Vous êtes sur la page 1sur 18

KELOMPOK 6:

Andika Siswoaribowo NIM. 22020115410001


Heru Suwardianto NIM. 22020115410002
Latar Belakang
Perawat merupakan salah satu profesi dalam tenaga
kesehatan. Perawat dikelompokkan dalam tenaga
kesehatan berdasarkan (UU 36 Tahun 2014 tentang
tenaga kesehatan). UU 36 Tahun 2014 diasaskan
salahsatunya berdasarkan etika dan professional (pasal
6 d) dan perlindungan (pasal 6 i). Perawat gawat
darurat (Emergency nursing) jika tidak mengetahui
secara jelas aspek etik dan hukum maka dapat masuk
dalam area abu-abu (multidisiplin praktik), apabila
terjadi complain atau kerugian yang bermakna
terhadap klien, perawat dapat memiliki masalah
dengan hukum.
PERMASALAHAN
1. Pelaksanaan tindakan tidak
sesuai SPO
2. Kelengkapan inform consent
3. Melakukan tindakan diluar
wewenang
Tinjauan Pustaka
 Peraturan Menteri Kesehatan No.
36 Tahun 2014, tentang rahasia
dokter
 Kode etik Keperawatan (PPNI)
 UU 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan
 Kode Etik Perawat Gawat Darurat
 Peraturan MENKES RI No. HK.02.
02/MENKES/1481/1/2010 pada
BAB III tentang Penyelenggaraan
Praktik
 Kode Etik Keperawatan Menurut
International Council of Nurses
(ICN)
PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan tindakan perawat gawat darurat tidak sesuai
dengan SPO
 CONTOH KASUS
Rumah Sakit X sedang membutuhkan perawat di IGD,
sehingga Kabid Keperawatan merotasi perawat A ke
IGD. Suatu hari terdapat kejadian di IGD yaitu datang
seorang laki-laki berusia 45 tahun, keringat dingin,
pucat, kesadaran somnolen, EKG ST elevasi, Troponin
T 0,5 ng/mL memiliki riwayat PJK OMI, pasien saat di
IGD ternyata mengalami cardiac arrest. Perawat A
melakukan CPR, saat ada keluarga perawat bertanya
tentang keadaan pasien A, perawat A berhenti dan
menjelaskan keadaan pasien setelah menjelaskan
perawat A melakukan CPR kembali. CPR yang
dilakukan tidak sesuai dengan SPO, dan pasien tidak
dapat diselamatkan/meninggal.
 (Peraturan Menteri Kesehatan No. 36 Tahun 2014,
Tentang Rahasia Dokter, Pasal 1 (1))
 Perawat merupakan tenaga kesehatan sesuai dengan
klasifikasinya menurut undang-undaan dan telah melalui
berbagai proses pendidikan dan peningkatan keterampilan
dalam wewenangnya melakukan tindakan sesuai dengan
kompetensinya sebagai perawat.

 UU 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, Pasal 26


(1)
“Tenaga Kesehatan yang telah ditempatkan di fasilitas
pelayanan kesehatan wajib melaksanakan tugas sesuai
dengan kompetensi dan kewenanggannya.”
 UU 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan BAB IX Hak dan
Kewajiban Tenaga Kesehatan Pasal 58 (1,e) yaitu

”Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:memberikan


pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
profesi, standar operasional, dan etika profesi serta kebutuhan
kesehatan penerima pelayanan kesehatan;”

 UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan Pasal 37 (b, c) yang


berbunyi; Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan
berkewajiban:

b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik,


standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar
prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan;
c. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau
tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan
tingkat kompetensinya;
2. Kelengkapan Inform consent
 Contoh Kasus:
Seorang pasien datang ke IGD dengan
keluarganya dengan PJK OMI pasien sesak
napas keringat dingin, oleh dokter di
intruksikan pasien dirawat di ICU, sebelum
di bawa ke ICU pasien perlu dipasang infuse
dan dinjeksikan anitid 2 ampul, dan di
pasang kateter. Perawat A menjelaskan
keadaan pasien kepada keluarga dan pasien
bahwa pasien harus dibawa ke ICU, dan
pasien menyetujui dan menandatangani
inform consent, saat akan dipasang infuse
dan kateter pasien ketakutan dan marah-
marah karena tadi tidak dijelaskan.
UU 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan Pasal 58 yaitu:
(1) Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:
a. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan profesi, standar operasional,
dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan penerima
pelayanan kesehatan;
b. memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan
atau keluarganya atas tindakan yang diberikan;
c. menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan
kesehatan;
d. membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakuan; dan merujuk
pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai
UU 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan Pasal 68 yaitu:
(1) Setiap tindakan pelayanan kesehatan perseorangan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan harus mendapat persetujuan
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapat
penjelasan secara cukup dan patut.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup:
a. Tata cara tindakan pelayanan
b. Tujuan tindakan pelayanan yang dilakukan
c. Alternative tindakan lain;
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan, baik
secara tertulis maupun lisan.
(5) Setiap tenaga kesehatan yang mengandung resiko tinggi harus diberikan
dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan
UU No. 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan Pasal 38 yaitu:
 Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:
a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur
tentang tindakan Keperawatan yang akan
dilakukan;
b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga
kesehatan lainnya;
c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode
etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi,
standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan
Keperawatan yang akan diterimanya; dan
e. memperoleh keterjagaan rahasia kondisi kesehatannya.
3. Tindakan diluar Wewenang
 Contoh Kasus
Puskesmas Perawatan X yang memiliki IGD
dan pada sift malam hanya 2 perawat
yang jaga IGD. Pada suatu saat ada
seorang pasien datang dengan Cardiac
Arrest dan perlu dilakukan tindakan
segera dan dilakukan rujuk. Perawat
tersebut melakukan CPR, oksigen
saturasi tinggi, memasang infuse, dan
memberikan Digoksin PO, dan di
lakukan rujuk kerumah sakit terdekat.
UU No. 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan Pasal 30 ((1), g,h, j) yaitu:
Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan
Keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan,
Perawat berwenang:
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat
darurat sesuai dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan
berkolaborasi dengan dokter;
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat
kepada Klien sesuai dengan resep tenaga medis atau
obat bebas dan obat bebas terbatas.
UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan Pasal 32 yaitu
(1) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
ayat (1) huruf e hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada Perawat untuk
melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya.
(2) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara delegatif atau
mandat.
(3) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medis diberikan oleh tenaga
medis kepada Perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
(4) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat diberikan
kepada Perawat profesi atau Perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang
diperlukan.
(5) Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat untuk melakukan
sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan.
(6) Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang mandat sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) berada pada pemberi pelimpahan wewenang.
(7) Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perawat berwenang
: a. melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas pelimpahan wewenang delegatif
tenaga medis;
b. melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan wewenang mandat; dan
c. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program Pemerintah
UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan Pasal 33 yaitu
(1) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat 1 huruf f merupakan penugasan Pemerintah yang
dilaksanakan pada keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga
kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat bertugas.
(2) Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di
suatu wilayah tempat Perawat bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan setempat.
(3) Pelaksanaan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan kompetensi
Perawat.
(4) Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:
a. melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat
tenaga medis;
b. merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan
c. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak
terdapat tenaga kefarmasian.
UU No. 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan Pasal 35 berbunyi;
(1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan
pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis
dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan
mencegah kecacatan lebih lanjut.
(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau
kecacatan Klien.
(4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.
SIMPULAN
 Keperawatan merupakan salah satu profesi (penetahuan,
kompetensi, teregistrasi, terstandart)satu aturan yang mengatur
hubungan dengan perawat dan pasien adalah etika.
 Melakukan tindakan harus sesuai dengan prosedurMemberikan
inform consent (aspek legal) dalam tindakakan dengan
sebelumnya memberikan penjelasan yang cukup
 Pelimpahan wewenang terdokumentasidalam situasi yang
terbatas, keadaan gawat darurat perawat dapat melakukan
tindakan diluar wewenang (tindakan medis dan kefarmasian)
Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu
profesi dpaat diperkuat karena setiap klien mempunyai
kepastian bahwa kepentinganya akan terjamin.

Vous aimerez peut-être aussi