Vous êtes sur la page 1sur 38

ASMA BRONKIAL .

BAB I
PENDAHULUAN
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas
yang melibatkan banyak sel dan elemennya.

Asma merupakan penyakit kronik yang umum di


masyarakat dunia, diperkirakan terdapat 300 juta
penduduk dunia yang menderita penyakit ini.

Tercatat ada 12,5 juta penderita Asma di Indonesia.


Beberapa penelitian di kota-kota Indonesia menunjukkan
prevalensi Asma yang bervariasi
CONT…

Diagnosis klinis asma sering ditegakkan oleh gejala berupa


sesak episodik, mengi, batuk dan dada sakit/sempit.

Derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan

Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengangkat refarat


ASMA BRONKIAL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
ASMA BRONKIAL

DEFINISI
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas
yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi
Definisi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan
napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi Prevalensi asma dipengaruhi banyak faktor, antara lain
jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan
serta faktor lingkungan.
KLASIFIKASI

KLASIFIKASI
Derajat berat serangn Etiologi Kontrol asma gejala

Persist Persist Persist


interm en en en terkontrol Sebagian Tidak ringan sedang berat
iten ringan sedan berat
terkontrol terkontrol
g
ETIOLOGI Atopi/alergi
Hiperaktivitad
bronkus
ETIOLOGI Faktor genetik
Jenis kelamin

Obesitas

Dalam rumah
Faktor Lingkungan
Luar rumah

Faktor Lain
PATOFISIOLOGI
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor
lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus
inflamasi saluran napas pada penderita asma.
PATOFISIOLOGI INFLAMASI AKUT

Tipe cepat : Alergen


terikat pada IgE
Terdapat menempel pada sel
kontraksi otot polos
mast preformed
pencetus Tipe lambat: Reaksi mediator
bronkus, sekresi mukus
dan vasodilatasi.
asma fase lambat provokasi
melibatkan eosinofil sel
T CD4+ dan makrofag
DIAGNOSIS
• gejala berupa sesak episodik, mengi, batuk dan dada sakit/sempit.
• Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat hidung ingusan atau mampat (rhinitis alergi),
mata gatal, merah, dan berair (konjungtivitis alergi), dan eksem atopi, batuk yang sering kambuh (kronik) disertai mengi, flu
berulang, sakit akibat perubahan musim atau pergantian cuaca, adanya hambatan beraktivitas karena masalah
pernapasan (saat berolahraga), sering terbangun pada malam hari, riwayat keluarga (riwayat asma, rinitis atau alergi
anamnesis lainnya dalam keluarga), memelihara binatang di dalam rumah, banyak kecoa,

• Pada pemeriksaan fisis pasien asma, sering ditemukan perubahan cara bernapas, dan terjadi perubahan bentuk anatomi
toraks. Pada inspeksi dapat ditemukan; napas cepat, kesulitan bernapas, menggunakan otot napas tambahan di leher,
Pemeriksaan perut dan dada. Pada auskultasi dapat ditemukan; mengi, ekspirasi memanjang.

fisik
DIAGNOSIS
• spirometer
• Peak Flow Meter
• X-ray thoraks
• Pemeriksaan IgE (skin prick test)
Pemeriksaan • Petanda Inflamasi
penunjang • Uji Hiperaktivitas bronkus
TATALAKSANA

Menghindari Pelega
alergen (Reliever)

Pengontrol
(Controllers)
MEDIKAMENTOSA

Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan


mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas
pelega dan pengontrol.
MEDIKAMENTOSA
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. HP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 59 Tahun
Alamat : Banggai kepulauan
Pekerjaan : Nelayan
Tanggal Pemeriksaan : 20 Juli 2017
Ruangan : Flamboyan
ANAMNESIS
Keluhan utama:
Sesak
Riwayat penyakit sekarang
Pasien merupakan rujukan dari banggai kepulauan yang akan operasi katarak akan tetapi
sesaat tiba di palu pasien mulai merasakan sesak dan kesulitan untuk bernafas. Sesak pertama
kali muncul saat malam hari namun memberat beberapa jam setelahnya, pada saat sesak pasien
lebih nyaman dengan posisi duduk dan dapat mengucapkan penggalan kalimat saja. Pasien
pernah merasakan keluhan yang sama sebelumnya, dalam 1 tahun merasakan sesak kadang
tidak pernah atau 1-2 kali serangan. Disertai dengan keluhan batuk yang mendahului sesak
yang dirasakan sejak 4 hari sebelumnya, berlendir (+) bening (+), nyeri ulu hati (+) perut tersa
penuh (+), mual (+) muntah (-) nyeri pada tulang belakang penurunan bb (-), berkeringat malam
(-), demam (-), sakit kepala (+), buang air besar dan buang air kecil lancar.
CONT…
Riwayat penyakit terdahulu:
Riwayat sesak sudah dialami sejak kecil, riwayat menggunakan
berotec.
Riwayat alergi makanan :
Pasien gatal jikan makan ikan tertentu.
Riwayat HT (-) DM (-) asam urat belum pernah diperiksa
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada dalam keluarga yang menderita keluhan yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang / Compos Mentis
BB : 58 kg
TB : 155 cm
IMT : 58/(1,55)2
: 24,1 (overweight)

Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg Pernapasan : 28 kali/menit
Nadi : 82 kali/menit Suhu : 36,9 0C
CONT…
Kepala : Leher :
Wajah : Pucat (-), Sianosis (-), Edema (-) Jejas KGB : pembesaran (-)
(-)
Deformitas : Tidak ada Tiroid : Simetris, mengikuti gerakan
Bentuk : Normocephal menelan, pembesaran (-)
Rambut : Warna hitam JVP : peningkatan (-)
Mata : - Konjungtiva: anemis -/- Massa Lain : Tidak ada
Sklera : ikterus -/-
Pupil : isokor, diameter + 2 mm/2 mm
Mulut : Hiperemis (-), Ulkus (-), Lidah kotor (-)
CONT…
Paru-paru : Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, Retraksi
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI
dinding dada (-) midclavicula sinistra
Perkusi :
Palpasi : Vocal premitus sama pada kiri
- Batas kanan atas SIC II linea parasternalis
dan kanan, nyeri tekan dextra.
(-), massa (-) - Batas kanan bawah SIC IV Linea
parasternalis dextra.
Perkusi : Sonor lapangan paru kiri dan - Batas kiri atas SIC II linea parasternalis
kanan sinistra.
- Batas kiri bawah SIC VI linea midclavicula
Auskultasi : Bronkhovesikuler +/+, Rh -/-, sinistra.
Wh +/+ Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, bising
(-) Gallop (-)
CONT…
Perut : Anggota gerak :
Atas : akral hangat (+/+) edema (-/-),
Inspeksi : kesan datar
tidak ada hambatan gerak
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan
normal Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-),
tidak ada hambatan gerak
Palpasi : nyeri tekan abdomen (+)
epigastrium
Perkusi : Tympani pada 4
kuadran abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH LENGKAP NILAI RUJUKAN
( 19 Juli 2017)

WBC 9,62 x 103/mm3 4,0-10,0


Eosinofil 6,1% 2-4%
Basofil 0,2% 0-1%
Neutrofil 72,7% 50-70%
Limfosit 14,1% 25-40%
Monosit 6,9% 2-8%
RBC 5,45 x 106/mm3 3,80-5,80
PLT 221 x 103/mm3 150-500
HGB 15,6 g/dl 12,0-18,0
Kolesterol total 266,1 mg/dl 50-200 mg/dl
Ureum 25,4 mg/dl 15,0-43,2 mg/dl
Kreatinin 0,87 mg/dl 0,80-1,30 mg/dl
GDS 94,3 mg/dl 70-140mg/dl
CONT…
Parameter Hasil Nilai rujukan
PH 5,5 <6,5 = asam
>65 = basa

Berat jenis 1,025


Protein (+/-) (-) negative
Glukosa (-) (-) negative
Keton (-) (-) negative
Bilirubin (-) (-) negative
Urobilinogen normal Normal
Nitrit (+) (-) negative
Leukosit (+2) (-) negative
Eritrosit (-) (-) negative
Sedimen
- Leukosit (+) penuh 0-2
- Eritrosit 2 0-1
- Silinder (-) (-) negatif
- Epitel (+) (+) positif
- Kristal (-) (-) negative
RESUME
Pasien laki-laki 59 tahun masuk kerumah sakit dengan keluhan sesak sejak 3 hari
yang lalu, muncul saat malam hari dan terus memberat. Pasien masih dapat
berbicara penggalan kalimat dan lebih nyaman dengan posisi duduk. Batuk (+),
lendir (+) warna bening, nyeri ulu hati (+), mual (+), nyeri pinggang (+) riwayat
sesak sejak kecil, riwayat penggunaan berotec.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 110/70 mmHg, Pernapasan: 28 kali/menit,
Nadi: 82 kali/menit, Suhu: 36,90C. Konjungtiva anemis -/-, ikterus -/-, pemeriksaan
thorax pada auskultasi didapatkan adanya suara nafas bronkovesikuler, wheezing
+/+, abdomen nyeri tekan (+) epigastrium
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Asma bronchial + dyspepsia + ISK
Defirential diagnosis
Bronkitis
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa:

 Istirahat yang cukup


 Menghindari pencetus asma dengan pakai baju yang hangat jika keluar malam atau pada cuaca
dingin, memakai masker jika memberihkan rumah.

Medikamentosa:

 IVFD RL 20 Tpm
 O2 3-4 lpm
 Nebulizer kombinasi salbutamol dan ipratropium Br / 8 jam
 Dexamethasone 1amp/inj/ 12 jam
 Ceftriaxone 1gram/inj/12jam
 Ranitidin 1 amp/inj/12jam
CONT…
Anjuran Pemeriksaan:
 Foto Thorax
 spirometri

Diagnosis Akhir
 Asma bronchial

Prognosis
 Dubia et bonam
FOLLOW UP
Tanggal : 19 Juli 2017
S: sesak (+), batuk (+), nyeri ulu hati(+)
O: TTV : TD : 110/70 mmHg N : 82x/menit R : 22x/menit
Pemeriksaan Fisik : Wheezing (+/+)
A: Asma Bronkial
P: IVFD RL 20 tpm
O2 3-4 lpm
Salbutamol 4 mg 3x1
Ambroxol 30mg 3x1
Metilprednisolone 16 mg 3x1
Ceftriaxone 1gram/inj/12jam
Ranitidin 1 amp/inj/12jam
Foto Thorax PA
FOLLOW UP
Tanggal : 20 Juli 2017

S : batuk (+) disertai lendir, sesak (+), nyeri ulu hati (-)

O: TTV : TD : 120/80 mmHg N : 84x/menit R : 20x/menit

Pemeriksaan Fisik : Wheezing (+/-)

Foto Thoraks : Bronchitis, Cardiomegali, Tulang intak

A: Asma Bronkial

P : IVFD RL 18 tpm Ceftriaxone 1gram/inj/12jam

O2 3-4 lpm Ranitidin 1 amp/inj/12jam

Salbutamol 4 mg 3x1

Ambroxol 30mg 3x1

Metilprednisolone 16 mg 3x1
FOLLOW UP
Tanggal : 21 Mei 2017
S : batuk (+) berlendir, sesak (-), nyeri ulu hati (-)
O : TTV : TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit R : 20x/menit
Pemeriksaan Fisik : Wheezing (-/-)
A : Asma Bronkial
P : AFF Infus
Ambroxol 3x1
Teofilin 150mg 2x1
Ranitidin 150 mg 2x1
PEMBAHASAN
Asma bronkial dicirikan sebagai suatu penyakit kesulitan bernapas, batuk, dada
sesak dan adanya mengi episodik. Gejala asma dapat terjadi secara spontan atau
mungkin diperberat dengan pemicu yang berbeda antar pasien. Frekuensi asma
semakin memburuk di malam hari oleh karena tonus bronkomotor dan reaktivitas
bronkus mencapai titik terendah antara jam 3 – 4 pagi, meningkatkan gejala
bronkokontriksi.
Pada saat serangan pasien sesak dan berbicara dengan potongan kalimat,
kesadarannya baik namun sulit berjalan dan lebih nyaman dengan posisi duduk.
Oleh karena itu derajat seragan asma pada pasien ini adalah sedang. Berdasarkan
teori, derajat serangan sedang ditandai pasien mampu berjalan namun terbatas,
kalimat terbatas, kesadaran biasanya terganggu, tapi dalam penentuan klasifikasi
tidak harus memenuhi semua parameter.
CONT…
CONT…
Terapi pengobatan asma meliputi beberapa hal diantaranya yaitu menjaga saturasi
O2 arteri tetap adekuat dengan oksigenasi, membebaskan obstruksi jalan nafas
dengan pemberian bronkodilator inhalasi kerja cepat (beta-2 agonis dan
antikolinergik) dan mengurangi inflamasi saluran napas serta mencegah kekambuhan
dengan pemberian kortikosteroid sistemik lebih awal.
Pemberian O2 pada pasien ini sekitar 3-4 liter per menit dengan tujuan untuk
memelihara saturasi O2 yang cukup (SaO2 ≥ 92%), sehingga apabila telah
mencukupi, maka inhalasi O2 tidak diperlukan lagi.
CONT…
Pemberian kombinasi antara salbutamol dan ipratropium Br memberikan efek bronkodilatasi. Kombinasi ini

diberikan melalui inhalasi dengan menggunakan nebulizer untuk target sasaran pengobatan di saluran

pernapasan. Efek lokal yang diharapkan lebih maksimal dan efek samping seminimal mungkin. Obat

kombinasi seperti ini dapat ditemukan dalam merek dagang yang beragam. Kombinasi antara inhalasi β2-

agonis dan antikolinergik (ipatropium bromida) dipercaya dapat memberikan efek bronkodilatasi yang lebih

baik. Pemberian antikolinergik secara inhalasi memiliki mekanisme kerja yaitu memblok efek penglepasan

asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus

kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks bronkokostriksi yang disebabkan iritan.
CONT…
FAKTOR RESIKO

Pada kasus ini faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya


prolaps tali pusat adalah ketuban pecah dini. Pasien masuk
dengan keluhan pelepasan air, hal ini menadakan terjadinya
ketuban pecah dini dan saat ini pasien mengalami gestasi yang
ke-4 sehingga tergolong multiparitas.
CONT…
Glukokortikoid tidak secara langsung berefek sebagai bronkodilator. Tetapi
sebagai anti inflamsi obat ini bekerja sekaligus menghambat produksi sitikon
dan kemokin, menghambat sintesis eikosaniod, menghambat peningkatan
basofil, eosinofil, dan lekosit lain dijaringan paru dan menurunkan
permeabilitas vaskular.
Selain itu pada pasien juga mengeluhkan adanya batuk sehingga terapi yang
diberikan yaitu Ambroxol. Obat golongan mukolitik merupakan obat batuk
yang bekerja dengan cara mengencerkan sekret saluran pernafasan dengan
jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari
sputum. Agen mukolitik berfungsi dengan cara mengubah viskositas sputum
melalui aksi kimia langsung pada ikatan komponen mukoprotein.
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi