Vous êtes sur la page 1sur 27

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN KATARAK

OLEH
ASTUTI DWI J (1602090)
DHEA BRILIAN P (1602095)
KUSUMA ARUM M (1602113)
1. PENGERTIAN KATARAK
2. ETIOLOGI KATARAK
3. PATOFISIOLOGI KATARAK
4. PATHWAY KATARAK
5. GEJALA KLINIS KATARAK

MATERI 6. DERAJAT KATARAK


7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PEMBAHASAN
KATARAK
8. PENATALAKSANAAN
KATARAK
9. KOMPLIKASI KATARAK 1. PENGKAJIAN
10. KONSEP ASUHAN 2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN 3. INTERVENSI KEP
PENGERTIAN

Ilyas ( 2009 ) mendefinisikan Katarak adalah setiap keadaan


kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau
terjadi akibat kedua – duanya.

Iwan ( 2009 ) mengatakan katarak merupakan suatu


keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal
lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
ETIOLOGI

Katarak kongenital
Penyebabnya adalah hereditas, infeksi, obat – obatan, radiasi, kelainan metabolik,
trauma persalinan, malnutrisi, kongenital anomali, idiopatik.

Katarak senilis
Penyebabnya adalah usia yang semakin tua, dehidrasi, penyakit sistemik,
merokok, stress oksidatif dan kekurangan nutrisi.

Katarak karena trauma


Penyebabnya adalah kerusakan pada kapsul lensa mata dan masuknya benda
asing.
LANJUTAN,,,

Katarak komplikasi
Penyebabnya adalah komplikasi dari inflamasi kronis dan penyakit mata
degeneratif.

Katarak karena toksik metabolik


Penyebabnya adalah kelainan metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemia dan
beberapa obat (steroid, NSAID).

Katarak karena radiasi


Penyebabnya adalah sinar infrared, sinar X dan sinar ultraviolet.
PATOFISIOLOGI
KATARAK

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
bentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transpotasi, perubahan pada serabut halus
multipel ( zunula ) yang memanjang dibadan selier kesekitar daerah diluar lensa
misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan
menghambat jalan cahaya keretina.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang


berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat –
obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu lama
PATHWAY KATARAK
GEJALA KLINIS
KATARAK

1. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur


oleh lensa yang keruh.
2. Penglihatan akan berkurang secara perlahan.
3. Pada pupil terdapat bercak putih.
4. Bertambah tebal nucleus dengan
perkembangnya lapisan korteks lensa.
5. Penglihatan kabur.
6. Rasa nyeri pada mata
Derajat 1
Biasanya visus masih lebih baik dari 6/12

Derajat 2
Biasanya visus antara 6/12 – 6/30

DERAJAT Derajat 3
Biasanya visus antara 6/30 – 3/60
KATARAK

Derajat 4
Biasanya visus antara 3/60 – 1/60

Derajat 5
Biasanya visus hanya 1/60 atau lebih
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
KATARAK

1. Kartu mata snellen/mesin 8. EKG.

telebinokuler. 9. Tes toleransi glukosa.

2. Lapang Penglihatan. 10.Keratometri.

3. Pengukuran Tonografi : TIO 11.Pemeriksaan lampu slit.

(12 – 25 mmHg). 12. A – scan ultrasound

4. Pengukuran Gonioskopi. (echography).

5. Tes Provokatif. 13.Penghitungan sel endotel.

6. Oftalmoskopi. 14.USG mata

7. Darah lengkap, LED


PENATALAKSANAAN KATARAK

Operasi
Menggunakan : kacamata, lensa
pembesar, cahaya yang lebih
terang, atau kacamata yang dapat
meredamkan cahaya ICCE ECCE
VIDEO
F:\eec phaco.mp4
F:\icce.mp4
KOMPLIKASI KATARAK

Glaucoma

Kerusakan Retina

Infeksi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KATARAK
PENGKAJIAN

1. Anamnesis
a. Keluhan Umum
1) Umur katarak terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada lanjut usia.
2) Riwayat trauma, trauma tumpul atau tidak tembus dp merusak kapsul
lensa.
3) Riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia
atau terpapar sinar radioaktif atau sinar X.
4) Riwayat penyakit misalnya penyakit mata yang lain dan penyakit
sistemik.
5) Riwayat penggunaan obat – obatan
LANJUTAN,,,

b. Pola Fungsi

1) Aktivitas dan istirahat

2) Makanan dan cairan

3) Neurosensori

4) Peningkatan air mata


2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Visus

Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk


mengidentifikasi simbol – simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih
dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang
bervariasi.
V=d/D

Keterangan :
V = ketajaman penglihatan (visus)
d = jarak yang dilihat oleh penderita
D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal

Contoh :
Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
b. Pemeriksaan Lensa
1) Klien mengeluh penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.
2) Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
3) Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau
tampak kekuningan.
4) Jika klien mengalami kekeruhan sentral klien mungkin mengeluhkan
dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang pada saat
dilatasi klien dapat melihat dari sekeliling kekeruhan.
5) Kaji visus, terdapat penurunan significant.
6) Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada
katarak lanjut terdapat area putih keabu – abuan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan bd penurunan ketajaman

penglihatan.

2. Risiko cidera bd peningkatan TIO.

3. Nyeri akut bd luka pasca operasi.

4. Risko infeksi bd prosedur invasif ( bedah )

5. Ansietas bd kurang pemahaman mengenai perawatan pasca operasi.


INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ketajaman penglihatan klien. 1. Mengidentifikasi kemampuan
sensori penglihatan keperawatatan selama 3 x 24 jam 2. Identifikasi alternatif untuk visual klien.
bd penurunan diharapkan klien tidak mengalami optimalisasi sumber rangsangan. 2. Memberikan keakuratan
ketajaman gangguan persepsi sensori. Dengan 3. Sesuaikan lingkungan untuk penglihatan dan
penglihatan kriteria hasil : optimalisasi penglihatan : perawatannya.
1. Dengan penglihatan yang terbatas a. Orientasi klien terhadap ruang 3. Meningkatkan kemampuan
klien mampu melihat lingkungan rawat. persepsi sensori.
semaksimal mungkin. b. Letakkan alat yang sering 4. Meningkatkan kemampuan
2. Mengenal perubahan stimulus yang digunakan didekat klien atau pada respon terhadap stimulus
positif dan negatif. sisi mata yang lebih sehat. lingkungan.
3. Mengidentifikasi kebiasaan c. Berikan pencahayaaan yang cukup.
lingkungan. d. Letakkan alat ditempat yang tetap.
4. Klien mengidentifikasi faktor – e. Hidari cahaya menyilaukan
faktor yang memengaruhi fungsi 4. Anjurkan penggunaan alternatif
penglihatan. rangsang lingkungan yang dapat
5. Klien mengidentifikasi dan diterima : Auditorik, taktil.
menunjukkan pola – pola alternatif
untuk meningkatksan penerimaan
rangsangan penglihatan.
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

Risiko cidera bd Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan tentang rasa sakit, 1. Meningkatkan kerja sama
peningkatan TIO keperawatan selama 3 x 24 pembatasan aktivitas dan dan pembatasan yang
jam diharapkan pasien tidak diperlukan.
pembalutan mata.
mengalami cidera. Dengan
2. Tempatkan pasien pada 2. Istirahat mutlak diberikan
kriteria hasil :
hanya beberapa menit
1. Menunjukkan perubahan tempat tidur yang lebih
hingga satu atau dua jam
perilaku, pola hidup untuk rendah dan anjurkan untuk
pascaoperasi atau satu
menurunkan faktor resiko membatasi pergerakan
malam jika ada komplikasi.
dan untuk melindungi diri mendadak/tiba – tiba serta
3. Mencegah atau menurunkan
dari cedera.
menggerakkan kepala
2. Mengubah lingkungan risiko komplikasi cidera.
berlebih.
sesuai indikasi untuk
3. Bantu aktivitas selama fase
meningkatkan keamanan.
3. Klien menyebutkan faktor istirahat.
yang menyebabkan cidera.
4. Klien tidak melakukan
aktivitas yang
meningkatkan risiko cidera.
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

Nyeri akut bd Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien dalam 1. Membantu pasien menemukan
keperawatan selama 3 x 24 mengidentifikasi tindakan tindakan yang dapat
luka pasca
jam diharapkan nyeri penghilangan nyeri yang menghilangkan atau
operasi berkurang. Dengan kriteria efektif. mengurangi nyeri yang
hasil : 2. Jelaskan bahwa nyeri dapat efektif.
1. Nyeri berkurang, skala terjadi sampai beberapa jam 2. Nyeri dapat terjadi sampai
nyeri ringan. setelah pembedahan. anestesi local habis,
2. Klien tidak menunjukkan 3. Lakukan tindakan memahami hal ini dapat
perilaku distraksi. mengurangi nyeri dengan membantu mengurangi
3. Klien tidak tampak cara : kecemasan yang berhubungan
meringis. a. Posisi : tinggikan bagian dengan yang tidak
4. Klien tampak rileks kepala tempat tidur, ganti diperkirakan.
posisi dan tidur, ganti posisi 3. Latihan nyeri dengan
dan tidur pada sisi yang menggunakan tindakan non
tidak dioperasi. farmakologi memungkinkan
b. Distraksi. klien untuk memperoleh rasa
c. Latihan relaksasi kontrol terhadap nyeri.
4. Berikan obat analgetik 4. Analgesik dapat menghambat
sesuai progam. reseptor nyeri.
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan 1. Tingkatkan penyembuhan luka dengan: 1. Nutrisi dan hidrasi yang optimal
Resiko infeksi
a. Beri dorongan untuk mengikuti diet
meningkatkan kesehatan secara
berhubungan tindakan keperawatan seimbang dan asupan cairan yang
adekuat. keseluruhan, meningkatkan
dengan prosedur selama 3x24 jam b. Instrusikan klien untuk tetap menutup penyembuhan luka pembedahan.
diharapkan tidak terjadi mata sampai hari pertama setelah operasi
invasif(bedah atau sampai diberitahukan. 2. Tehnik aseptik meminimalkan masuknya
infeksi dengan kriteria 2. Gunakan teknik aseptic untuk meneteskan mikroorganisme dan mengurangi infeksi.
pengangkatan)
tetes mata:
Hasil: 3. Tehnik aseptik menurunkan risiko
a. Cuci tangan sebelum memulai pegang alat
1. Tanda-tanda infeksi penetes agak jauh dari mata. penyebaran infeksi/bakteri dan
b. Ketika meneteskan hindari kontak antara kontaminasi silang.
tidak terjadi mata dengan tetesan dan alat penetes.
4. Mencegah kontaminasi dan kerusakan
2. Penyembuhan luka 3. Gunakan teknik aseptic untuk
membersihkan mata dari dalam keluar dengan sisi operasi.
dalam rentang tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti 5. Deteksi dini infeksi memungkinkan
balutan dan memasukkan lensa bila
waktu minimal menggunakan. penanganan yang cepat untuk
4. Tekankan pentingnya tidak atau meminimalakan keseriusan infeksi.
menggaruk mata yang dioperasi..
6. Ketegangan pada jahitan dapat
5. Observasi tanda dan gejala infeksi seperti:
kemerahan, kelopak mata menimbulkan interupsi, menciptakan jala
bengkak,drainase purulen, infeksi masuk untuk mikroorganisme. Sediaan
konjunctiva (pembuluh darah menonjol),
topical di gunakan secara profilaksis,
atau peningkatan suhu..
6. Anjurkan untuk memecah ketegangan dimana terapi lebih agresif diperlukan
pada jahitan dengan cara: bila terjadi infeksi menurunkan
a. menggunakan kaca mata protektif dan
pelindung mata pada malam hari. inflamasi.
b,. Kolaborasi obat sesuai indikasi :
Antibiotika (topical, parental, atau sub
conjunctiva)
Steroid
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

Ansietas bd kurang Setelah melakukan 1. Ajarkan penurunan 1. Meminimalkan ke

pemahaman mengenai tindakan keperawatan ansietas khawatiran dan


ketakutan terhadap
perawatan pasca selam 3 x 24 jam 2. Ajarkan tehnik
penyakit yang di derita.
operasi. diharapkan pasien tidak menenangkan diri
2. Dengan tehnik
cemas lagi. Dengan 3. Ajarkan peningkatan
menenangkan diri
kriteria hasil : koping dapat meredakan
1. Klien kecemasan pada
mengungkapkan pasien.

kecemasan hilang 3. Dapat membantu


pasien untuk
atau minimal.
beradaptasi dengan
2. Klien berpartisipasi
persepsi stresor dan
dalam persiapan
perubahan yang
operasi menghambat
3. Pasien tidak tampak pemenuhan tuntutan
cemas. dan peran hidup.
TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Vous aimerez peut-être aussi