Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Usia Lanjut
Faktror-faktor yang
memperngaruhi depresi pada
lansia
Faktor Biologis / Fisik
Pada sistem saraf pusat meningkatnya aktivitas
monoamin oksidase dan berkurangnya
konsentrasi neurotransmitter (terutama
neutransmitter katekolaminergik)
Multipatologi berbagai penyakit kronik dan
polifarmasi kian meningkatkan kejadian depresi
pada usia lanjut
Selain itu juga sering memiliki komorbid penyakit
vaskular dengan lesi di daerah ganglia basalis
dan prefrontal otak.
Sering memperlihatkan kemunduran fungsi
motorik, kurangnya kemampuan penilaian
(judgement) dan terganggunya fungsi eksekusi.
Faktor psikososial
Kehilangan orang yang dikasihinya
Kehilangan fisik
Berkurangnya kemampuan merawat diri
Hilangnya kemandirian
Faktor lingkungan
Berkurangnya kapasitas sensoris
(terutama penglihatan dan
pendengaran) mengakibatkan penderita
terisolasi
Berkurangnya daya ingat dan fungsi
intelektual
Kehilangan pekerjaan, penghasilan, dan
dukungan sosial
Depresi pada geriatri sulit di definisi
sehingga sulit / terlambat di terapi
Depresi pada geriatri sering tidak diakui
pasien dan tidak dikenali dokter
Sering komorbiditas(penampilan
bersamaan dua penyakit atau lebih)
sehingga lebih menonjolkan gejala
somatik dari pada gejala depresinya
Epidemiologi
Prevalensi depresi pada lansia :
Pelayanan kesehatan primer : 5-17 %
Pelayanan asuhan rumah (home care) :
13,5 %
Prevalensi depresi geriatri lebih tinggi di
ruang perawatan dari pada di
masyarakat
Depresi dibagi menjadi 4
Depresi ringan : 44,1%
Depresi sedang : 18%
Depresi berat : 10,8 %
Deprisi sangat berat : 3,2%
Beberapa golongan obat
yang dapat menimbulkan
depresi
Analgetika : kodein, morfin
OAINS : ibuprofen, naproksen, indometasin
Antihipertensi : klonidin, propanolol, kaptopril
Antipsikotik : haloperidol, klorpromazin
Ansiolitika : diazepam
Antikanker : vinkristin
Sedativa : fenobarbital, triazolan,
pentobarbital
Lain-lain : simetidin, ranitidin, deksametason
Beberapa kondisi medik
umum yang menyebabkan
depresi
Hipotiroidisme
Tumor otak (terutama lobus frontalis)
CVD hemisfer kanan, alzheimer,
parkinson, demensia vaskular
SLE
Defisiensi vitamin b12
Defisiensi obat
Faktor-faktor lain yang
memperberat depresi
Kehilangan (pasangan hidup, perpisahan
teman dekat dan anggota keluarga,
taraf kesehatan yang menurun,
kehilangan rasa aman, kekuasaan /
jabatan dan kebebasan)
Kemiskinan sosial dan lingkungan
Faktor genetik juga berperan, kembar
monozigot 60-80%, heterozigot 25-35%
Patogenesis
Menurut Erik Erikson integrity versus despair yaitu:
Individu yg sukses melapaui tahapn td akan dapat
beradaptasi denagn baik, menerima segala
perubahan dengan baik dan tulus dan memandang
kehidupan dengan rassa damai dan bijak sana.
Contoh resolusi yang berhasil dari krisis dicirikan dengan
perasaan individu tersebut yg hidup dengan baik dan
nyaman.
Sebaliknya resolusi yg kurang berhasil akan dicirikan
dngn perassaan bahawa hidup ini terlalu pendek,
dngn persaan tidak memiliki, pemberontakan, rassa
marah, putus asa dan juga dengan kegetiran bahwa
ia tidak akan mau hidup lagi jika di beri kesempatan.
Teori Heinz Kohut menekanakan pada aspek
hialngnya kecintaan pada diri sendiri akibat proses
penuaan ditambah dengan harga diri dan
kepuasan diri yg kurang, juga dukungan sosial
yang tidak terpenuhi akan menyebabkan usia
lanjut tidak tidak mapu lagi memelihgara dan
mempertahankan rasa harga diri. Mereka sering
merasa tegang dan takut, cemas, murung,
kecewa dan tidak merasa sejahtra di usia senja.
Diagnosis dan komorbiditas
Depresi pada usia lanjut lebih lebih sulut di deteksi
karena:
1) mudah lelah dan penurunan berat badan
2) Rasa sedihnya
3) Kecemasan histeria dan hipokondria
4) Maslah sosial
Istilah komorbiditas digunakan untuk menyatakan
adanya dua atau lebih penyakit pada seorang
pasien pada waktu yg sama
Penyakit yang sering terjadi bersamaan dengan
depresi antar lain diabetes melitus, hipertensi,
gagal jantung, penurunan fungsi hepar dan ginjal,
penyakit parkinson, penyakit Alzheimer, strok,
artritis.
Penyakit serebrovaskular merupakan predisposisi
dan presipitasi sindro depresi .
Infeksi virus, endokrinopati seperti kelainan tiroid
dan paratiroid, serta keganasan seperti limfoma
dan karsinoma pankreas menimbulakn komplikasi
depresi.
Menurut DSM-IV kriteria depresi berat
mencangkup 5 atau lebih gejala berikut,
dan berlangsung 2 minggu atau lebih
Perasaan depresi
Hilangnya minat atau rasa senang, hampir setiaap hari
Berat badan menurun atau bertambah yg bermakna
Insomnia atau hipersomnia, hampir setiap hari
Agitasi atau retardasi psikomotor, hampir tiap hari
Kelelahan (rasa lelah atau hilangnya energi)hampir tiap
hari
Rasa bersalah atau tidak berharga, hampir tiap hari
Sulit konsentrasi
Pikiran berulang tentang kematian atau gagasan bunuh
diri
Penggunaan DSM IV mungkin tidak
spesifik, dan dianjurkan dengan skala
depresi khusus usia lanjut (Geriatri
Depression scale)
Menurut ICD 10 gejala-gejala
depresi terdiri dari
Gejala utama
1. Perasaan depresif
2. Hilangnya minat dan semangat
3. Mudah lelah dan tenaga hilang
Gejala lain
1. Konsentrasi menurun
2. Harga diri menurun
3. Perasaan bersalah
4. Pesimis terhadap masa depan
5. Gagasan membahayakan diri (self harm) atau bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. Gangguan nafsu makan
8. Menurunnya libido
Depresi pada usia lanjut dapat muncul
dalam bentuk keluhan fisis seperti : insomnia,
kelemahan umum, kehilangan nafsu makan,
masalah pencernaan, dan sakit kepala
Gallo gonzales (2001) : untuk memudahkan
diagnosis depersi dapat dibuat jembatan
keledai SIGEM CAPS (sleep, interest, guilt,
energy, mood, concentration, appetite,
psychomotor retardation or agitation, suicide)
Prognosis
Depresi pada geriatri sering berlanjut kronis
dan kambuh-kambuhan, ini berhubungan
dengan komorbiditas medis, kemunduran
kodnitif dan faktor-faktor psikososial.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah
malnutrisi dan pneumonia (akibat imobilitas
atau berbaring terus-menerus) serta akibat
sampingan dari pemberian obat antidepresi.
Pasien yang depresi mempunyai resiko lebih
tinggi untuk bunuh diri dari populasi lain. 1/3
alasan utama bunuh diri karena kesepian,
dan 10% karena masalah keuangan.
Penatalaksanaan
Tujuan utama ; untuk mencegah relaps,
rekuren dan kronisitas,
Depresi pada geriatri dapat lebih efektif
diobati dengan kombinasi terapi
psikologis dan farmakologis disertai
pendekatan interdisiplin yang
menyeluruh.
Indikasi pemberian obat
antidepresi
Untuk gangguan depresi sedang sampai
berat, depresi berulang, dan depresi
dengan gambaran melankolia atau
psikotik.
Pemilihan obat antidepresi
Antidepresi generasi lama seperti
golongan trisiklik dan golongan
penghambat enzim monoamin oksidase.
Efek samping antikolinergik, hipotensi
ortostatik, serta gangguan kondisi
jantung, dapat menjadi beban
tambahan bagi status fisis pasien geriatri,
bahkan dapat memicu komplikasi medik
serius
Antidepresi generasi baru bekerja pada reseptor susunan saraf otak,
bersifat lebih selektif dan spesifik sehinngga profil efek sampingnya
lebih baik
Serotonin Selective Reuptake Inhibitor/SSRI (fluoxetin, sertralin,
paroksetin, fluvoksamin, sitalopram), Serotonin Enhancer (tianeptin),
Reversible MAOIs (moclobemide), antidepersi lainnya (trazodone,
nefazodone, mirtazepin, venlafaksin)
SSRI obat antidepresi yang dianjurkan sebagai lini pertama. Golongan
SSRI, sitalopram dan sertralin paling aman karena kedua obat ini
sangat sedikit dimetabolisme oleh isoenzim cytochrom p450, sehingga
mengurangi resiko interaksi obat yang merugikan.
Efek samping SSRI : sakit kepala, mual, diare, insomnia dan agitasi
psikomotor.
Salah satu efek samping berbahaya dari SSRI adalah central
serotonine syndrome, yang dapat timbul bila digunakan bersama
obat-obat yang dapat memacu transmisi serotonin, seperti MAOIs dan
obat-obat dekongestan (misalnya : phenylpropanolamine).
Pasien dengan keluhan insomnia dapat dipilihkan preparat antidepresi
yang bersifat sedatif kuat seperti mirtazepin atau trazodone.
Trazodone baik untuk mereka dengan keluhan disfungsi seksual, tetapi
hati-hati terhadap efek samping hipotensi ortostatik.
Pengobatan anti depresi
dibagi menjadi 3 fase
Fase akut : 6-12 minggu
Fase lanjutan : 4-9 bulan. Untuk
mencegah terjadinya relaps.
Terapi rumatan yang dapat berlangsung
1 tahun atau lebih.
terapi elektrokonvulsi (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan
dan minum, intoleransi terhadap efek
samping obat antidepresi atau gagal terapi,
kecenderungan tidak patuh minum obat,
berniat bunuh diri atau retardasi hebat maka
ECT diberika 1-2 kali seminggu pada pasien
rawat inap, unilateral untuk ,mengurangi
problem memori. Diberikan sampai ada
perbaikan mood (sekitar 5-10 kali), dilanjutkan
dengan obat antidepresi untuk mencegah
kekambuhan.
Beberapa hal yang berkaitan
dengan edukasi dalam
mengelola pasien depresi
Jangan menghentikan obat tanpa
instruksi dokter
Ada jarak waktu untuk sembuh sekitar 1-2
minggu sesudah meminum obat
Terangkan tentang efek samping yang
mungkin terjadi
Olahraga dan psikoterapiiu adalah hal
yang sangat menunjang kesembuhan.
Perawatan lanjutan dan
asuhan rumah (home care)
Pasien dengan resiko tinggi untuk kambuh harus
mendapat perawatan berlanjut sedikitnya 1-2
tahun, antidepresi yang dapat dipakai antara lain
sertralin, fluoxetin dan paroxetin
idealnya asuhan rumah dilaksanakan oleh suatu
tim dengan melibatkan dokter keluarga, bila
diperlukan dokter spesialis, ahli gizi, paramedis,
care giver (pramuwerdha), relawan usiaa lanjut,
dan lain-lain dengan tujuan meningkatkan kualitas
hidup usia lanjut, sedang tujuan khususnya adalah :
1) menekan serendah mungkin biaya kesehatan
(penghematan biaya pemondokan di RS)
2) mengurangi frekuensi hospitalisasi dan memperpendek
lama perawatan di rumah sakit setelah fase akut
3) meningkatkan usaha promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif
4) melakukan pencegahan primer, skunder dan tersier
misalkan melaksaknakan imunisasi (influenza dan
pneumonia), melakukan penata laksanaan paliatif penderita
dengan keganasan, serta memperlambat/mencegah
timbulnya gangguan fungsi tubuh (disability) sehingga
penderita dapat mempertahankan otonominya (dititik
beratkan pada kemampuan ADL dan IADL)selama mungkin.
Keuntungan/ manfaat program lainnya , mengurangi stres
akibat perawatn di RS dan passien lebih mudah
berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya serta
memberikan suasana yang lebih nyaman dan akrab bagi
pasien
thanks GOD for that by anak tuhan :*