Vous êtes sur la page 1sur 23

LAPORAN KASUS

ANEURISMA

Oleh : Nunung Agustia Rini


Pembimbing : dr. Sonny, Sp.BS
Identitas pasien
 Nama : Djap Dji Khun
 Jenis kelamin : Laki-laki

 Tanggal Lahir : 28-Januari-1977

 Umur : 41 tahun

 Pekerjaan : Petani

 Tanggal pemeriksaan : 5-Mei-2018


(di ICU RSAA) dan follow up hingga
tanggal 7 Mei 2018.
Anamnesis
 Keluhan utama : Penurunan Kesadaran
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran sejak
1 hari SMRS. Keluhan dirasakan setelah pasien ditemukan pingsan
dikebun. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala hilang timbul sejak
± 1 tahun SMRS, keluarga pasien mengatakan jika setiap pasien
mengeluhkan nyeri kepala, pasien minum obat obatan yang dijual
bebas di toko kemudian sembuh. Namun 1 hari SMRS pasien tiba
tiba pingsan di kebun. Lalu pasien dibawa pulang kerumah dan
tidak membaik. Keluarga lalu membawa pasien ke RS.

 Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat penyakit dahulu pasien memiliki penyakit hipertensi.

 Riwayat penyakit dalam keluarga


(-)
 Riwayat sosial ekonomi
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : GCS
Pemeriksaan tanda tanda vital
GCS : E4V4M6
KU : Lemah
TD : 140/80mmHg
Nadi : 64x/m
RR : 32x/m
T : 36,5
Pemeriksaan status generalisata
 Mata : Dbn
 Leher : Dbn
 Thorax : Dbn
 Pulmo : Dbn
 Jantung : Dbn
 Abdomen :Dbn
 Ekstremitas : Dbn
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
CVD SH/IVH
Tata Laksana
 IVFD NaCl 15 tpm
 Inj. Ranitidin 2x1 amp
 Inj. Citicholin 2x250mg
 Inj. Paracetamol 3x500mg
 Loading Manitol 20% 250cc -> 4x125cc
 Inj. Furosemid 1 amp 15 menit post loading manitol
 Pasang DC
 Pasang NGT
Follow up
1. 5 Mei 2018
S. Penurunan kesadaran
O. SM. GCS 13 (E3V4M6)
TD : 140/80 mmHg
A. CVD SH/IVH
P. - IVFD NaCl 15 tpm
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Citicholin 2x250mg
Inj. Paracetamol 3x500mg
Loading Manitol 20% 250cc -> 4x125cc
Inj. Furosemid 1 amp 15 menit post loading manitol
2. 6 Mei 2018
S. Penurunan kesadaran
O. SM. GCS 13 (E3V4M6)
TD : 140/80 mmHg
A. CVD SH/IVH
P. - IVFD NaCl 15 tpm
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Citicholin 2x250mg
Inj. Paracetamol 3x500mg
Loading Manitol 20% 250cc -> 4x125cc
Inj. Furosemid 1 amp 15 menit post loading manitol
3. 7 Mei 2018
S. Penurunan kesadaran
O. SM. GCS 13 (E3V4M6)
TD : 137/77 mmHg
A. CVD SH/IVH
P. - IVFD NaCl 15 tpm
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Citicholin 2x250mg
Inj. Paracetamol 3x500mg
Betahistin 3x2 tab
Flunarizin 1x10mg
4. 8 Mei 2018
S. Penurunan kesadaran
O. SM. GCS 13 (E3V4M6)
TD : 140/80 mmHg
A. CVD SH/IVH
P. - IVFD NaCl 15 tpm
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Citicholin 2x250mg
Inj. Paracetamol 3x500mg
Betahistin 3x2 tab
Tinjauan Pustaka
Aneurisma adalah suatu kantong yang
terbentuk oleh dilatasi dinding
pembuluh darah.
Epidemiologi
Mayoritas aneurisma intrakranial yang ditemukan
(80-85%) berlokasi didaerah sirkulasi anterior,
dengan lokasi paling sering pada persambungan
antara arteri karotis interna dengan arteri
kominukans posterior, kompleks arteri
komunikans anterior, atau di trifurkasio arteri
serebralis medialis.
Klasifikasi
Berdasarkan bentuk dan patologinya, yaitu saccular, fusiform
dan dissecting.
Berdasarkan ukuran, aneurisma dibagi menjadi lima bagian yaitu
sangat kecil (<3 mm), kecil (4-6mm), sedang (7-10mm),
besar (11-24mm), dan sangat besar (giant aneurysm)
(>25mm).
Berdasarkan lokasi, aneurisma dibagi menjadi dua bagian yaitu
aneurisma intrakranial di sirkulasi anterior dan aneurisma
intrakranial di sirkulasi posterior.
 Fusiform aneurysm dikenal juga sebagai aneurisma
aterosklerotik. Lesi-lesi ini terjadi akibat adanya
pelebaran pembuluh darah arteri (arterial ectasia),
akibat aterosklerosis yang berat dan tidak biasa
 Saccular aneurysm (aneurisma sakular) adalah
penonjolan kantung (outpouching) dari pembuluh
darah yang berbentuk seperti buah berry (berry
like) yang banyak tumbuh dari bifukarsio arteri,
dan merupakan tipe aneurisma intrakranial
 Dissecting aneurysm adalah aneurisma yang
terjadi akibat terpisahnya lapisan-lapisan pada
dinding arteri setelah tunika intima pembuluh
darah arteri mengalami robekan.
Patogenesis
Inflamasi pada tunika adventisia akan menyebabkan
kelemahan pada tunika media dari bagian ekstra
lumen dinding pembuluh darah karena pelepasan
factor proinflamasi yang menginvasi tunika media
tersebut. Kemudian terjadi degradasi matriks
ekstraselular, lamina elastis dari dinding pembuluh
darah, dan pada akhirnya lumen pembuluh darah.
Sebagai akibatnya, terjadi dilatasi dari pembuluh
darah dan pembentukan aneurisma.
Gambaran Klinis
Pada kasus thrombosis parsial, gejala tergantung
pada lokasi dan ukuran dari aneurisma intrakranial.
Pada aneurisma intrakranial di sinus kavernosus
dan arteri komunikans posterior (PcomA), sering
dijumpai oftalmoplegi sebagai akibat kompresi
pada N.okulomotor, N.troklear dan N.abdusen
Pemeriksaan penunjang
 Computed Tomography (CT) Scan
 Magnetic Resonance Imaging
(MRI)
 CT Angiografi (CTA)

 Magnetic Resonance Angiography


(MRA)
Tata laksana
Prognosis
Perbaikan gejala ini sangat dipengaruhi
derajat keparahan dari kelumpuhan
otot N III pada saat pasien diterapi,
dimana pasien dengan kelumpuhan
parsial otot N III memperoleh angka
kesembuhan komplit yang lebih tinggi
Terimakasih

Vous aimerez peut-être aussi