Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pustaka
Wolff, M. E., 1995, Burger’s Medicinal Chemistry, Ed. III., John Wiley &
Sons, California.
Block J.H. and Beale J.M., 2008 , Wilson and Gisvolds Textbook of
Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry, Ed. 11th, Lippincott
Willians &Wilkins, Toronto
Foye W.O., Lemke, T.L., Williams D.A., 2004, Principles of Medicinal
Chemistry, 5th., Lea & Febiger, Boston
Dewick, P.M., 2002, Medicinal Natural Products a Biosynthetic Approach,
Second Ed., John Wiley, Baffins Lane, Chichester
Siswandono & Bambang Sukardjo (ed), 2000, Kimia Medisinal,
ed. 2, Airlangga University Press, Surabaya.
Ebel S., 1979: Synthetische Arzneimittel, ein Lehr und Handbuch, VCH,
Weinheim
Akses Internet
HISTAMIN DAN ANTAGONIS HISTAMIN
Struktur Histamin
( -imidazoliletilamin atau 1-H-imidazol-4-etanamin)
NH2
5 4
1 3
N N
H
Sir Henry Dale,
2
Penemu histamin
Histamine
Dari Dr.Jhon Buynak, dalam medicinal chemistry
Sisi reseptor
Ion histamonium
Tersebar di alam, terdapat di ergot dan tanaman lain, serta disemua
organ dan jaringan tubuh manusia.
Histamin bersifat basa, gugus amino rantai samping memp. pKa = 9,70 dan
gugus imidazol amin memp.pKa = 5,90.
Betazol HCl
Selain itu senyawa lain yang merupakan agonis
histamin adalah :
H NH 2
Histamine
HN N
H NH 2
2-methyl histamine
HN N H1 Agonist
CH3
H3 C NH 2 4-methylhistamine
H2 Agonist
HN N
H NH 2
(R)-methyl histamine
H H3 Agonist
HN N H3C
Histamin fosfat
Antergan
Pengikatan histamin pada reseptornya memacu beberapa aksi
seperti respon inflamasi. Oleh karena itu aktivitas antagonistik
pada reseptor histamin ditandai pada pengikatan secara
antagonis dan kompetitif mengeblok substrat alam dari ikatan.
Antagonis H -1
Ar = Aril R = Alkil
X = C, N atau O
Secara umum atom N ujung harus merupakan amina
tersier supaya maksimal aktivitasnya, atau dapat pula
bagian dari struktur heterosiklik.
Reseptor H1 = 4,55 Ao
Reseptor H2 = 3,6 Ao
Subtipe reseptor histamin
Protein reseptor dalam manusia:
Reseptor H1 : 487 asam amino, 56 kd
Reseptor H2 : 359 asam amino , 40 kd
Reseptor H3 : 445 asam amino, 70 kd
Reseptor H4 : 390 asam amino,
Aktivasi reseptor H1 oleh histamin
berakibat:
Cl-
Cl-
CH-CH2-CH2 NH (CH3)2
CH-O-CH2-CH2 NH (CH3)2
klorfeniramin
karboksamin
N
N
Isomer levo karbinoksamin yang lebih aktif mempunyai
konfigurasi absolut S dan dapat superimposabel dengan
isomer klorfeniramin yang mempunyai konfigurasi
absolut S.
R R2
N – CH2-CH2- N
R1 R3
Berupa serbuk kristal putih yang mudah larut dalam air dan
alkohol.
Aksi antihistaminnya sekitar 1,5 – 5 kali prometazin.
Selain itu juga mempunyai aksi antipruritik.
1. Metdilazin Hidroklorida USP; Tacaryl Hydro-
chloride ; ()-10-[(1-metil-3-pirolidinil)
metil] fenotiazin monohidroklorida
2. Astemizole
Struktur Astemizole
Astemizole merupakan produk pengembangan dari be-
berapa benzimidazol. Efek sampingnya serupa terfanadin.
3. Akrivastin ( Semprex)
Triprolidin
Azatadin
Loratadin
Merupakan turunan antihistamin trisiklik azatadin yang
poten, mempunyai masa kerja yang panjang dengan
aktivitas antagonis perifer yang selektif.
Loratadin dimetabolis melalui proses oksidasi dan bukan
hidrolisis menjadi deskarboetoksi loratadin.
Loratadin digunakan untuk meringankan gejala alergi rinitis
urtikaria kronik dan kelainan alergi dermatologis.
Antagonis H2
1. Kompleksasi kimia
2. Penghambatan pH
3. Antasida
4. Anti sekresi
1. Kompleksasi
Turunan ester sulfat dan sulfonat dari poli sakarida dan
ligmin membentuk kompleks kimia dengan enzim, pepsin.
Kompleks ini tidak mempunyai aktivitas proteolitik. Karena
polisulfat dan polisulfonat absorbsinya dalam saluran
gastro intestinal buruk, kompleksasi kimia spesifik
kelihatannya menjadi mekanisme penghambatan pepsin
yang diinginkan.
Sayangnya, polimer ini juga merupakan anti koagulan yang
poten.
Aktivitas pepsin itu tergantung pH. Aktivitas optimum pada
pH 1,5 – 2,5 pada 37º C.
Mekanisme antasid merupakan netralisasi asam, bukan
kompleksisasi kimia dengan pepsin.
Salah satu faktor yang menyulitkan adalah ketidakpastian
dari interval dosis.
Karena laju dan jumlah sekresi asam beragam dengan
perhatian individu terhadap makanan, kebiasaan makan
dan laju pengosongan lambung yang membatasi durasi aksi
antasid.
Secara teoritik pengikatan kembali asam adalah masalah
yang patensial karena pH isi lambung mempengaruhi
pelepasan gastrin.
pH sekitar 2,0 mekanisme gastrin untuk menstimulasi
sekresi lambung diblok, tetapi kenaikan pH diatas 3
menyebabkan pelepasan gastrin.
Oleh karena itu mekanisme antasid secara tidak langsung
menstimulasi sekresi asam.
Mekanisme antisekresi antagonis-H2
Antagonis-H2 menghambat aksi histamin langsung pada sekresi
asam yang distimulasi oleh gastrin atau asetil kolin.
Menurut hipotesis, pensekresi itu mempunyai dua kemajuan :
Struktur Histamin
( -imidazoliletilamin atau 1-H-imidazol-4-etanamin)
Struktur burimamida menyukai tautomer N-H, sedangkan
metiamida menyukai tautomer N-H.
Metiamida lebih poten 5x dibanding burimamida.
Jika gugus R diatas adalah metil (donor é), tautomer N-H juga
lebih disukai dengan demikian, efek tautomer suatu rantai
penarik elektron diperkuat oleh substituen metil.
Rantai
Untuk memperoleh aktivitas optimal, cincin harus dipisahkan
dari gugus N oleh rantai setara dengan rantai empat karbon.
Rantai yang lebih pendek menurunkan secara drastis aktivitas
antagonis H-2 nya.
Rantai harus mengandung substituen penarik elektron.
Senyawa yang lebih aktif mengandung rantai tio eter isosterik
(-S-) menggantikan gugus metilena (-CH2)
Gugus N
Untuk mendapatkan aktivitas antagonis yang maksimum,
gugus N-ujung harus merupakan substituen non basis yang
polar, misal gugus guanidin yang terprotonkan pada pH
fisiologik menghasilkan senyawa yang antagonis lemah dan
agonis parsial.
Struktur kimia dari antagonis H1 berbeda dengan antagonis H2.
Antagonis H1 mempunyai gugus aril yang tidak perlu
mempunyai hubungan struktural dengan cincin imidazol
histamin, tetapi memberikan lipofilitas yang besar kepada
molekul.
Kemiripannya dengan histamin adalah memiliki gugus rantai
samping umumnya ammonium yang bermuatan positif pada
pH fisiologis.
Pada antagonis-H2 : merupakan molekul hidrofilik yang
mempunyai cincin imidazol yang mampu mengalami
tautomeri 1,3-proto tropik.
Mereka berbeda dengan struktur histamin pada rantai
samping yang meskipun polar, tetapi tidak bermuatan.
Dengan demikian tidak menirukan aksi stimulasi histamin.
(Z)
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
=
S N-SO2NH2
(NH2)2 C=N- (Z) N Famotidin
Obat-obat yang beraksi sebagai antagonis H2
1. Metiamida
H3C CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
=
S
Metiamida
N N
H
H3C CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
=
N-CN
Metiamida memgandung gugus tiourea non basik dan
pola.
N N Simetidin
Efektif dalam mengurangi
H sekresi asam lambung.
Substituen serupa dengan gugus sianoguanidin merupakan
gugus yang sangat polar, tetapi pada pH fisiologis
didominasi oleh yang tidak terionisasi.
Senyawa yang dihasilkan adalah simetidin, yang
mempunyai aktivitas sama dengan metiamida dan tidak
memberikan efek samping agranulositopenia.
Metiamida
2. Simetidin USP, Tagamet
H
N N
H3C CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
=
N-CN
N N Simetidin
H
=
CH-NO2
Ranitidin
Berupa padatan kristal tak berwarna, sedikit larut
(Z)
dalam air (1,14% pada 37º C). CH2-S-CHPada pH
2-CH2-NH-C-NH-CH3 7, larutan
=
S N-SO2NH2
dalam air stabil selama 7 hari. Mempunyai koefisien
(NH2)2 C=N- (Z) N Famotidin
partisi oktanol-air : 2,5.
Merupakan antagonis kompetitif histamin pada reseptor
H-2 dari sel parietal, sehingga secara efektif dapat
menghambat sekresi asam lambung yang disebabkan
oleh rangsangan makanan maupun oleh asetil kolin,
kaffein dan insulin.
Simetidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung
atau usus dan keadaan hipersekresi yang patologis.
Efek samping yang ditimbulkan a.l. : diarrhae, pusing dan
kelelahan. Keadaan kebingungan dan impotensi dapat terjadi
meskipun bersifat terpulihkan.
Dosis lazim dewasa : borok duodenal-oral 300 mg, 4 x sehari
sewaktu makan dan pada waktu tidur.
Kondisi hiper sekresi patologik-oral, 300 mg, 4 x sehari dengan
makanan dan pada waktu tidur, selama pengobatan klinik.
Dosis anak lazim : oral, 5-10 mg per kg berat badan, 4 x sehari,
dengan makanan dan waktu tidur
3. Ranitidin HCl = Ranin = Rantin
=
CH-NO2
Ranitidin
(Z)
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
=
Merupakan senyawa analog simetidin dengan penggantian
S
cincin imidazol dengan isosternya, yakni N-cincin
SO2NH2 furan dan
penggantian gugus sianogen dengan gugus nitrometenil.
=
CH-NO2
4. Famotidin = Facid = Restadin
Ranitidin
(Z)
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
=
S N-SO2NH2
(NH2)2 C=N- (Z) N Famotidin