Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
INSIDEN
- Di AS, stroke penyebab kematian ketiga setelah
penyakit jantung dan kanker.
- Dapat dicegah/diminimalkan dg upaya : BP tetap
terkonrol, tingkatkan kesadaran akan diet yang
diperlukan dan hindari merokok.
- AS kebanyakan yg menderita peny. Ad/ kulit hitam,
sering pada pria dp wanita dan umumnya
meningkat setelah usia 75 tahun.
ETIOLOGI
• trombus dan emboli terjadi
penyempitan/oklusi sempurna salah satu
pembuluh darah yang mensuplai darah
keotak,
• perdarahan(hemorrhagic).
• Tekanan pada dinding pembuluh darah
dan spasme arteri, jarang dijumpai.
Trombosis :
• Trombisis adalah penyebab utama
terjadinya infark serebral.
• 2/3 dari stroke disebabkan oleh trombosis
akibat hipertensi dan diabetes mellitus
yang keduanya mengakibatkan terjadinya
atherosclerosis.
• Faktor lain yang dapat berisiko terjadinya
trombosis adalah kontrasepsi oral,
gangguan koagulasi, polycithemia,
arteritis, hipoksia kronik, dan dehidrasi.
• Thrombosis terjadi sebagai akibat
pembentukan atheroma sehingga lumen
pembuluh darah menyempit.
Trombus menyebabkan terjadinya hipoperfusi,
infark dan iskemia.
• Pada awalnya terjadi paresis
(menurunnya/berkurangnya kekuatan dan
gerakan ekstremitas),, aphasia (gangguan fungsi
berbahasa), paralisis, gangguan kesadaran,
gangguan penglihatan.
Embolisme :
• Terjadinya sumbatan/oklusi arteri serebral oleh
embolus, yang mengakibatkan terjadinya
nekrosis dan edema pada area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang mengalami
sumbatan.
• Emboli yang berhubungan dengan
penyakit/gangguan jantung, yaitu atrial
fibrilasi, infark jantung,, infeksi
endokarditis, penyakit jantung reumatik,
dan atrial septal defect. Penyebab lain
yang tidak sering yaitu emboli udara,
emboli lemak akibat fraktur femor, cairan
amnion setelah ibu melahirkan, dan
adanya tumor.
• Serangan bersifat tiba-tiba.
• Pasien dalam keadaan sadar penuh, walaupun
pasien juga merasakan nyeri kepala.
• Prognosis bergantung lokasi pembuluh darah
yang mengalami sumbatan.
Perdarahan intraserebral :
• Perdarahan dalam otak disebabkan oleh
rupturnya pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral biasanya disebabkan oleh adanya
hipertensi. Penyebab lain adalah tumor otak,
trauma, pengobatan thrombolitik, dan ruptur
aneurisma.
• Hipertensi dan atherosclerosis menyebabkan
terjadinya perobahan degeneratif pada dinding
arteri.
• Massa darah akan menekan jaringan otak.
Tekjaringan otak terdesak aliran darah ke otak
menurun akibat adanya iskemia dan infark.
• Daerah yang sering mengalami perdarahan
intraserebral yaitu putamen dan kapsula internal
(50%),thalamus, hemisper otak, dan pons.
• Klien nyeri kepala hebat, nausea dan muntah,
kehilangan kemampuan untuk berjalan, dysphagia,
gangguan gerakan bola mata.
• Perdarahan pada pons sangat berbahaya sebab
bagian ini adalah fungsi kehidupan dasar.
• Perdarahan pada pons dapat mengakibatkan
hemiplegia, coma, hipertermia, dan selanjutnya
meninggal.
• Prognosis perdarahan intraserebral sangat jelek : 70
% pasien meninggal akibat adanya perdarahan
intraserebral.
Perdarahan subarachnoid :
• Disebabkan oleh adanya aneurisma, kelainan
pembuluh darah, trauma, dan hipertensi.
• Aneurisma sering terjadi pada pasien
atherosclerosis, trauma, hipertensi, atau kelainan
pembuluh darah yang bersifat kongenital Biasanya
juga perdarahan dapat disebabkan oleh pengobatan
antikoagulan, pengobatan trhrombolitik, dan
symphatomimetic
• Perdarahan yang terjadi menekan ruang arachnoid
dan menyebabkan nyeri kepala, pusing, penurunan
kesadaran, nausea, muntah, demam, nyeri pada
bagian leher dan punggung, paralisis, coma, dan
kemudian meninggal.
4. FAKTOR RESIKO
• Faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat
dimodifikasi. Faktor risiko ini akan meningkat/lebih
berisiko pada seseorang yang mempunyai lebih dari
satu faktor risiko.
Trombosis menyebabkan :
• Iskemia jaringan otak (yang berhubungan
dengan pembuluh darah yang mengalami
gangguan).
• Edema dapat terjadi setelah beberapa
jam atau setelah beberapa hari.
• Edema dapat menyebabkan disfungsi
serebral, dan setelah edema hilang maka
secara perlahan-lahan akan berfungsi
kembali.
Komplikasi :
• Komplikasi bergantung pada lokasi dimana lesi
atau jaringan infark. Jika dibatang otak maka
akan mengalami fluktuasi tekanan darah,
gangguan pola nafas dan disritmia jantung.
• Dapat pula terjadi aspirasi pernafasan, immobilitas
dan injury, hal ini sebagai akibat hambatan fisik.
• Coma : Suplai darah pada batang otak atau
retikular mengalami oklusi. Oklusi vaskular pada
arteri karotis interna atau salah satu cabang utama
akan menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.
Dapat juga disebabkan karena edema serebral.
• Stroke akibat trobus dan emboli jarang
menyebabkan kematian. Bila terjadi sudden death
biasanya berhub.dg gagal jantung. Bila terjadi
perdarahan intraserebral dan masuk kedalam
ventrikel akan memberikan gejala peningkatan
tekanan intrakranial (ICP), fatal dan akan
terjadi kematian dalam 3 – 12 jam tetapi lebih
sering diantara 1 – 14 hari setelah original episode.
• Stroke fatal bila ditemukan : peningkatan suhu
tubuh, peningkatan HR, peningkatan RR yang
terjadi selama coma beberapa Hal ini
disebabkan oleh karena kerusakan pada vaso
motor dan pusat pengatur suhu tubuh.
Tujuan :
Klien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral ditandai
dengan :
• Klien tidak melaporkan adanya nyeri kepala.
• Tidak ada penurunan tingkat kesadaran.
• GCS baik.
Implementasi :
• Klien dengan peningkatan tekanan intrakranial harus
dimonitor setiap saat.
• Posisi baring klien dalam posisi bagian kepala ditinggikan.
• Pengkajian neurologis dilakukan secara terus menerus
untuk dibandingkan dengan data sebelumnya guna
mengetahui perkembangan klien.
• Delirium dan gelisah, dapat terjadi akibat penuhnya
kandung kemih, feces tertahan, nyeri. Pasang rail tempat
tidur, karena klien mengalami agitasi.
• Pertimbangkan obat laxative dan pelunak feces untuk
menghindari konstipasi dan mengedan.
• Lakukan suction bila ada ronchi.
• Ciptakan lingkungan yang tenang agar klien relaksasi dan
tidak gelisah.
Implementasi :
• Perawat harus menkaji secara hati-hati keadaan
diet klien guna menjamin nurtisi yang cukup.
• Hati hati memberikan makanan pada klien
dengan paralisis lidah dan mulut.
• Pemberian dilakukan secara hati-hati guna
mencegah terjadinya arpirasi jalan nafas dan
kesedakan.
• Akibat keterbatasan klien , maka ia akan
mengalami ketakutan dan frustrasi untuk
mengkonsumsi makanan sehingga klien menolak
makan.
• Perawat harus mempertimbangkan makanan
suplemen lain.
• jika klien tidak dapat menelan, perlu
dipertimbangkan pemasangan NGT.
NDx.: Gangguan komunikasi verbal r/t aphasia akibat
paralisis
Tujuan :
Klien akan dapat berkomunikasi secara efektif, ditandai :
- klien dapat memahami pembicaraan.
- Klien mengucapkan kata-kata secara jelas.
- Klien menunjukkan objek dengan tepat sesuai
perintah.
Implementasi :
• Komunikasi melibatkan dua proses yaitu menerima dan
mengirim pesan. Walaupun tidak secara tepat, setelah
proses penyembuhan klien secara bertahapkan berespon
terhadap stimulus dengan tepat.
• Pada klien aphasia biasanya dilakukan rujukan
untuk speech therapy dan harus segera diberikan.
• Biasanya klien dibantu dalam hal speech therapy
selama 2 tahun atau lebih. Perawat akan
melanjutkan latihan speech therapy.
• Perawat dalam melatih pasien hendaknya tidak
memperlihatkan kekecewaan bila klien tidak
mampu melakukan latihan dengan baik karena
akan mengurangi motivasi klien untuk berlatih.
Implementasi :
• Perawat akan berada pada sisi pasien pada mata yang
tidak mengalami gangguan penglihatan. Demikian pula
dengan meletakkan call light dan telephone pada sisi
mata yang tidak terganggu.
• Jika mungkin tempat tempat tidur klien pada arah mata
yang tidak mengalami gangguan mengarah pada ruang
utama (central room).
• Perawat akan menghindari untuk mengambil keputusan
secara kompleks, misalnya :
• Menggunakan pakaian dengan desain yang sederhana
sehingga mudah digunakan oleh klien.
• Berikan perintah sederhana.
• Siapkan makanan tanpa banyak variasinya.
NDx.:Koping individu tidak efektif r/t perobahan fisiologi dan
frustrasi akibat Stroke.
Tujuan :
Klien akan menggunakan strategi koping yang efektif, ditandai
dengan
• Menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah yang efektif.
• Klien kooperatif dengan orang lain/perawat/tenaga kesehatan.
• Klien mengungkapkan perasaan senang.
• Kebutuhan tidur cukup.
• tenang.
• Ekspresi wajah ceriah.
Implementasi :
• Pengaruh perobahan fisologis/organik antara lain
hambatan aktifitas/gerak, hambatan berbicara,
gangguan sensasi/penglihatan dan kehilangan peran
sosialnya menyebabkan klien dengan mudah
mengalami frustrasi dengan menunjukan perilaku ;
kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam pemecahan
masalah, kesulitan dalam menangani berbagai
peristiwa dan tanggung jawab terhadap perawatan
dirinya.
• Sebagai perawat, reaksi ini dapat dipahami terhadap
reaksi klien akan perobahan yang terjadi pada dirinya.
• Perawat harus memberikan dukungan emosional dan
siap untuk membantu klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
• Tujuan utama perawatan klien adalah bagaimana
meminimalkan tingkat ketergantungannya.
• Apabila klien memperlihatkan perilaku koping
yang tidak adekuat, terima itu sebagai suatu
kenyataan sebagai respon terhadap
keterbatasannya tetapi perawat tidak boleh
mendukungkarena hanya berakibat klien akan
menjadi penuh ketergantungan pada perawat
dan klien tidak berusaha untuk mandiri.
• Perawat harus mengatur lingkungan dan
mengantisipasi kebutuhan guna
menurunkan/mengurangi frustrasi.
• SO diperlukan membantu memahami perilaku
klien dan membantu menciptakan
kemandiriannya.