera
mungkin , ditambah
- AZT selama 1 minggu
( usahakan diberikan
sebelum 2 hari)
37
ACTG 076 Protocol
38
Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
Luka tusuk jarum pada petugas kesehatan
Regimen AZT + 3TC + EFV atau LPV/r
Paling baik sebelum 4 jam atau maksimal
72 jam setelah kejadian
ARV diberikan selama 1 bulan
Pastikan yang terpajan adalah HIV negatif
Lakukan tes pada bulan 3 dan 6
Jika yg terpajan menderita hepatitis B maka
PPP sebaikanya TDF/ 3TC
39
RESISTENSI OBAT
Suatu kondisi dimana virus HIV dpt terus
menggandakan diri sementara pasien masih
mengkonsumsi obat.
Jenis resisten :
Resistensi klinis
Resistensi Fenotipe HIV menggandakan diri dl
tabung
Resistensi Genotipe, kode genetik HIV
mempunyai mutasi yg terkait resistensi obat
40
KEPATUHAN ART
Patuh dengan jenis obat yang tepat
Patuh cara minum obat
Patuh waktu minum obat
Patuh dosis minum obat
Patuh masa terapi
41
PENYEBAB KETIDAKPATUHAN TERAPI
42
PERAWATAN PALIATIF
Paliatif perawatan penunjang yg berpusat pd
kenyamanan pasien, meringankan penderitaan serta
meningkatkan mutu hidup
Karakteristik:
Berpusat pd pasien dan keluarga
Meningkatkan mutu hidup ODHA dg mengawali, mencegah
dan mengobati penderitaan
Untuk Menghadapi kebut fisik, mental, emosi, sosial dan
spiritual
Menggunakan pendekatan tim
Memudahkan otonomi pasien, informasi dan pilihan
43
Peran farmasis dalam
penatalaksanaan pasien HIV
Pada pelayanan farmasi di apotek maka farmasis
mempunyai peran mendeteksi dini kemungkinan pasien
yang mengidap HIV dan merujuknya pada pelayanan
VCT.
Pada pelayanan farmasi di rumah sakit yang
merupakan RS rujukan pasien HIV maka farmasis
mempunyai peran diantaranya :
Melakukan pengkajian resep pasien ODHA
Menjamin ketersediaannya ARV
Melakukan praktek farmasi klinik
Melakukan konseling
44
45