Vous êtes sur la page 1sur 37

Laporan Kasus

Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)


Pembimbing
dr Dhevariza, Sp.OT

Disusun Oleh :
Saefanius Ovalinsky
112016092
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. NS
• Usia : 1 th 5 bulan
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : KP Bojong Kemang
Anamesis
• Alloanamnesis (Ibu pasien) dilakukan pada tanggal 15
Mei 2018
• Keluhan utama : kedua kaki anaknya bengkok ke arah
dalam sejak lahir
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
• Pasien dibawa orang tuanya ke poli orthopedi RSUD
Ciawi dengan keluhan kedua kaki bengkok ke arah
dalam. Orang tua pasien mengaku hal ini sudah
dialami pasien semenjak lahir. Ibu pasien
menceritakan bahwa bengkok hanya di bagian
tungkai bawah. Pasien saat ini sudah bisa berjalan,
beralaskan mata kakinya.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


- Dikeluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang
sama dengan yang dialami pasien

Riwayat Trauma
- Tidak ada
• Riwayat Kehamilan
• Kehamilan selama 9 bulan, selama pasien dalam
kandungan ,ibu pasien rajin memeriksakan
kandungannya ke bidan setiap bulan, ibu pasien tidak
terdapat riwayat merokok atau mengkonsumsi alkohol.
Riwayat penyakit ibu saat hamil tidak ada, kelainan
selama kehamilan tidak ada. Ibu pasien mengaku
tidak pernah terjatuh ataupun mengalami benturan di
daerah perut selama masa kehamilan.
• Riwayat Persalinan
• Cara lahir : Melalui per vaginal / lahir spontan
• Ditolong oleh : Bidan
• BB/PB lahir : 3,2 Kg / 50 cm
• Pasien anak ke 1 dari 0 saudara
• Tumbuh Kembang Anak
• Lahir : Menangis
• 0 - 3 Bulan : Belajar mengangkat kepala
• 3 - 6 Bulan : Berusaha meraih benda-benda
• 6 - 9 Bulan : Tengkurap dan berbalik sendiri
• 9 - 12 Bulan : Belajar berdiri
• 12 – Sekarang : Berjalan tanpa dituntun
• Kesan : perkembangan baik
PEMERIKSAAN FISIK
• KU : TSS
• Kesadaran : Compos mentis GCS : 15
• Tanda Tanda Vital :
Suhu : 37,1 ͦC
TD :-
Nadi : 140 x/menit
Pernapasan : 32x/menit
• Status Gizi : BB 7,5 kg TB 80 cm
STATUS UMUM
• Kepala : Normochepal, tidak teraba benjolan, tidak ada
kelainan dikulit kepala
• Rambut : Hitam, tampak terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut
• Mata : Kedudukan bola mata simetris, edema periorbital (-/-),
conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor, reflex cahaya(+/+)
• Hidung : Bentuk normal, simetris, sekret (+/+)
• Telinga : Bentuk dan ukuran normal, liang telinga lapang, secret
(-/-),serumen (-/-), nyeri tekan aurikel (-/-), nyeritekan
tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
• Mulut : Bibir kering, lidah kotor (-), faring hiperemis (-),
tonsil T1/T1 hiperemis (-)
• Leher: Simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
• Thorax :
• Cor :
• Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V Linea mid
clavicularis sinistra
• Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Perkusi : Batas jantung atas : ICS II parasternalis sinistra
Batas Jantung kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas Jantung kiri : ICS V Mid Clavicularis Sinistra
• Pulmo :
• Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris kanan-kiri
saat inspirasi dan ekspirasi
• Palpasi : stem fremitus dextra = sinistra
• Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, batas paru
hepar ICS V
• Auskultasi : suara napas vesikuler di seluruh lapang paru,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Abdomen :
• Inspeksi : Perut tampak buncit
• Auskultasi : BU (+) normal
• Palplasi : Supel, nyeri tekan (-)
• Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen,
pekak hepar (+)
STATUS LOKALIS
• a/r pedis dextra sinistra:
• Look : Tampak deformitas equinus (+), varus (+),
warna sama dengan kulit sekitar, luka (-), oedem (-),
shortening (+), angulasi medial (+)
• Feel : Nyeri tekan (-), suhu sama dengan suhu tubuh,
krepitasi (-), sensibilitas (-), pulsasi dorsalis pedis (+), crt
< 2 dtk
• Move : tidak dapat dieversi, nyeri saat di gerakkan (-)
PEMERIKSAAN
EKSREMITAS

Motorik Superior Inferior

Gerak +/+ +/+

Kekuatan 5/5 5/5

Sensibilitas +/+ +/+

Reflek Patologis -/- -/-

Edema -/- -/-


Pemeriksaan Penunjang
• Rongen pedis AP Lat
DIAGNOSA
• Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)
PENATALAKSANAAN

• Ponseti cast
• Metode french functional
PROGNOSIS
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
CONGENITAL TALIPES EQUINO
VARUS (CTEV) / CLUBFOOT
• 1-2 kasus dalam 1000 kelahiran hidup dan 50% diantaranya
menyerang kedua kaki (bilateral).

• Talipes  Talus  berarti ankle (mata kaki) dan Pes  kelainan


pada kaki sehingga mengakibatkan penderita berjalan menggunakan
mata kakinya, sedangkan
• Equino berarti kuda, Varus  bengkok kedalam. Jadi pada
penderita dengan CTEV, memiliki 3 kondisi medis, yakni:

• Kaki depan tertarik kedalam (adduction)


• sehingga telapak kaki menghadap ke atas (supination)
• Tumit kedalam (inversion)
• Pergelangan kaki atau ankle dalam
keadaan bengkok ke dalam (plantar flexion).
BEBERAPA KELAINAN DARI MATA
KAKI (TALIPES) ADALAH:
• Talipes Varus: inversi atau membengkok ke dalam
• Talipes Valgus: eversi atau membengkok ke luar
• Talipes Equinus: plantar fleksi dimana jari-jari lebih
rendah daripada tumit.
• Talipes Calcaneus: dorsofleksi dimana jari-jari lebih
tinggi daripada tumit.
ETIOLOGI
1. Mekanik
• Teori tertua oleh Hippocrates : posisi equinovarus kaki fetus
disebabkan oleh tekanan mekanik eksternal. kondisi lingkungan
prenatal yang cenderung membuat uterus terlalu penuh, seperti
kembar, janin besar, primipara, hydramnion dan
oligohidramnion. T
2. Environmental
• Browne (1936) : teori peningkatan tekanan intrauterin yang
menyebabkan imobilisasi ekstremitas sehingga menyebabkan
deformitas. Teori lain adalah perubahan ukuran uterus atau
karena bentuk, seperti misalnya terdapat lekukan pada
konveksitas uterus dan oligohydramnion.
• Karena obat-obatan, seperti yang sering ditemukan pada
‘thalidomide baby’
3. Herediter
• Wynne-Davies (1964) meneliti lebih dari 100 penderita dan
generasi pertamanya. Didapatkan hasil bahwa deformitas
tersebut terjadi pada 2,9% saudara kandung. Sedangkan pada
populasi umum terdapat 1 : 1000 kelahiran.
• Idelberger meneliti pada anak kembar dan mendapatkan
angka 32,5% penderita CTEV pada kembar monozygotik dan
2,9% pada dizygotik. Angka terakhir sama seperti insiden pada
saudara kandung bukan kembar.
ETIOLOGI
4. Idiopatik
• Böhm menyatakan teori terhambatnya perkembangan embrio.
Kaki embrio normal saat usia 5 minggu kehamilan dalam posisi
equinovarus, jika terjadi terhambatnya perkembangan kaki pada
salah satu fase fisiologis dalam kehidupan embrio, maka
deformitas ini akan persisten hingga kelahiran.
• 4 fase dalam evolusi kaki manusia prenatal, yaitu:
• Fase I (Bulan ke-2): bentuk kaki dalam posisi equinus berat
(plantarfleksi ± 90º). Dan adduksi hind dan forefoot yang berat.
• Fase II (Awal bulan ke-3): kaki berotasi ke posisi supinasi, tetapi
tetap plantarfleksi 90º, adduksi metatarsal.
• Fase III (Pertengahan bulan ke-3): Inklinasi equinus berkurang
menjadi derajat ringan, posisi supinasi dan varus metatarsal tetap.
• Fase IV (Awal bulan ke-4): Kaki dalam posisi midsupinasi dan
varus metatarsal yang ringan. Pada fase ini, secara bertahap,
bidang kaki dan tungkai bawah mulai tampak dalam posisi seperti
kaki dewasa.
ETIOLOGI
5. Defek neuromuskular dan tulang prenatal
• Gangguan anatomik intrisik pada sendi talocalcaneus dan
pada inervasi m. peroneus karena perubahan segmental
medula spinalis.
• Displasia tulang primer dan defek kartilago pada embrio 5-6
minggu.
• Defek benih plasma primer
• Insersi tendon yang abnormal dan displasia m. peroneus
MANIFESTASI KLINIS
• Kaki dapat berputar ke sisi dalam sehingga punggung
kaki terletak di telapak kaki.
• Apabila mengenai kedua kaki, maka nampak kedua
telapak kaki saling berhadapan.
• Kaki yang terkena terlihat lebih pendek dibandingkan
kaki yang sehat.
• CTEV tidak menyebabkan nyeri. Namun apabila tidak
ditangani, CTEV dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan dan kecacatan sejak masa kanak-
kanak.
• Atrofi otot betis
MANIFESTASI KLINIS
• Posisi equinus disebabkan oleh kontraktur dari otot-otot
sebagai berikut:
• Gastrocnemius
• Soleus
• Tibialis posterior
• Fleksor hallucis longus
• Fleksor digitorum longus
• Sedangkan posisi varus disebabkan oleh kontraktur
pada otot-otot sebagai berikut:
• Tibialis anterior dan posterior
• Fleksor hallucis longus
• Fleksor digitorum longus
• Ligamentum deltoid
• Otot-otot kecil sisi medial kaki
PEMERIKSAAN
KLINIS
KLASIFIKASI
1. Tipe ekstrinsik/fleksibel
• tipe konvensional /tipe postural
• respon terhadap terapi konservatif.
• Kaki dalam posisi equinoverus akan tetap fleksibel dan mudah
di koreksi dengan tekanan manual.
• postur intrauterin. pemendekan jaringan lunak yang berat(-).
tumit normal dan lipatan kulit sisi luar pergelangan kaki.
2. Tipe intrinsik/rigid
• insiden kurang lebih 40% deformitas.
• kasus resisten, kurang respon terhadap terapi konservatif,
kambuh lagi dengan cepat.
• betis yang kurus, tumit kecil dan tinggi, kaki lebih kaku
• deformitas dapat dikoreksi sebagian atau sedikit dengan
tekanan manual
• tulang abnormal tampak waktu dilahirkan. Tampak lipatan kulit
di sisi medial kaki
KLASIFIKASI PRIANI
PARAMETER PRIANI
TATA LAKSANA
• Tindakan Non Bedah
Metode Ponseti,
• kaki diregangkan dan dipasang cast/gips sepanjang lutut.
• Setiap minggu, ahli Ortopedi dievaluasi ulang
• Setelah 3-5x pemasangan cast, maka kaki dalam posisi lurus
namun tendon achiles akan memendek,  pembedahan.
• pemasangan cast terakhir selama 3 minggu dan terakhir dibuka
dan dipasang brace selama 3 bulan setiap malam selama 2
tahun.
• Metode French functional
• meliputi peregangan, latiham, pemijatan, dan imobilisasi
kaki menggunakan perban non elastis.
• oleh terapis selama 3 bulan pertama dan saat
bersamaan pula orangtua juga diberikan pelatihan
untuk melakukan hal yang sama di rumah.
• sampai anak berusia 2 tahun
FRENCH METHOD
TATALAKSANA
• B. Tindakan Bedah
• Pembedahan dilakukan guna memperbaiki tendon, ligamen dan
sendi pada kaki atau engkel. Dilakukan saat pasien berusia 9-12
tahun. Setelah operasi masih tetap dipasang cast seiring dengan
proses penyembuhan dan juga sepatu atau brace selama
beberapa tahun pasca operasi.

• C. Tanpa Terapi
• berjalan dengan bagian luar kakinya, m nyeri dan atau
disabilitas.
• relaps, tanpa memperdulikan apakah kelainan tersebut diterapi
secara operatif maupun konservatif.
• Salah satu alasan terjadinya relaps antara lain adalah
kegagalan ahli bedah dalam mengenali kelainan patoanatomi
yang mendasarinya
KOMPLIKASI
• gangguan kulit; dekubitus akibat gips dan koreksi
kelainan yang tidak lengkap. K
• akibat operasi : gangguan pada luka operasi yang
didapat selama operasi atau setelah operasi.
• setelah operasi : infeksi luka operasi tekanan dari gips
atau cast.
• karena kaki bayi kecil, sehingga strukturnya sulit dilihat.
• Pembuluh darah dan saraf dapat rusak akibat operasi.
• tulang rawan kaki bayi, dapat rusak dan mengakibatkan
kelainan lain dari kaki.
PROGNOSIS
• Prognosis ditentukan oleh beberapa faktor utama
dan penunjang, antara lain:
• Deformitas yang terjadi
• Kapan mulai dilakukan. Penatalaksanaan:
semakin dini dilakukan semakin baik
• Orang tua penderita. Peran orang tua sangat
penting. Faktor-faktor yang diperlukan adalah
faktor kesabaran, ketelatenan dan pengertian.
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi