Vous êtes sur la page 1sur 24

KELOMPOK 2 KELAS 1 A

DITA ERLINE

LINGGA ROBINAR K

HARDYANTINING ASTUTI

MITA YUSNIAR

EKANDA R YUSUF

LILIN ERNAWATI
• Gugur kandungan atau aborsi (bahasa latin: abortus)
adalah berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38
minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya
adalah kelahiran preatur
• Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang
sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara
menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup
di luar tubuh ibu.
• Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja
dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal)
Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
Aborsi
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia,
aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan,
yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus
Criminalis”

Yang menerima hukuman adalah:


1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu
melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Pasal 229

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau


menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau
jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 341

Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan


karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa
anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri
dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati
secara khusus hukum aborsi, tetapi yang ada adalah
larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak,
sebagaimana firman Allah swt :

ُ‫علَ ْي ِه َولَ َعنَه‬


َ ُ‫ب ّللا‬ َ ‫َو َمن َي ْقت ُ ْل ُم ْؤ ِمنًا ُّمتَ َع ِمدًا فَ َج َزآ ُؤ ُه َج َهنَّ ُم َخا ِلدًا ِفي َها َو‬
َ ‫غ ِض‬
‫ع َذابًا ع َِظي ًما‬ َ ُ‫ع َّد لَه‬َ َ‫َوأ‬

“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin


dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka
Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan
baginya adzab yang besar( Qs An Nisa’ : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu
Mas’ud bahwasanya Rosulullah saw bersabda :

ً‫علَقَة‬
َ ‫ُون فِي َذ ِل َك‬ ُ ‫ين يَ ْو ًما ث ُ َّم يَك‬ َ ‫ِإ َّن ََ أَ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع َخ ْلقُهُ فِي بَ ْط ِن أ ُ ِم ِه أَ ْربَ ِع‬
َ ‫ضغَةً ِمثْ َل َذ ِل َك ث ُ َّم يُ ْر‬
‫س ُل ا ْل َملَكُ فَيَ ْنفُ ُخ فِي ِه‬ ْ ‫ُون فِي َذ ِل َك ُم‬ ُ ‫ِمثْ َل َذ ِل َك ث ُ َّم يَك‬
‫ب ِر ْزقِ ِه‬
ِ ْ‫ت ِب َكت‬ ٍ ‫الرو َح َويُ ْؤ َم ُر ِبأ َ ْربَ ِع َك ِل َما‬ ُّ
‫س ِعيد‬َ ‫ي أَ ْو‬ ٌّ ‫ش ِق‬
َ ‫ع َم ِل ِه َو‬ َ ‫َوأَ َج ِل ِه َو‬

“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan


penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat
puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua,
terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap
empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi
segumpal daging. Kemudian Allah mengutus
malaikat untuk meniupkan roh, serta
memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu
penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta
nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. “
( Bukhari dan Muslim )
Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh

• Pendapat Pertama :

Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah


peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun
diperkirakan bahwa janin tersebut akan
membahayakan keselamatan ibu yang
mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas
Ulama.

Dalilnya adalah firman Allah swt :

َ ‫َوالَ ت َ ْقتُلُواْ النَّ ْف‬


ِ ‫س الَّ ِتي َح َّر َم ّللاُ ِإالَّ ِبال َح‬
‫ق‬

“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang


diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. “
( Q.S. Al Israa’: 33 )
• Pendapat Kedua :

Dibolehkan menggugurkan janin walaupun


sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu
merupakan satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga
kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga
kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu
dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin
belum yakin dan keberadaannya terakhir.( Mausu’ah
Fiqhiyah : 2/57 )

bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama


sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis,
yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan
kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin
tanpa suatu alasan syar’I hukumnya adalah haram
dan termasuk katagori membunuh jiwa yang
diharamkan Allah swt.
• menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
transplantasi adalah pemindahan jaringan tubuh dari
suatu tempat ke tempat lain (seperti menutup luka
yang tidak berkulit dengan jaringan kulit dari bagian
tubuh yg lain).
• Menurut Medicastore, pencangkokan (Transplantasi)
adalah pemindahan sel,jaringan maupun organ
hidup dari seseorang (donor) kepada orang lain
(resipien atau darisatu bagian tubuh ke bagian tubuh
lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan
tujuanmengembalikan fungsi yang telah hilang.
• Dapat disimpulkan transplantasi atau pencangkokan
adalah pemindahan organ sel, atau jaringan dari si
pendonor kepada orang lain yang membutuhkan
penggantian organ disebabkan kegagalan organ,
kerusakan sel maupun jaringan dengan tujuan untuk
mengembalikan fungsi organ, sel, maupun jaringan
yang telah rusak tersebut.
Di Indonesia sudah ada undang undang yang membahasnya
yaitu UU No.36 Tahun 2009 mengenai transplantasi :

Pasal 64

(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan


melalui transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat
dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta
penggunaan sel punca.
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan
Aspek hukum dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan
transplantasi dalih apapun.

Pasal 65

(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan


oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor
harus memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan
mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau
keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 66

Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya
dapat dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.

Pasal 67

1. Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
2. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman spesimen
atau bagian organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

Pasal 10

Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan


memperhatikan ketentuan – ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a
dan Huruf b, yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan / keluarganya
yang trdekat setelah penderita meninggal dunia.

Pasal 17
Dilarang memperjual – belikan alat atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18

Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ked an dari luar negeri
Tipe Donor 1

Donor dalam keadaan sehat. Yang dimaksud disini adalah donor


anggota tubuh bagi siapa saja yang memerlukan pada saat si donor
masih hidup. Donor semacam ini hukumnya boleh. Karena Allah Swt
memperbolehkan memberikan pengampunan
terhadap qisash maupun diyat.

Allah Swt berfirman:


Transplantasi
menurut ‫ـان ذ ِلكَ تـ َ ْخـ ِفيف ِم ْن‬
ٍ ‫س‬ ِ ‫ش َْيئ فَـاتـِبَـاع ِبال َمـ ْع ُر ْو‬
َ ‫ف َوا َدَاء اِلـَيْــ ِه بــ ِإحْ ــ‬ َ ‫ي لَهُ ِم ْن ا َ ِخـ ْي ِه‬َ ‫فَ َم ْن عُـ ِف‬
‫َربــ ِ ُك ْم َو َرحْ َمة‬
hukum islam
Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari
saudaranya, hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat)
kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka
baginya siksa yang sangat pedih. (TQS al-Baqarah [2]: 178)

Namun, donor seperti ini dibolehkan dengan syarat. Yaitu, donor


tersebut tidak mengakibatkan kematian si pendonor. Misalnya, dia
mendonorkan jantung, limpha atau paru-parunya.
Tipe donor 2

hukum Islam pun tidak membolehkan karena salah satu


hadist mengatakan bahwa ”Tidak boleh membahayakan
diri sendiri dan tidak boleh membayakan diri orang lain.”
(HR. Ibnu Majah). Yakni penjelasannya bahwa kita tidak
boleh membahayakan orang lain untuk keuntungan diri
sendiri. Perbuatan tersebut diharamkan dengan alasan
apapun sekalipun untuk tujuan yang mulia.

Tipe Donor 3

• Menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada


yang mengharamkan.
Yangmembolehkan menggantungkan pada syarat
sebagai berikut:
• Resipien (penerima organ) berada dalam keadaan
darurat yang mengancam dirinya setelah menmpuh
berbagai upaya pengobatan yang lama
• Pencangkokan tidak akan menimbulkan akibat atau
komplikasi yang lebih gawat
• Telah disetujui oleh wali atau keluarga korban dengan
niat untuk menolong bukan untuk memperjual-belikan
yang tidak membolehkan alasannya :

Seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan organ


tubuhnya atau mewasiatkan untuk menyumbangkannya. Karena
seorang dokter tidak berhak memanfaatkan salah satu organ tubuh
seseorang yang telah meninggal dunia untuk ditransplantasikan
kepada orang yang membutuhkan.
Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya,
maka Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai
kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana orang hidup.
Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap pelanggaran
kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran kehormatan orang
hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa
Rasulullah SAW bersabda:

ْ ‫ت َككَــ‬
‫س ِر ِه َحــيًّـا‬ ْ ‫ع ْظــ ُم‬
ِ ‫المـ َ ِيــ‬ َ ‫ــر‬
َ ‫س‬ َ ‫كَـ‬

“Memecahkan tulang mayat itu sama saja dengan memecahkan


tulang orang hidup” (HR. Ahmad, Abu dawud, dan Ibnu Hibban)

Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Al-Anshasi


RA, dia berkata :

‫ــو ُل هللا ع َِن الـنُّهْـ ِبي َوال ُمـثَـلَّــ ِة‬


ْ ‫س‬ ُ ‫نـ َ َهى َر‬
“ Rasulullah SAW telah melarang ( mengambil ) harta hasil rampasan
dan mencincang (mayat musuh ).”(H.R. Bukhari)
Inseminasi buatan atau bayi tabung atau pembuahan
In Vitro adalah suatu tindakan yang melibatkan
pengambilan sel telur melalui operasi. Dimana pada
akhirnya kemudian dicampurkan dengan sperma di
dalam tabung reaksi agar terjadi pembuahan dan
pembentukan embrio di luar rahim.
Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU
No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi:

Ayat 1
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya
terakhir untuk membantu suami istri mendapat keturunan

Ayat 2

1. Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud


dalam ayat 1 hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami
istri yang sah, dengan ketentuan:
2. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum itu
berasal
3. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Ada sarana kesehatan tertentu

Ayat 3

Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar


cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditentukan dengan P.P
Beberapa tinjauan pada segi hukum perdata terhadap program
hamil bayi tabung:

1. Jika benih yang datang berasal langsung dari pasangan suami istri,
maka akan dilakukan proses fertilisasi vitro transfer embrio dan
kemudian diimplantasikan ke dalam rahim istri dan anak tersebut
akan secara biologis atau juga secara yuridis mempunyai status
yang syah dari pasangan ini.

2. Namun jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya setelah


ibunya bercerai dari pasanganya maka disaat anak itu lahir 300 hari
sebelum hari perceraian, anak tersebut mempunyai status yang
sah dari pasangan ini. Namun jika dilahirkan 300 hari setelah
perceraian, maka anak tersebut bukan anak yang sah bekas suami
ibunya dan juga tidak ada hubungan keperdataannya dengan bekas
suaminya. Hukum ini tertulis jelas di Dasar hukum ps. 255 KUHPer

3. Kemudian jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain


yang mempunyai suami, maka dengan segi yuridis status anak itu
adalah anak yang sah dari yang penghamil, bukan dari pasangan
yang mempunyai benih. Hukum ini juga tertulis jelas di dasar
hukum ps.42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini
adalah suami dan istri penghamil bisa menyangkal anak tersebut
merupakan anak yang sah melalui suatu tes golongan darah atau
menjalani tes DNA
Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut
pandangan Islam termasuk masalah kontemporer
ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik
di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian
fiqih klasik sekalipun.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal


Bayi Tabung 13 Juni 1979 menetapkan 4 keputusan terkait masalah bayi
tabung, diantaranya :
dalam
Pandangan 1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan
suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh), sebab ini
Islam termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.
Asal keadaan suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh
anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri
tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan
kaidah fiqih

‫ت‬ ُ ْ‫ض ُر ْو َرةُ ت ُ ِب ْي ُُ ا ْل َمح‬


ِ ‫ظ ْو َرا‬ َّ ‫ا َ ْل َحا َجةُ ت َ ِن َْز ُل َم ْن ِزلَةَ ال‬
َّ ‫ض ُر ْو َر ِة َوال‬

“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan


seperti dalam keadaan terpaksa. Padahal keadaan
darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal
yang terlarang”.
2. Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi
bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di
rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena
dikemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah
yang rumit dalam kaitannya dengan warisan (khususnya
antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang
mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian
melahirkannya, dan sebaliknya).

3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami


yang telah meninggal dunia hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik baik kaitannya dengan
penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.

4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari


pasangan suami-istri yang sah hal tersebut juga
hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan
hubungan kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan
yang sah alias perzinahan.
Berikut ini dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk
mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut:

Surat Al-Isra ayat 70 :

ٍ ِ‫علَى َكث‬
‫ير ِم َّم ْن‬ َّ َ‫ت َوف‬
َ ‫ض ْلنَا ُه ْم‬ َّ ‫َولَقَ ْد ك ََّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِي ا ْلبَ ِر َوا ْلبَحْ ِر َو َر َز ْقنَا ُه ْم ِم َن ال‬
ِ ‫ط ِيبَا‬
‫يل‬ً ‫َخلَ ْقنَا ت َ ْف ِض‬
“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan”.

Surat At-Tin ayat 4 :

َ ْ‫ان فِي أَح‬


‫س ِن ت َ ْق ِو ٍيم‬ َ ‫س‬ ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اْل ْن‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”.
• Pradono, Julianty et al.Pengguguran yang Tidak Aman di Indonesia, SDKI
1997. Jurnal Epidemiologi Indonesia. Volume 5 Edisi I-2001. hal. 14-19.

• http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-
islam/

• http://keperawatanreligiondinnyria.wordpress.com/

• KUHP.UU Kesehatan.Peraturan Pemerintah

Sumber • ETIKA KEDOKTERAN dan HUKUM KESEHATAN. 1999. Jakarta:EGC

• http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ

• http://fachri-kencana.blogspot.com/2010/11/bayi-tabung.html

• Hanafiah, Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:


EGC Soimin, Soedharyo S.H. 1995. Kitab undang-undang hukum perdata.
Jakarta : Diterbitkan oleh sinar grafika.

• http://keperawatanreligionsrikandipuspaamandaty.wordpress.com/2010/
12/17/bayi-tabung-dalam-pandangan-islam/

• http://tauvhk.wordpress.com/2008/11/17/bayi-tabung-dalam-persepsi-
islam/http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/13/bayi-tabung/
TERIMAKASIH

Vous aimerez peut-être aussi