Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DENGAN KATARAK
OLEH
ASTUTI DWI J (1602090)
DHEA BRILIAN P (1602095)
KUSUMA ARUM M (1602113)
1. PENGERTIAN KATARAK
2. ETIOLOGI KATARAK
3. PATOFISIOLOGI KATARAK
4. PATHWAY KATARAK
5. GEJALA KLINIS KATARAK
Katarak kongenital
Penyebabnya adalah hereditas, infeksi, obat – obatan, radiasi, kelainan metabolik,
trauma persalinan, malnutrisi, kongenital anomali, idiopatik.
Katarak senilis
Penyebabnya adalah usia yang semakin tua, dehidrasi, penyakit sistemik,
merokok, stress oksidatif dan kekurangan nutrisi.
Katarak komplikasi
Penyebabnya adalah komplikasi dari inflamasi kronis dan penyakit mata
degeneratif.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
bentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transpotasi, perubahan pada serabut halus
multipel ( zunula ) yang memanjang dibadan selier kesekitar daerah diluar lensa
misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan
menghambat jalan cahaya keretina.
Derajat 2
Biasanya visus antara 6/12 – 6/30
DERAJAT Derajat 3
Biasanya visus antara 6/30 – 3/60
KATARAK
Derajat 4
Biasanya visus antara 3/60 – 1/60
Derajat 5
Biasanya visus hanya 1/60 atau lebih
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
KATARAK
Operasi
Menggunakan : kacamata, lensa
pembesar, cahaya yang lebih
terang, atau kacamata yang dapat
meredamkan cahaya ICCE ECCE
VIDEO
F:\eec phaco.mp4
F:\icce.mp4
KOMPLIKASI KATARAK
Glaucoma
Kerusakan Retina
Infeksi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KATARAK
PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Keluhan Umum
1) Umur katarak terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada lanjut usia.
2) Riwayat trauma, trauma tumpul atau tidak tembus dp merusak kapsul
lensa.
3) Riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia
atau terpapar sinar radioaktif atau sinar X.
4) Riwayat penyakit misalnya penyakit mata yang lain dan penyakit
sistemik.
5) Riwayat penggunaan obat – obatan
LANJUTAN,,,
b. Pola Fungsi
3) Neurosensori
Keterangan :
V = ketajaman penglihatan (visus)
d = jarak yang dilihat oleh penderita
D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Contoh :
Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
b. Pemeriksaan Lensa
1) Klien mengeluh penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.
2) Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
3) Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau
tampak kekuningan.
4) Jika klien mengalami kekeruhan sentral klien mungkin mengeluhkan
dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang pada saat
dilatasi klien dapat melihat dari sekeliling kekeruhan.
5) Kaji visus, terdapat penurunan significant.
6) Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada
katarak lanjut terdapat area putih keabu – abuan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
penglihatan.
Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ketajaman penglihatan klien. 1. Mengidentifikasi kemampuan
sensori penglihatan keperawatatan selama 3 x 24 jam 2. Identifikasi alternatif untuk visual klien.
bd penurunan diharapkan klien tidak mengalami optimalisasi sumber rangsangan. 2. Memberikan keakuratan
ketajaman gangguan persepsi sensori. Dengan 3. Sesuaikan lingkungan untuk penglihatan dan
penglihatan kriteria hasil : optimalisasi penglihatan : perawatannya.
1. Dengan penglihatan yang terbatas a. Orientasi klien terhadap ruang 3. Meningkatkan kemampuan
klien mampu melihat lingkungan rawat. persepsi sensori.
semaksimal mungkin. b. Letakkan alat yang sering 4. Meningkatkan kemampuan
2. Mengenal perubahan stimulus yang digunakan didekat klien atau pada respon terhadap stimulus
positif dan negatif. sisi mata yang lebih sehat. lingkungan.
3. Mengidentifikasi kebiasaan c. Berikan pencahayaaan yang cukup.
lingkungan. d. Letakkan alat ditempat yang tetap.
4. Klien mengidentifikasi faktor – e. Hidari cahaya menyilaukan
faktor yang memengaruhi fungsi 4. Anjurkan penggunaan alternatif
penglihatan. rangsang lingkungan yang dapat
5. Klien mengidentifikasi dan diterima : Auditorik, taktil.
menunjukkan pola – pola alternatif
untuk meningkatksan penerimaan
rangsangan penglihatan.
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
Risiko cidera bd Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan tentang rasa sakit, 1. Meningkatkan kerja sama
peningkatan TIO keperawatan selama 3 x 24 pembatasan aktivitas dan dan pembatasan yang
jam diharapkan pasien tidak diperlukan.
pembalutan mata.
mengalami cidera. Dengan
2. Tempatkan pasien pada 2. Istirahat mutlak diberikan
kriteria hasil :
hanya beberapa menit
1. Menunjukkan perubahan tempat tidur yang lebih
hingga satu atau dua jam
perilaku, pola hidup untuk rendah dan anjurkan untuk
pascaoperasi atau satu
menurunkan faktor resiko membatasi pergerakan
malam jika ada komplikasi.
dan untuk melindungi diri mendadak/tiba – tiba serta
3. Mencegah atau menurunkan
dari cedera.
menggerakkan kepala
2. Mengubah lingkungan risiko komplikasi cidera.
berlebih.
sesuai indikasi untuk
3. Bantu aktivitas selama fase
meningkatkan keamanan.
3. Klien menyebutkan faktor istirahat.
yang menyebabkan cidera.
4. Klien tidak melakukan
aktivitas yang
meningkatkan risiko cidera.
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
Nyeri akut bd Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien dalam 1. Membantu pasien menemukan
keperawatan selama 3 x 24 mengidentifikasi tindakan tindakan yang dapat
luka pasca
jam diharapkan nyeri penghilangan nyeri yang menghilangkan atau
operasi berkurang. Dengan kriteria efektif. mengurangi nyeri yang
hasil : 2. Jelaskan bahwa nyeri dapat efektif.
1. Nyeri berkurang, skala terjadi sampai beberapa jam 2. Nyeri dapat terjadi sampai
nyeri ringan. setelah pembedahan. anestesi local habis,
2. Klien tidak menunjukkan 3. Lakukan tindakan memahami hal ini dapat
perilaku distraksi. mengurangi nyeri dengan membantu mengurangi
3. Klien tidak tampak cara : kecemasan yang berhubungan
meringis. a. Posisi : tinggikan bagian dengan yang tidak
4. Klien tampak rileks kepala tempat tidur, ganti diperkirakan.
posisi dan tidur, ganti posisi 3. Latihan nyeri dengan
dan tidur pada sisi yang menggunakan tindakan non
tidak dioperasi. farmakologi memungkinkan
b. Distraksi. klien untuk memperoleh rasa
c. Latihan relaksasi kontrol terhadap nyeri.
4. Berikan obat analgetik 4. Analgesik dapat menghambat
sesuai progam. reseptor nyeri.
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan 1. Tingkatkan penyembuhan luka dengan: 1. Nutrisi dan hidrasi yang optimal
Resiko infeksi
a. Beri dorongan untuk mengikuti diet
meningkatkan kesehatan secara
berhubungan tindakan keperawatan seimbang dan asupan cairan yang
adekuat. keseluruhan, meningkatkan
dengan prosedur selama 3x24 jam b. Instrusikan klien untuk tetap menutup penyembuhan luka pembedahan.
diharapkan tidak terjadi mata sampai hari pertama setelah operasi
invasif(bedah atau sampai diberitahukan. 2. Tehnik aseptik meminimalkan masuknya
infeksi dengan kriteria 2. Gunakan teknik aseptic untuk meneteskan mikroorganisme dan mengurangi infeksi.
pengangkatan)
tetes mata:
Hasil: 3. Tehnik aseptik menurunkan risiko
a. Cuci tangan sebelum memulai pegang alat
1. Tanda-tanda infeksi penetes agak jauh dari mata. penyebaran infeksi/bakteri dan
b. Ketika meneteskan hindari kontak antara kontaminasi silang.
tidak terjadi mata dengan tetesan dan alat penetes.
4. Mencegah kontaminasi dan kerusakan
2. Penyembuhan luka 3. Gunakan teknik aseptic untuk
membersihkan mata dari dalam keluar dengan sisi operasi.
dalam rentang tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti 5. Deteksi dini infeksi memungkinkan
balutan dan memasukkan lensa bila
waktu minimal menggunakan. penanganan yang cepat untuk
4. Tekankan pentingnya tidak atau meminimalakan keseriusan infeksi.
menggaruk mata yang dioperasi..
6. Ketegangan pada jahitan dapat
5. Observasi tanda dan gejala infeksi seperti:
kemerahan, kelopak mata menimbulkan interupsi, menciptakan jala
bengkak,drainase purulen, infeksi masuk untuk mikroorganisme. Sediaan
konjunctiva (pembuluh darah menonjol),
topical di gunakan secara profilaksis,
atau peningkatan suhu..
6. Anjurkan untuk memecah ketegangan dimana terapi lebih agresif diperlukan
pada jahitan dengan cara: bila terjadi infeksi menurunkan
a. menggunakan kaca mata protektif dan
pelindung mata pada malam hari. inflamasi.
b,. Kolaborasi obat sesuai indikasi :
Antibiotika (topical, parental, atau sub
conjunctiva)
Steroid
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL