Vous êtes sur la page 1sur 41

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN CEDERA


KEPALA

1
 50 % cedera kepala akibat kecelakaan lalu
lintas
 2 x lebih besar laki2 dibandingkan wanita
 Sering ditemukan pada usia 15 – 24 tahun
 Trauma pada kulit kepala, tengkorak atau
otak
PENGERTIAN
• Trauma atau cedera kepala (Brain Injury)
adalah salah satu bentuk trauma yang
dapat mengubah kemampuan otak dalam
menghasilkan keseimbangan fisik,
intelektual, emosional, sosial dan
pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai
bagian dari gangguan traumatik yang
dapat menimbulkan perubahan –
perubahan fungsi otak (Black, 2005)

3
 Cedera kepala /trauma kapitis/ head
injury/trauma kranioserebral / traumatic
brain injury adalah trauma mekanik
terhadap kepala baik secara langsung
ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis
yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi
psikososial baik bersifat temporer maupun
permanen (PERDOSSI, 2006)

4
ETIOLOGI
 Dikelompokan berdasarkan mekanisme
injury:
1. Trauma tumpul.
2. Trauma tajam (penetrasi)
Dan bagaimana jenis/tipe cedera:
1. Focal.
2. Diffuse.
3. Frakture
5
TIPE HEAD INJURY
Pattern of Injury Focal Injury Diffuse Injury

Mechanism of Injury Contact Forces Inertial Forces Inertial Forces


(Translational Acceleration) (Rotational Acceleration)

Type of Injury Skull Fracture Counter Coup Contusion Contusion


Epidural Hematoma Intra Cerebral Hematoma Diffuse Axonal Injury
Coup Contusion Subdural Hematoma Intra Ventricular H
Subdural Hematoma Tissue Tear Hemorrhagic
Gliding Contusion
Sub Arachnoids Hemorrhagic

Skema1: Mechanism of particular types of head injury (Marion, 1999:2006)

Skema 2 : Patofisiologi Akibat Cedera kepala


6
7
8
Cidera Kep_SUnardi 8/23/2018 9
Cidera Kep_SUnardi 8/23/2018 10
Klasifikasi
cedera kranioserebral
1. Berdasarkan patologi
 Komosio Serebri
Ggn fungsi neurologi ringan yg terjadi
sesaat dgn gejala hilangnya kesdrn > 10
mnt, dgn atau tanpa amnesia retroged,
mual, muntah, nyeri kepala, vertigo, tanpa
adanya kerusakan struktur otak
 Kontusio Serebri
Hilangnya kesadaran 10-15 mnt disertai
kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas otak
msh utuh
 Laserasi Serebri
Ggn fungsi neurologik disertai kerusakan otak yg
berat dgn fraktur terbuka. Massa otak
terkelupas dari rongga intrakranial
2. Lokasi Lesi

 Lesi difus jaringan otak


 Lesi kerusakan vaskular otak
 Lesi fokal :
 kontusio & laserasi serebri
 Hematoma intrakranial :
Hematoma intrakranial
 Epidural Hemotama
Perdarahan antara duramater dgn
permukaan dlm dari tengkorak
 Subdural Hematoma
Perdarahan antara duramater dgn
arachnoid
 Intracerebral Hematoma
Perdarahan pd parechyma
Hematoma intrakranial

15
3. Berdasarkan GCS

 Cidera Kepala Ringan (CKR)


GCS 13-15
Pingsan ≤ 10 menit, defisit
neurologik (-)
Skening otak : normal
 Cidera Kepala Sedang (CKS)
GCS 9-12
Pingsan > 10 menit s/d ≤ 6 jam,
defisit neurologik (+)
Skening otak : abnormal
 Cidera Kepala Berat (CKB)
GSC 3-8
Pingsan > 6 jam, defisit
neurologik (+)
 Skening otak : abnormal
Penegakkan Diagnosa

1. Anamnesa
o Trauma kapitis dgn/tanpa ggn
kesadaran atau interva lucid
o Perdarahan/otorrhea/rhinorrhea
o Amnesia traumatika
(retrograd/anterograd)
2. Hasil pemeriksaan klinis neurologis
3. Foto kepala polos
i 19
Lanjutan Penegakkan Diagnosa

4. Foto lain atas indikasi foto servikal


5. CT Scan utk melihat kelainan yg
mungkin terjadi berupa  gambaran
kontusio, edema otak,
perdarahan/hiperdens, hematoma
epidural, hemotoma subdural,
perdarahan sub arachnoid, hematoma
intraserebral

i 20
PENATALAKSANAAN
 Pasien dalam keadaan sadar (GCS 15)
1. Simple head injury
Pasien tanpa diikuti ggn kesadaran,
amnesia, maupun gejala serebral lain
hanya perawatan luka, Ro hanya atas
indikasi, keluarga diminta observasi
kesadaran
2. Kesadaran terganggu sesaat.
Riwayat penurunan kesadaran sesaat
setelah trauma tetapi saat diperiksa sudah
sadar kembali : Ro kepala, penatalaksanaan
selanjutnya seperti simple head injury
21
Lanjutan Penatalaksanaan ...

 Pasien dalam kesadaran menurun


1. Cedera kepala ringan (GCS 15-13)
Kesadaran disorientasi, atau not obey command,
tanpa defisit neurologi fokal: Perawatan luka, Ro
kepala
CT scan: bila dicurigai adanya lucid interval
(hematom intrakranial), follow up kesadaran
semakin menurun, timbul lateralisasi
Observasi: keadaran (GCS), tanda vital, pupil,
gejala fokal serebral

22
Lanjutan Penatalaksanaan...

2. Cedera kepala sedang GCS 9-12


Biasanya mengalami ggn kardiopulmoner
a. Periksa dan atasi ggn jalan nafas, pernafasan,
sirkulasi
b. Pemeriksaan keadaran, pupil, tanda fokal
serebral, dan cedera organ lain
c. Fiksasi leher dan patah tulang ekstremitas jika
ada.
d. Ro kepala, bila perlu bagian tubuh yang lain
e. CT scan bila dicurigai hematom intrakranial
f. Observasi tanda vital, kesadaran, pupil, defisit
fokal serebral
23
Lanjutan Penatalaksanaan ...

3. Cedera kepala berat GCS 3-8


Biasanya disertai cedera multipel,
disamping kelainan serebral juga ada
kelainan sistemik
a. Resusitasi jantung paru (airway,
breathing, circulation/ABC). Pasien CK
berat sering dalam keadaan hipotensi,
hipoksia, hiperkapnea akibat ggn
pulmoner. Tindakan resusitasi ABC
24
KONSENSUS PENGELOLAAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
1. PRIMARY SURVEY

A = Airway (jalan nafas)


Bebaskan jalan napas periksa mulut
dan mengeluarkan darah, gigi yg patah,
muntahan, dll. Jika perlu lakukan
intubasi hati-hati fraktur servikal

25
B = Breathing ( pernafasan )
• Pastikan pernapasan adekuat
• Perhatikan frekuensi, pola pernapasan
dada/perut, pengembangan dada
(simetris)
• Cari penyebab jika ada ggn
pernapasan ggn sentral (otak &
batang otak) atau perifer (otot
pernapasan atau paru)
• Jika perlu berikan O2 target
saturasi 92%

26
C = Circulation (sirkulasi )
• Pertahankan TD sistolik 90 mm Hg
• Pasang IVFD NaCL 0,9% atau Ringer
hindari cairan hipotonis
D = Disability ( pemeriksaan cepat status
umum dan neurologi)
• TTV, GCS, Pupil (ukuran, bentuk, refleks
terhadap cahaya)
• Pemeriksaan neurologi cepat :
hemiparese, refleks patologis
27
c. Disability ( pemeriksaan cepat status
umum dan neurologi)
• Luka-luka
• Anamnesa : AMPLE ( allergies,
medications, past illness, last meal,
event/environment related to the injury)

28
2. SECONDARY SURVEY
E = Laboratorium & Diagnostik
• Hb, hitung jenis, leukosit, trombosit,
ureum, kreatini, GDS, AGD & eletrolit),
perdarahan urine
• Radiologi ( CT scan, foto polos kepala,
foto servikal)
F = Manajemen Terapi
• Siapkan pasien indikasi operasi,
penanganan luka, pemberian obst
29
KONSENSUS DI RUANG RAWAT
 Kritis ( GCS 3-4) perawatan di ICU
atau neurological ICU)
 CKS dan CKB GCS 5-12
 lanjutkan penanganan ABC
 monitor TTV, pupil , GCS, gerakan
ekstremitas sampai pasien sadar tiap 4
jam sampai GCS 15
 Perhatikan hipotensi TD sistolik < 90
mmHg, suhu > 38°C, RR > 20 x/menit
30
Lanjutan KONSENSUS DI RUANG RAWAT ........

 Cegah Peningkatan TIK :


 Posisi kepala 30ᵒ
 Berikan Manitol 20 % dosis awal 1
gr/kg BB, drip cepat & waktu ½ - 1 jam
6 jam kemudian 0,5 gr/ kg BB, drip cepat &
waktu ½ - 1 jam 12 jam kemudian 0,25
gr/ kg BB taffering off
 Berikan analgesik atau sedasi jika
diperlukan
31
32
Lanjutan KONSENSUS DI RUANG RAWAT ........

 Pemberian cairan & nutrisi yg


adekuat
 Neuroprotektor (citicoline),
roboransia, neurotropi k sesuai
indikasi
 Atasi komplikasi : kejang, demam,
perdarahan lambung, infeksi krn
fraktur terbuka/fraktur basis cranii
33
Diagnosa Keperawatan

1. Resti tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d


akumulasi skret.
2. Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d
perdarahan dan edema cerebral
3. Resiko peningkatan TIK b.d proses desak ruang
akibat edema cerebral
4. Resti gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake tidak adequate: penurunan kesadaran
(soporokoma)
34
Lanjutan Diagnosa Keperawatan ........

6. Kerusakan integritas kulit b.d adanya luka


lacerasi
7. Defisit perawatan diri b.d
kelemahan/keterbatasan gerak
8. Resti terbatasnya pengetahuan (kebutuhan
belajar) keluarga mengenai proses penyakit,
prognosis dan penatalaksanaannya b.d
terbatasnya informasi

35
Implementasi
1.Resti tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d
akumulasi skret.
Intervensi keperawatan
Mandiri:
 Memonitor suara paru tiap 8 jam dan observasi
adanya roncki/penumpukan sekret
 Memberikan posisi semi atau elevasi kepala 30
derajat dan kepala miring 1 sisi bergantian

36
Implementasi
Intervensi keperawatan
Mandiri:
 Mempertahankan hidrasi cairan 2-3 liter/hari,
melalui asupan parenteral yang diberikan.
 Memonitor dan melakukan karakterisitik sekret,
warna, jumlah, dan konsistensinya bila terdapat
sekret yang keluar melalui hidung/mulut.
Kolaborasi :
 Memberikan obat Antibiotik: (Cefriaxon 2 x 2 g
(tiap 12 jam) IV)
37
2. Perubahan perfusi jaringan cerebral dan
resiko peningkatan TIK b.d perdarahan dan
edema cerebral
Intervensi keperawatan
Mandiri :
 Memonitor/obs tanda vital tiap 4 jam dan
memonitor/obs kesadaran / GCS setiap 4 jam
 Memberikan posisi elevasi kepala 30 derajat setiap
4 jam
 Menentukan faktor2 penyebab penurunan perfusi
jaringan otak/resiko TIK meningkat.
 Memantau/mencatat status neurologis secara
teratur dan membandingkan dg nilai normal
38
Intervensi keperawatan
Mandiri :
 Mempertahankan tirah baring miring kiri/kanan dengan
posisi kepala netral
 Mengkaji kondisi vaskular (suhu, warna, pulsasi dan
capillary refill) tiap 8 jam
 mencatat intake dan output.
 menurunkan stimulasi eksternal yang dapat
meningkatkan TIK dan berikan kenyamanan dengan
menciptakan lingkungan tenang dan suhu ruangan
dalam kondisi normal (mengatur suhu ruangan
menyalakan AC). Memasang pagar pengaman tempat
tidur dan memasang restrain pada daerah ekstermitas
 Penkes pada keluarga dan selalu bicara dan komunikasi
dengan pasien.
39
Intervensi keperawatan
Kolaborasi :
 Memberikan O2 kanul 4 l/mnt
 Memberi pertimbangan pemeriksaan AGD, LED,
Leukosit setelah 3 hari perawatan
 Pemasangan cairan IV NaCl 0,9% /12 jam
 Memberikan obat-obatan injeksi :
 - Citicolin 2 x 500 mg - Ranitidin 2 x 1 ampl
 - Vit C 1 x 400 mg - Kaltropen 3 x 1 ampl
 - Dexametason 4 x 1 ampl - Cefriaxon 2 x 2 g

40
41

Vous aimerez peut-être aussi