Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas
yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
DEFINISI
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas
yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi
Definisi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan
napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi Prevalensi asma dipengaruhi banyak faktor, antara lain
jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan
serta faktor lingkungan.
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
Derajat berat serangn Etiologi Kontrol asma gejala
Obesitas
Dalam rumah
Faktor Lingkungan
Luar rumah
Faktor Lain
PATOFISIOLOGI
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor
lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus
inflamasi saluran napas pada penderita asma.
PATOFISIOLOGI INFLAMASI AKUT
• Pada pemeriksaan fisis pasien asma, sering ditemukan perubahan cara bernapas, dan terjadi perubahan bentuk anatomi
toraks. Pada inspeksi dapat ditemukan; napas cepat, kesulitan bernapas, menggunakan otot napas tambahan di leher,
Pemeriksaan perut dan dada. Pada auskultasi dapat ditemukan; mengi, ekspirasi memanjang.
fisik
DIAGNOSIS
• spirometer
• Peak Flow Meter
• X-ray thoraks
• Pemeriksaan IgE (skin prick test)
Pemeriksaan • Petanda Inflamasi
penunjang • Uji Hiperaktivitas bronkus
TATALAKSANA
Menghindari Pelega
alergen (Reliever)
Pengontrol
(Controllers)
MEDIKAMENTOSA
Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg Pernapasan : 28 kali/menit
Nadi : 82 kali/menit Suhu : 36,9 0C
CONT…
Kepala : Leher :
Wajah : Pucat (-), Sianosis (-), Edema (-) Jejas KGB : pembesaran (-)
(-)
Deformitas : Tidak ada Tiroid : Simetris, mengikuti gerakan
Bentuk : Normocephal menelan, pembesaran (-)
Rambut : Warna hitam JVP : peningkatan (-)
Mata : - Konjungtiva: anemis -/- Massa Lain : Tidak ada
Sklera : ikterus -/-
Pupil : isokor, diameter + 2 mm/2 mm
Mulut : Hiperemis (-), Ulkus (-), Lidah kotor (-)
CONT…
Paru-paru : Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, Retraksi
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI
dinding dada (-) midclavicula sinistra
Perkusi :
Palpasi : Vocal premitus sama pada kiri
- Batas kanan atas SIC II linea parasternalis
dan kanan, nyeri tekan dextra.
(-), massa (-) - Batas kanan bawah SIC IV Linea
parasternalis dextra.
Perkusi : Sonor lapangan paru kiri dan - Batas kiri atas SIC II linea parasternalis
kanan sinistra.
- Batas kiri bawah SIC VI linea midclavicula
Auskultasi : Bronkhovesikuler +/+, Rh -/-, sinistra.
Wh +/+ Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, bising
(-) Gallop (-)
CONT…
Perut : Anggota gerak :
Atas : akral hangat (+/+) edema (-/-),
Inspeksi : kesan datar
tidak ada hambatan gerak
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan
normal Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-),
tidak ada hambatan gerak
Palpasi : nyeri tekan abdomen (+)
epigastrium
Perkusi : Tympani pada 4
kuadran abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH LENGKAP NILAI RUJUKAN
( 19 Juli 2017)
Medikamentosa:
IVFD RL 20 Tpm
O2 3-4 lpm
Nebulizer kombinasi salbutamol dan ipratropium Br / 8 jam
Dexamethasone 1amp/inj/ 12 jam
Ceftriaxone 1gram/inj/12jam
Ranitidin 1 amp/inj/12jam
CONT…
Anjuran Pemeriksaan:
Foto Thorax
spirometri
Diagnosis Akhir
Asma bronchial
Prognosis
Dubia et bonam
FOLLOW UP
Tanggal : 19 Juli 2017
S: sesak (+), batuk (+), nyeri ulu hati(+)
O: TTV : TD : 110/70 mmHg N : 82x/menit R : 22x/menit
Pemeriksaan Fisik : Wheezing (+/+)
A: Asma Bronkial
P: IVFD RL 20 tpm
O2 3-4 lpm
Salbutamol 4 mg 3x1
Ambroxol 30mg 3x1
Metilprednisolone 16 mg 3x1
Ceftriaxone 1gram/inj/12jam
Ranitidin 1 amp/inj/12jam
Foto Thorax PA
FOLLOW UP
Tanggal : 20 Juli 2017
S : batuk (+) disertai lendir, sesak (+), nyeri ulu hati (-)
A: Asma Bronkial
Salbutamol 4 mg 3x1
Metilprednisolone 16 mg 3x1
FOLLOW UP
Tanggal : 21 Mei 2017
S : batuk (+) berlendir, sesak (-), nyeri ulu hati (-)
O : TTV : TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit R : 20x/menit
Pemeriksaan Fisik : Wheezing (-/-)
A : Asma Bronkial
P : AFF Infus
Ambroxol 3x1
Teofilin 150mg 2x1
Ranitidin 150 mg 2x1
PEMBAHASAN
Asma bronkial dicirikan sebagai suatu penyakit kesulitan bernapas, batuk, dada
sesak dan adanya mengi episodik. Gejala asma dapat terjadi secara spontan atau
mungkin diperberat dengan pemicu yang berbeda antar pasien. Frekuensi asma
semakin memburuk di malam hari oleh karena tonus bronkomotor dan reaktivitas
bronkus mencapai titik terendah antara jam 3 – 4 pagi, meningkatkan gejala
bronkokontriksi.
Pada saat serangan pasien sesak dan berbicara dengan potongan kalimat,
kesadarannya baik namun sulit berjalan dan lebih nyaman dengan posisi duduk.
Oleh karena itu derajat seragan asma pada pasien ini adalah sedang. Berdasarkan
teori, derajat serangan sedang ditandai pasien mampu berjalan namun terbatas,
kalimat terbatas, kesadaran biasanya terganggu, tapi dalam penentuan klasifikasi
tidak harus memenuhi semua parameter.
CONT…
CONT…
Terapi pengobatan asma meliputi beberapa hal diantaranya yaitu menjaga saturasi
O2 arteri tetap adekuat dengan oksigenasi, membebaskan obstruksi jalan nafas
dengan pemberian bronkodilator inhalasi kerja cepat (beta-2 agonis dan
antikolinergik) dan mengurangi inflamasi saluran napas serta mencegah kekambuhan
dengan pemberian kortikosteroid sistemik lebih awal.
Pemberian O2 pada pasien ini sekitar 3-4 liter per menit dengan tujuan untuk
memelihara saturasi O2 yang cukup (SaO2 ≥ 92%), sehingga apabila telah
mencukupi, maka inhalasi O2 tidak diperlukan lagi.
CONT…
Pemberian kombinasi antara salbutamol dan ipratropium Br memberikan efek bronkodilatasi. Kombinasi ini
diberikan melalui inhalasi dengan menggunakan nebulizer untuk target sasaran pengobatan di saluran
pernapasan. Efek lokal yang diharapkan lebih maksimal dan efek samping seminimal mungkin. Obat
kombinasi seperti ini dapat ditemukan dalam merek dagang yang beragam. Kombinasi antara inhalasi β2-
agonis dan antikolinergik (ipatropium bromida) dipercaya dapat memberikan efek bronkodilatasi yang lebih
baik. Pemberian antikolinergik secara inhalasi memiliki mekanisme kerja yaitu memblok efek penglepasan
asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus
kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks bronkokostriksi yang disebabkan iritan.
CONT…
FAKTOR RESIKO