Vous êtes sur la page 1sur 80

Mengubah MITRA dg.

Nakes lain
Paradigma trtm : DOKTER.
PERAWAT dimulai
dari Calon PROFESOR
PERAWAT
SPESIALIS SARJANA
Strata III : Doktor
Ners: Ns.
SARJANA ( Profesional ) DIPLOMA
SARJANA
Strata II : 1990 III / IV 1
Strata I 9
Megister ( Vocasional )
S Kep. 8
4

SEKOLAH PERAWAT
SEKOLAH PENGATUR Tahun 1979 KESEHATAN.
RAWAT. ( SPR )
( SPK )

PENJENANG Th. 1950


KESEHATAN.
1960 JURU RAWAT
( PK )
BAGAIMANA
POSISI PERAWAT TERHADAP KLIEN
• MODEL yang paling tepat adalah : Primary Nursing ( PN ).
NAKES.
LAIN

Min. DOKTER
NERS
/ RN
syarat
PERAWAT
SEBAGAI KLIEN SEBAGAI
DPJP
PPJP

NAKES
LAIN
Mengapa anamnesa dibutuhkan ?
The first step RIWAYAT
PENYAKIT
SEKARANG

Tujuan
Adalah RIWAYAT
BIO DATA PENYAKIT
menegakkan KELUARGA
Diagnosa
The second step Keperawatan

KOLABORASI
Asuhan Keperawatan
DIABITUS MILLITUS

Oleh Ns. Suprijadi BA


Latar Belakang
Penyakit Diabetes melitus (DM) atau orang awam
menyebut kencing manis merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik, kronis , pada awitan cenderung
tanpa keluhan ( bila ada : sering kesemutan pada kaki,
kejang otot ) dan tak dapat disembuhkan.
DM dapat menyerang seseorang tanpa mengenal umur.
Di negara maju, insiden diabetes melitus sekitar 5% dari
jumlah penduduk dan cenderung menurun, namun di
Indonesia ( Negara berkembang) justru makin
bertambah setiap tahun, bahkan Pada tahun 2010
dilaporkan Indonesia urutan ke 5 di dunia, angka
prevalensnya 5% s/d 10% dari jumlah penduduk.
Rata – rata Usia Harapan Hidup ( UHH ) klien dengan
DM dengan non DM : berkurang 9 th ( L ) dan 7 th ( P )
Pengurangan usia ini paling besar bila awitan penyakit
terjadi pada usia muda.
Penderita DM sebenarnya relatif dapat mencapai UHD
normal seperti Non DM, asalkan klien mau mengerti cara
penatalaksanaan menejemen penyakit DM.
Oleh Kemkes DM tergolong kelompok Penyakit Kronis
Tidak Menular ( PKTM ), dan diperlukan penanganan
secara intergritas.
Angka kesakitan ( Morbiditas ) bahkan dengan kecacatan
fisik dan angka kematian ( Mortalitas ) akibat DM
semakin meningkat setiap tahunnya.
Jumlah angka kasus DM dengan komplikasi yang tidak
bisa sembuh akan menyerap anggaran Negara, bila
hanya tergantung pada penanganan dengan kuratip.
Definisi
Brunner dan Suddarth, 2002
Diabetes mellitus merupakan sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia.
Arjatmo, 2002
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif.
Askandar, 2000 ).
Adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda- tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

Up Date Definisi th. 2005


Suatu penyakit yang disebakna adanya gangguan
metabolisme : Karbohidrat, lemak dan protein, yang
dapat menyebabkan terjadinya Intoleransi Glukosa serta
secara progresif diikuti oleh komplikasi mikro dan
makro angiopathi .
• Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa Diabetes Melitus (DM)
merupakan syndroma gangguan metabolisme
secara genetis dan klinis termasuk heterogen
akibat defisiensi sekresi insulin atau
berkurangnya efektifitas insulin yang
menimbulkan berbagai komplikasi baik akut
maupun kronik.
Apa itu insulin

Adalah suatu hormon yang diproduksi sel beta


dimana sel beta tersebut dihasilkan oleh suatu
kelenjar di pankreas ( Organ pencernaan terletak
dibelakang gaster ).
fungsi Insulin :
Mengatur metabolisme glukosa menjadi
energi serta mengubah kelebihan glukosa
menjadi glikogen yang disimpan di dalam
hati dan otot.
Anatomi dan Fisiologi Pancreas (review )
Pearce, 2000

a. Anatomi
Letak : - Melintang dibagian atas abdomen
dibelakang gaster,
- Didalam ruang retroperitoneal.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus : Mengekskresikan pencernaan ke
dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans : Tidak mempunyai alat
untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan
glukagon langsung kedalam darah.
Vaskulerisasi :
Arteri dan Vena mesentrika superior
berada dileher pankreas bagian kiri
bawah kaput pankreas ini disebut
processus unsinatis pankreas.
Pulau langerhans.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni :
- Sel Alfa,
- Sel Beta
- Sel Delta.
Sel alfa yang mencakup kirakira 25 % dari seluruh sel.
Fungsi : Mengsekresikan glukagon ( menghasilkaan
energi dalam sel ).

Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel


Fungsi : Mengsekresikan zat somatostatin
( menghambat sekresi glukagon dan insulin )
Sel Beta
Sel Beta mencakup kira-kira 60 % dari semua sel.
Fungsi : Mengsekresikan insulin.
Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam
sitoplasma sel.
Sel B merupakan molekul insulin yang
membentuk polimer dan zat zink komplexs
Insulin disintesis di dalam retikulum
endoplasma sel B, selanjutnya diangkut ke
aparatus golgi, dibungkus didalam granula
dan diikat oleh membran.
Kemudian Granula bergerak ke dinding sel beta
oleh suatu proses yang tampaknya sel beta ini
yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan
eksositosis.
Keluaran/ produksi Insulin dari sel beta,
selanjutnya melintasi membran basalis menuju
kapiler yang berdekatan ( endotel fenestrata
capiler ) untuk mencapai ke aliran darah perifer.
Dalam aliran darah perifer akan terjadi proses
pemenuhan kebutuhan sel dari hasil metabolism.
B. Fisiologi
• Kelenjar pankreas merupakan organ kelenjar
yang mengatur metabolisme glukosa dalam
tubuh, yang berupa hormon-hormon.
• Prroduksi hormon hormon tersebut selanjutnya
disekresikan oleh sel - sel yang ada di pulau
langerhans.
Hormon-hormon tsb adalah :
- Glukagon ( sel Alpha ) yang bekerja
meningkatkan kadar glukosa dalam darah,
- Insulin ( sel Beta ) untuk menekan /
merendahkan hormon glukagon.
Fisiologi Insulin
• Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau
langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara
langsung sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contoh :
Insulin menghambat sekresi glukagon.
• Insulin dilepaskan pada suatu kadar basal oleh sel-sel beta
pulau langerhans.
Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal
adalah terjadinya peningkatan kadar glukosa darah.
Kadar glukosa darah puasa normal : 80-90 mg/dl.
• Insulin akan bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor
insulin .
• Hasil dari berkaitan tersebut, kerja insulin menjadi bermakna
yang berdampak terjadinya peningkatan transportasi glukosa
kedalam sel.
Glukosa dalam sel, dapat segera digunakan untuk
menghasilkan energi, bila glukosa dalam sel berlebih,
akan disimpan didalam hati dan otot.
Jenis DM menurut sifatnya :
• Type 1 / IDDM ( Insulin dependen Diabitus
Millitus ( Tergantung Insulin ).

• Type 2 / NIDDM ( Independen Insulin Diabitus


Millitus ( Tak tergantung Insulin ).

• Malnutrition Diabetes Millitus : terkait


malnutrisi (cassava menjadi makanan pokok )

• Gestational Diabitus Millitus .


Diabites Millitus Type : 1

Adalah kelainan sistemik akibat terjadinya


gangguan metabolisme glukosa yang
ditandai oleh hiperglikemia kronik.
Keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan
( distruksi )sel-β pankreas baik oleh proses
autoimun maupun idioptaik sehingga
produksi insulin berkurang bahkan
terhenti.
Insidens DM tipe-1 sangat bervariasi baik
antar negara maupun di dalam suatu negara.
Insidens tertinggi terdapat di Finlandia yaitu
43/100.000 dan insidens yang rendah di Jepang
yaitu 1,5 - 2/100.000 untuk usia kurang 15 tahun.
Berdasarkan data dari beberapa rumah sakit,
terdapat 2 puncak insidens DM tipe-1 pada anak
yaitu pada usia 5-6 tahun dan 11 tahun.
Patut dicatat bahwa lebih dari 50 % penderita baru
DM tipe-1 berusia : > 20 tahun.
Etiologi DM type 1.

Pinsip : Adalah terjadinya distruksi sel β


Ada banyak faktor sebagai penyebab DM type
1, namun Faktor genetik merupakan faktor terbesar.
Mengapa ?
Genetik merupakan faktor yang dikaitkan
dengan pola sistim HLA tertentu, walaupun
sistim HLA bukan merupakan faktor satu-
satunya faktor dominan pada patogenesis
DM tipe-1.
Sistim HLA berperan sebagai suatu
suspectibility gene atau faktor kerentanan.
Penyebab lain :
a. Immune mediated
b. Idiopatik
c. Terinduksi obat dan kimia
d. Kelainan eksokrin pankreas.
- Pankreatitis,
- Trauma  pankreatomi,
- Neoplasia,
- Kistik fibrosis,
- Hemokromatosis,
- Fibrokalkulus,
- Pankreatopati.
- Faktor pemicu dari lingkungan (infeksi virus,
toksin dll)
e. Gangguan glandula endokrin.
- Akromegali,
- Sindrom Cushing,
- Glukagonoma,
- Feokromositoma,
- Hipertiroidisme,
- Somatostatinoma
- Aldosteronoma.
Gambaran klinis DM type : 1
Sebagian besar gambaran klinis pada DM tipe-1 :
- Riwayat perjalanan klinis yang akut.
- Gejala 3P
- Penurunan berat badan yang cepat ( 1 s/d 2
minggu )
- Ditemukan hiperglikemia : GDs > 400 mg/dl.
Angka Insiden DM tipe-1 di Indonesia masih rendah
menyebabkan sering terjadi kesalahan dan keterlambatan
diagnosis, yang berakibat klien datang berobat masuk
pada fase ketoasidosis ( KAD ) yang dapat berakibat fatal :
Coma s/d kematian .
Keterlambatan ini dapat terjadi karena disangka :
- Bronkopneumonia dengan asidosis
- Syok berat , ac. Gastroenteritis / diare
DIABETES MELITUS “ TIPE 2 “
Prinsip : Resistensi dan defisiensi Insulin
Pada DM type ini, sering kali tidak tibul gejala khas, artinya
pada stadium awal tidak terdiagnosis s/d bertahun-tahun
dan kecurigaan timbul setelah terjadi komplikasi.
Kecurigaan adanya DM dipikirkan bila ada keluhan klasik DM
berupa :
- P 3 : poliuria, polidipsia, polifagia
- Penurunan berat badan dalam waktu lama dan tidak
dapat dijelaskan sebabnya.
DM type 2 dapat ditegakkan melalui tiga cara:
a) Jika keluhan klasik ditemukan dan hasil pemeriksaan
glukosa darah sewaktu : ≥200 mg/dl
b) Jika gejala klasik tersebut disertai hasil pemeriksaan
glukosa darah puasa : ≥ 126 mg/dl
c) Jika kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO : ≥200 mg/dl .
Etiologi DM ( Tandra Hans, 2007 )

Diabites Millitus ( DM ) merupakan kelompok


penyakit gangguan metabolik disebabkan oleh
rusaknya sel-sel betha yang dihasilkan oleh pulau
langerhans dan mengakibatkan : Distruksi ;
Resistensi dan Defisiensi hormon Insulin.
Adanya kelainan ke 3 tersebut diatas berdampak
terjadinya gangguan suplai Insulin dalam tubuh.
1. Genetik atau keturunan.
• Prevalensi faktor genetik / riwayat keturunan
pada DM tipe 2 lebih sedikit persentasinya
bila dibandingkan dengan DM type 1. :
Angka : 3% - 5% .
• Prevalensi faktor angka keturunan akan lebih
besar yaitu : 35% - 40% , bila mempunyai :
Saudara kembar ( identical twins ).
Banyak penelitian mencari petanda genetik pada
kromosom penderita diabetes tipe 1 dan 2,
Pada DM tipe 1 memang ditemukan sel gen yang
terkait dengan terjadinya Diabetes Millitus.
• Hal ini penting untuk melakukan screening dalam
keluarga guna mendeteksi diabetes sedini
mungkin.
• Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA
( Human Leucocyt Antigen ).
• DM tipe 1 akan terjadi pada usia muda dan
sering pada Juvenil DM.
2. Obesitas
Obesitas adalah factor resiko yang paling
penting untuk diperhatikan, sebab melojaknya
angka kejadian DM tipe 2 sangat terkait dengan
obesitas.
Menurunkan berat badan bukan sekedar soal
ketatnya menejemen berdiet, tetapi juga :
- Life style termasuk Sedentary Life
- Kebiasaan berolahraga yang kurang,
- Kurangnya Pengelolan koping : Positip.
Lebih dari 8 diantara 10 klien dengan DM tipe 2 adalah over
weight.
Apa relevansinya ?
Penumpukan jaringan lemak, akan mengakibatkan
terjadi resistensi kerja insulin ( Insulin Resistence ),
terutama bila lemak terkumpul didaerah sentral atau
perut (Central Obesity).
Resistensi kerja Insulin akibat pemblokiran oleh
jaringan Lemak yang berlebihan, akan berkibat kadar
glukosa dalam darah tidak dapat diangkut kedalam sel
dan menumpuk dalam peredaran darah.
Pada tubuh dengan adanya jaringan lemak yang
berlebihan ( Obisity ), juga memerlukan penambahan
kebutuhan insulin, sebab proses pemecahan lemak
( Metabolism lemak ) sangat memerlukan akan Insulin.
Hampir 80% klien DM pada usia : obisety .
3. Kurang gerakbadan / olahraga
• Olahraga atau aktivitas fisik akan mempercepat
pembakaran lemak dan mengontrol berat badan.
Aktivitas otot akan menstimuli Glukosa darah
dibakar menjadi enegi, sehingga sel-sel tubuh
menjadi lebih sensitive terhadap insulin,
peredaran darah lebih baik dan pankreas secara
alami akan berusaha menyesuaikan produksi
insulin yang dibutuh oleh tubuh.
• Gaya hidup yang kurang aktif, lebih mudah terkena DM,
dibanding hidupnya yang aktif.
Diyakini bahwa olahraga dan aktivitas fisik
meningkatkan pengaruh insulin atas sel-sel.
• Resiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun s/d 50 %.
4. Usia
• Risiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya
usia, terutama diatas 40 tahun, serta mereka yang kurang
gerak badan.
Kurangnya gerakan otot akan berdampak
berkurangnya pula massa otot, sehingga otot - otot
tubuh akan kelihatan semakin mengecil, diikuti
turunnya berat badan dan kekuatan otot.
• Angka kegemukan pada anak cukup segnifikan, dengan
makin banyaknya anak yang mengalami obesitas, angka
kejadian diabetes type 2 pada anak dan remaja pun
meningkat dan akan berubah menjadi type 1
• Menurut WHO, pada usia 40 th, fungsi organ secara
biologis akan terjadi penurunan fungsi, termasuk
pebentukan sel sel beta di pancreas.
5. Jenis kelamin :
Perbandingan angka kejadian DM ke dua type : laki –
laki dan wanita sama.
6. Infeksi
Paling sering terjadi pada anak : Juvenil Diabitus Millitus,
tergolong pada DM type 1.
Awitan infeksi oleh karena Virus :
- ISPA,
- Flu atau batuk pilek yang berulang - ulang.
- Mumps
- Morbili
- Pancreastitis
Seringkali keadaan ini tidak diwaspadai dan tanpa disadari,
tiba-tiba anak mengalami : kejang, penurunan kesadaran s/d
coma dikarenakan mengalami Hyperglikemia ( kadar glukosa
darah tinggi ).
g. Stress
• Faktor stress juga menjadi pemicu kenaikan gula darah oleh
karena pengaruh adrenalin, walaupun sulit
memghubungkan pengaruh stress dengan timbulnya DM.
Secara biomolokuler, semua komponen tubuh akan naik
secara spontan apabila munculnya adrenalin yang berlebihan
( adrenalin jahad ), hormon Counter insulin akan lebih aktif,
berhimbas kenaikan kadar glukosa darah
DM yang disebabkan stress, dapat ditemukan pada klien yang
mengalami :
- Operasi Besar.
- Ggangguan Personality : Mudah tersinggung dan
mudah marah, Sombong,
- Perasaan Inferior dalam hubungan sosial/
lingkungan.
7 Pemakaian obat-obatan.
Konsumsi obat terutama penggunaan yang
lama juga dapat menjadi pemicu terjadinya DM.
Obat – obat tersebut terutama obat yang
mudah menstimulus kenaikan kadar glukosa
dalam darah.
Misal: - Obat golongan SAID ( Steroid Anti
Inflamasi Drugs ) : Prednison,
Methyl prednisolon dan
sejenisnya
- Obat anti hipertensi,
- Obat menurunkan kolesterol.
8. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan
respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen, yang disebut
Immunosupresive.
Misal : TB Paru.

9. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
auotoimmun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM
dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama
akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel
tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah
penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal
disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan , tubuh akan
mengalami defisiensi insulin, sehingga tidak
dapat mempertahankan kadar glukosa plasma
puasa yang normal atau intoleransi protein
sesudah makan.
Pada hiperglikemia berat ( melebihi ambang ginjal
normal dimana konsentrasi glukosa darah :
160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria
karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan :
- Sodium,
- Klorida,
- Potasium,
- Pospat.
Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Glukosa yang keluar bersama urine, maka tubuh akan
mengalami gangguan keseimbangan protein
negatif dan berat badan menurun serta cenderung
terjadi polifagi ( sel merasa lapar ).
Akibat lain adalah astenia atau kekurangan energi
( Karbohidrat dan Protein )sehingga menjadi cepat
lelah dan mengantuk .
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arteriosklerosis ( penebalan membran pembuluh
darah basalis ),
Perubahan pada saraf perifer dikarenakan kurangnya
suplai akibat dari penumpukan kadar glukosa
dalam darah, dan kejadian ini akan memudahkan
terjadinya Ulcus Diabit Foot ( UDF ) dan menyebabkan
mudahnya luka menjadi ulkus dan ganggraen.
Manifestasi klinis

Keluhan awal DM adalah 3 P.


- Poli Uria : Sering kencing terutama malam hari.
- Poli Fagia : Sering merasa lapar
- Poli Dipsia : Sering merasa haus.
Keluan tersebut diatas harus terdeteksi secara dini , karena
sering ditemukan data klien tak merasakan
perubahan.
Kefatalan atau komplikasi akan muncul dan lebih
membahayakan kehidupan klien.
Pada DM lansia, terdapat perubahan patofisiologi akibat proses
menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari
kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang
luas.
• Poli Uria :
Meningkatnya kadar glukosa darah yang tinggi dan
melebihi ambang ginjal maka timbul glukosuria.
Glukosuria meningkatkan osmotik diurisis yang
mengakibatkan meningkatnya keluaran urin.
• Poli Depsia :
Pelaepasan urin yaang berlebihan akibat osmotik
diurisis tersebut diatas, maka kompensasi tubuh
menjdi haus.
Akiabat kedua tersebut diatas dapat menyebabkan
dehidrasi.
• Poli Fagia :
Perasaan lapar dikarenakan sel tak mendapatknan
suplai kalori, maka timbul lapar, mengantuk dan
badan terasa lemas.
• Keluhan yang khas selanjutnya adalah :
- Berat badan turun tanpa sebab.
- Mudah lelah.
- Otot sering kejang ( kejang tonik )
- Kemauan biologis menurun.
- Elastisitas kulit menurun ( Keriput ) s/d
bersisik.
- Gatal gatal daerah pubis.
- Bila terkena luka sulit sembuh ( luka
mudah menjadi ulkus ).
Gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut
( Supartondo, 2005 ) adalah :
• Gangguan Penglihatan :
- Katarak Diabitika
- Glaukoma Diabitika
- Kebutaan
• Gatal seluruh badan
• Pruritus Vulvae
• Infeksi bakteri kulit.
• Infeksi jamur di kulit
• Dermatopati
• Neuropati perifer
• Neuropati viseral
• Amiotropi
• Ulkus Neurotropik
• Penyakit ginjal diawali dengan Hypertension
• Penyakit pembuluh darah perifer
• Penyakit Jantung koroner
• Penyakit pembuluh darah otak
• Hipertensi
KOMPLIKASI : AKUT dan KRONIS
“ DIABITES MILLITUS IS MOTHER OF DESASES “.

AKUT
• HIPOGLEKIMIA : Gula darah dibawah normal : < 80 mg/dl )
Tanda :
- Badan terasa lemas.
- Gemetar.
- Keringat dingin.
- Sulit kosentrasi
- Irritabillity
- Bicara gagap
- Mata berkonang – konang dan merupakan tanda
terjadinya coma hipoglikemia.
• KetoAsidosis Diabitika : KAD
Adanya benda keton dalam darah maupun
urin : tinggi,
Benda keton dalam darah yang abnormal
meneyababkan meningkatnya osmotik
diurisis dan menggangu metabolisme yang
dapat menyebabkan asidosis ( gangguan
pertukaran gas : sama dan basa dalam darah)
dan menggangu kebutuhan oksigen.

• HiperOsmolaritas Non Ketoasidosis : HONK


Terjadinya hiperosmolaritas darah tetapi
tidak diikuti kenaikan keton dalam darah.
Komplikasi KRONIS.
Ada 2 :
1. Mikro Angiopathi ( Mikro Vaskuler ) :
- Retinopathi Diabitika
- Neprhopathi Diabitika.
- Neuropathi Diabitika.

2. Makro Angiopathi ( Makro Vaskuler ).


- Cardiomyopathi.
- Arterio sklerosis
- Stroke
- Penyakit jantung koroner.
- Ulcus Diabitic Foot.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LABORATORIUM :
DARAH : Rutin :
Hb, Leuko, Thrombo dll
Kimia Klinik :
Gula darah : sewaktu
Puasa dan setelah 2 jam
Benda keton.
Fungsi ginjal : Ureum dan creatinin.
Lipid : HDL, LDL, Kolesterol, Uric acid, Tri
glicerid
Elektrolit : Na. K. Cl.
Blood Gas Analizer ( BGA )
Hb A1c.
PEMERIKSAAN Hb. A1c
Parameter HbA1c merupakan parameter
kontrol metabolik standar pada DM.
Parameter Nilai HbA1c :
Terkontrol baik : < 7% ,
Cukup : < 8% ,
Buruk : > 8% .

URINE : Phisik
Kimia : Reduksi
Sedimen
Benda Keton
Pemeriksaan Gula darah standar WHO 1994 :
Tes Toleransi Glukosa Oral ( TTGO ).
- Persiapkan selama 3 hari dengan kegiatan
biasa.
- Puasakan paling sedikit 8 jam ( air putih
diijinkan ).
- Periksa gula darah puasa.
- Berikan glukosa 75 gr orang dewasa dan 1.75 gr/
BB anak – anak.
- Periksa kembali kadar glukosa.
- Selam pemeriksaan klien dalam keadaan istirahat
dan tidak merokok.

Hasil adar Glukosa darah : ≥ 200mg/dl.


Tabel kadar glukosa darah
Bukan DM Puasa Vena : 2 jam
< 100 mg/dl PP
Kapiler :
< 80 mg/dl

Gangguan Vena : 2 jam Vena :


Toleransi Puasa 100 - 140 mg/dl PP 100 -140mg/dl
Glukosa Kapiler :
80 - 120 mg/dl Kapiler :
80 -200mg/dl

Vena > 140mg/dl 2 jam Vena


DM Puasa PP > 200mg/dl
Kapiler > 120mg/dl
Kapiler
> 200 mg/dl
URINE :
- Phisik : Warna,
Kekentalan,
Berat Jenis
Volume / 24 jam.
- Kimia : Ph;
Reduksi
- Sedimen : Leuko,
Eryth,
kristal.
- Benda Keton
• RADIO DIAGNOSTIK ;
- Thorak
- Angiographi
- USG abd. Ginjal, Mata dll.

• CARDIC STUDY
- EKG
- ECHO DLL.
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan
dengan penurunan metabolisme karbohidrat
akibat defisiensi insulin.
• Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotic dari hiperglikemia, poliuria,
berkurangnya intake cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi,
penurunan aktivitas/mobilisas.
• Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari
berhubungan dengan kelemahan akibat
penurunan produksi energi
• Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan atau elektrolit.
• Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
• Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi
energi metabolik.
• Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit
jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan pada orang lain.
• Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
“ DIABITUS MILLITUS TAK BISA DISEMBUHKAN
AKAN TETAPI BISA DIKENDALIKAN “
Tujuan tindakan keperawatan :
1. Menghilangkan keluhan dan gejala.
2. Mencegah komplikasi akut :
- Hipoglicemia
- KAD.
- HONK
3. Mencegah komplikasi kronis
4. Mengusahakan tercapainya Usia Harapan Hidup
( UHH ) yang sama dengan UHH non diabitika
4 pilar tindakan keperawatan :
Lebih berorientasi pada Edukasi.
Pilar ke 1. : Penjelasan tentang :

- Definisi DM,

- Filosofi DM.
4 pilar tindakan keperawatan :
Lebih berorientasi pada Edukasi.
Pilar ke 2. :
Pola makan dengan 3 J
a. Jadwal Makan,
b. Jenis Makanan,
c. Jumlah yang dimakan.
Perencanaan makan : 3 J
a. Jadwal makan :
Anjurkan Jadwal makan dengan
kedisiplinan waktu.
Pagi : jam 06. 00
Exstra : jam 10.00
Siang : Jam 12. 00
Extra : jam 16.00
Malam : Jam 18.00
b. Jenis Makanan :
Konsultasi : Dietist
- Hindari sumber karbohidrat yang dominan manis
Misal : Beras berkwalitas bagus, Gula.
- Ganti kebutuhan sumber karbohidrat dengan Nabati :
Misal : Sayur – sayuran :
Brokholi, Jipang baby, Buncis, Wortel dll.
Buah – buahan :
Melon, Water melon, Pepaya dll.
- Kurangi konsumsi buah yang sangat manis :
Misal : Sawo, Klengkeng dll.
- Jelaskan kebutuhan lemak dan protein
Usahakan lemak berasal dari sumber
asam lemak tidak jenuh (MUFA, Mono
Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi
PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan
asam lemak jenuh.
Kecuupan Jumlah kandungan serat,
diutamakan makanan yang mengandung
serat larut.
c. Jumlah Makanan :
Komposisi makanan yang seimbang :
- Karbohidrat : 60 - 70%,
- Protein : 10 - 15%,
- Lemak : 20 - 25%
Jumlah kalori sesuai dengan :
- Pertumbuhan,
- Status gizi, umur,
- Adanya stress akut
- Kegiatan jasmani
Jumlah makanan ssuai deengn kalori yang
dikeluarkan, agar supaya tercapainya dalam
mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi Jumlah Makanan
- Karbohidrat : 70 – 75 % masih
memberikan hasil yang
baik.
- Kolesterol : < 300 mg / hari.
- Berserat larut : ± 25 gr / hari.
Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai
Indeks Massa Tubuh (IMT) : Rumus Broca.
Metode penghitungan Indeks massa :
IMT = BB (kg) / TB(m2)
Klasifikasi IMT
- BB Kurang : < 18,5
- BB Normal : 18,5 – 22,9
- BB Lebih : > 23,0
- Dengan risiko : 23,0 – 24,9
- Obes I : 25,0 – 29,9
- Obes II : > 30
Metode penghitung kebutuhan kalori, dengan
Rumus Broca:
Berat Badan Idaman (BBI) = ( TB – 100) - 10%.
BB aktual x 100%/TB(cm) – 100.
Status gizi
- BB kurang bila : BB < 90% BBI
- BB normal bila : BB 90 – 110% BBI
- BB lebih bila : BB 110 – 120% BBI
- Gemuk bila : BB > 120% BBI
Manfaat Pola makan pada DM :
Klien DM type 2 yang mempunyai
pengelolaan pola makan ( diit ) baik,
condong 4 kali untuk berhasil
dibandingkan dengan yang tidak baik
Pilar ke 3. : 3 O
Pengeloaan pilar ini condong :
Menekan stressor
a. Olah Jiwa :
- Suport untuk lebih mendekatan dengan Tuhan.
- Hilangkan rasa keputusasaan diakrenakan
banyak batasan – batasan yang harus diataati.
- Berikan penjelasan tentang filosfi DM :
“ DM tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikendalikan “.
b. Olah SENI :
Anjurkan menyalurkan Hobby /
kesenangan kemampuan seni ang dimiliki.
Kegembiraan menambah semangat
kehidupan
c. Olah raga : Latihan Jasmani.
Kegiatan olah raga / latihan jasmani
secara teratur :
Waktu : 3 - 4 kali seminggu,
Waktu : 30 ‘.
Macam : - jalan / Jogging,
- Gowes,
- Berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran jasmani.
Metode / prinsip dalam latihan jasmani :
1. CRIPE :
- Continuous,
- Rhytmical,
- Interval,
- Progressive,
- Endurance training),
2. Rekeratif non Kompetitif.
Parameter :
- Sedapat mungkin Nadi mencapai 75 -85%
maksimal (220-usia)
- Sesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta.
Pilar ke 4 : Taat Therapi Medis
Prinsip : Ubah paradigma klien berhubungan dengan
fungsi obat yang dikonsumsi ( Pharmaco Kinetik
dan Pharmaco Dinamik ).
Th/ pada DM type : 1 : Insulin Dependen Diabites Millitus
( Tergantung Insulin ).
Insulin merupakan elemen utama kelangsungan
hidup penderita DM tipe-1.
Terapi insulin dengan injeksi, pertama kali
digunakan pada tahun 1922, berupa insulin regular,
diberikan sebelum makan dan ditambah sekali pada
malam hari.
Namun saat ini telah dikembangkan beberapa jenis
insulin yang memungkinkan pemberian insulin dalam
berbagai macam regimen.
Faktor – faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pengelolaan Insulin :
- Awitan,
- Puncak kerja,
- Lama kerja.
Faktor Respons klinis terhadap insulin tergantung pada :
• Umur individu,
• Tebal jaringan lemak,
• Status pubertas,
• Dosis insulin,
• Tempat injeksi,
• Kepekatan, jenis, dan campuran insulin,
• Suhu ruangan dan suhu tubuh,
• Latihan (exercise).
1. Obat Hipoglikemi Oral ( OHO ).
Berdasaran kerjanya OHO di bagi 3 golongan :
A. Pemicu sekresi Insulin :
Sulfonilurea : - Meningkatkan sekresi insulin
- Menstimuli penglepasan Insulin yang
tersimpan
Kontra Indikasi : - DM Type 1
- DM Gestasional
- Infeksi berat.
- Stress
Glinid : Merupakan obat generasi baru yang cara
kerjanya sama dengan sulfoniluria, dengan
meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan dieksresinsecara
cepat melalui hati.
B. Penambah sensisitivitas terhadap insulin :
Metformin : Terutama dipakai pada pasien DM gemuk
Obat ini mempunyai efek
- Utamana mengurangi produksi glukosa hati,
- Memperbaiki ambilan glukosa perifer,
Biquidid : - Menurunkan kadar glukosa tapi tak sampai
normal.
- ↑ jumlah reseptor Insulin
- Memperbaiki ambilan glukosa dari perifer.
Kontra indikasi :
- DM type 1,
- Gangguan funsi ginjal dan hepar,
- Penyakit paru dan jantung.
Tiazilidindion golongan baru.
Kontra Indikasi :
- Penyakit Payah Jantung
C. Penghambat Glukosaidase Alfa ( Acarbose )
Obat ini bekerja dengan mengurangi
absorbs glukosa di usus halus, sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar
glukosa darah sesudah makan.
Efek samping Acarbose :
- Hipoglikemi,
- Kembung dan flatulen
Kontra Indikasi :
- Penyakit Gagal Jantung.
- DM dengan Komplikasi akut.
2. Insulin : DM tipe 1
Indikasi
- DM dengan ↓BB cepat.
- KAD, Coma Hiperosmoler.
- DM dengan stress berat, Infeksi berat,
Operasi berat.
- DM Gastesional yang tak terkendali
- DM dengan OHO tak berhasil.
• Kontra Indikasi :
- Hipoglekemia
- Hiperglikemia Pagi.
- Lipidosrofi ( lekiuan atau lemak di sub
cutis akibat suntikan )
- Reaksi alergi terhadap insulin.
THANKS
A
LOT
Apakah MHC itu?. Bagi kita yang sedang belajar
imunologi tentu akan bertemu dengan istilah
MHC. Awal mula pengetahuan tentang Major
Histocompatibility Complex (MHC) / Human
Leucocyt Antigen (HLA) adalah dari pengamatan
reaksi penolakan.

Vous aimerez peut-être aussi