Vous êtes sur la page 1sur 23

Asuhan Keperawatan Pasien dengan

CIDERA KEPALA

Luluk Widarti
CIDERA KEPALA

1.Pengertian
Cedera kepala adalah trauma yang mengenai kulit kepala,
tengkorak, dan otak yang disebabkan oleh trauma tumpul
atau trauma tembus ( Mansjoer, 2000; Brunner &
Soddarth, 2002 )
Kulit kepala
•Skin
•Sub Cutaneos tissue
•Aponeurosis galea
•Loose areolar tissue
•Periost

Tulang Kepala (Skull)


Terdiri dari kubah tulang tengkorak dan basis
tulang tengkorak. Tulang tengkorak yang paling
tipis adalah tulang temporal.
Selaput Otak (Meninges)

Dura : selaput ini kuat, terdiri dari


jaringan fibrotik dan melekat
pada bagian dalam tulang kepala.

Otak (Brain)

Otak terdiri dari otak besar, otak kecil dan batang


otak. Otak besar terdiri dari hemisfer kiri dan
kanan yang dipisahkan oleh falks serebri.
Diproduksi

Diproduksi oleh pleksus


choroideus kemudian disebarkan
ke ruangan sub arachnoid.

Tentorium

Tentorium membagi rongga intrakranial dalam 2


bagian, yaitu ruangan supra tentorial dan infra
tentorial.
3. Etiologi
 Cidera setempat (benda tajam)
o misalnya: pisau, peluru / berasal dari serpihan atau
pecahan dari fraktur tengkorak.
o Merupakan trauma yang dapat menyebabkan cidera
setempat atau kerusakan terjadi terbatas dimana
benda tersebut merobek otak.
Cidera Difus (cidera tumpul)
omisalnya : terkena pukulan atau benturan.
o Trauma oleh benda tumpul dapat
menyebabkan/menimbulkan kerusakan menyeluruh
(difuse) karena kekuatan benturan.
4. Patofisiologi
Tekanan Intrakranial
Banyak proses patologis yang mengenai otak dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, dipihak
lain peningkatan tekanan intrakranial berpengaruh
terhadap fungsi otak dan luaran penderita.

Monroe-Kellie Doctrine
Tulang kepala (dewasa) merupakan kotak yang tidak
dapat berekspansi, oleh karena itu seharusnya volume
intrakranial tetap konstan.
Tekanan perfusi otak (Cerebral Perfusion Pressure)
Sangat penting untuk mempertahankan tekanan darah
yang adekuat pada penderita cidera kepala agar tekanan
perfusi otak tetap normal.

Aliran darah otak


Normal aliran darah otak kira-kira 50 cc per 100 gr otak
per menit. Dibawah 20 – 25 cc per 100 gr per menit,
aktifitas EEG secara bertahap menghilang dan pada
sekitar 5 cc per 100 gr per menit terjadi kematian sel
atau kerusakan irreversibel.
5. KLASIFIKASI
Mekanisme cidera
Secara luas dibagi atas 2 yaitu :
cidera tumpul
cidera tajam
Berat ringannya cidera
1. Terdiri dari tiga komponen, yaitu:
E (eyes) dengan nilai :
4 = buka mata spontan
3 = buka mata dengan rangsang suara
2 = buka mata dengan rangsang nyeri
1 = tidak buka mata
V (verbal) dengan nilai :

 5 = orientasi baik, jawaban sesuai dengan


pertanyaan
 4 = terbentuk kalimat, tetapi tidak sesuai
dengan pertanyaan
 3 = ada kata, tetapi tidak terbentuk
kalimat
 2 = ada suara, dengan rangsang nyeri
 1 = tidak ada suara, dengan rangsang
nyeri
M (motorik) dengan nilai :
 6 = ikut perintah
 5 = gerakan melokalisir nyeri, dengan
rangsang nyeri
 4 = gerakan menolak, terhadap rangsang
nyeri
 3 = gerakan fleksi abnormal, dengan
rangsang nyeri
 2 = gerakan ekstensi abnormal, dengan
rangsang nyeri
 1 = tidak ada gerakan, dengan rangsang
nyeri
6. Kriteria Cidera Kepala
1. Cedera Kepala Ringan
Definisi: Pasien bangun, dan mungkin bisa
berorientasi . (Tidak termasuk pasien sadar kelompok
cedera kepala berat).
2. Cedera Kepala Sedang
Definisi: Pasien mungkin konfusi atau somnolen
namun tetap mampu untuk mengikuti perintah
sederhana
3. Cedera Kepala Berat
Definisi: Pasien tidak mampu mengikuti bahkan
perintah sederhana karena gangguan kesadaran .
(Tidak termasuk disini kelompok cedera kepala berat
dengan ).
KLASIFIKASI
BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
1. Komosio serebri : tidak ada jaringan otak yang rusak tp hanya
kehilangan fungsi otak sesaat (pingsan < 10 mnt) atau amnesia pasca
cedera kepala.
2. Kontusio serebri : kerusakan jar. Otak + pingsan > 10 mnt atau
terdapat lesi neurologik yg jelas.
3. Laserasi serebri : kerusakan otak yg luas + robekan duramater +
fraktur tl. Tengkorak terbuka.

BERDASARKAN GCS:
1. GCS 13-15 : Cedera kepala ringan  CT scan dilakukan bl ada
lucid interval/ riw. kesdran menurun.  evaluasi kesadaran, pupil,
gejala fokal serebral + tanda-tanda vital.
2. GCS 9-12 : Cedera kepala sedang  prks dan atasi gangg. Nafas,
pernafasan dan sirkulasi, pem. Ksdran, pupil, td. Fokal serebral,
leher, cedera orga lain, CT scan kepala, obsevasi.
3. GCS 3-8 : Cedera kepala berat : Cedera multipel. + perdarahan
intrakranial dg GCS ringan /sedang.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
• ABS (Airway, Breathing, Sirkulasi)
2. Penatalaksanaan Khusus
• Konservatif : Pemberian monitol, gliserol, furosemid, steroid,
antibiotik, barbiturat.
• Simptomatik : Mengatasi kejang, agitasi, gelisah, encephalopathy
3. Penatalaksanaan Lain
• Manajemen respiratori
• Surgical repair : Craniotomy, ventrikulotomy, cranioplasti
• Pengobatan
• Monitor TIK
• Managemen cairan dan elektrolit
• Gizi dan diit
• Therapifisik
• Rehabilitasi
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Pengumpulan data klien baik subyektif atau


obyektif pada gangguan sistem persarafan
sehubungan dengan cedera kepala tergantung
pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya
komplikasi pada organ vital lainnya
2. Diagnosa Keperawatan

 Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:

1) Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi


pada pusat napas di otak.
2) Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan
dengan penumpukan sputum.
3) Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan
udem otak
4) Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan
kesadaran (soporos - coma)
5) Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan
dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
3. Intervensi

a) Tidak efektifnya pola napas sehubungan


dengan depresi pada pusat napas di otak.

• Tujuan : Mempertahankan pola napas yang


efektif melalui ventilator.
• Kriteria evaluasi : Penggunaan otot bantu napas
tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda
hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-
batas normal.
• Rencana tindakan
b) Tidak efektifnya kebersihan jalan napas
sehubungan dengan penumpukan sputum.

•Tujuan : Mempertahankan jalan napas dan


mencegah aspirasi
•Kriteria Evaluasi : Suara napas bersih, tidak
terdapat suara sekret pada selang dan bunyi
alarm karena peninggian suara mesin,
sianosis tidak ada.
•Rencana tindakan
c) Gangguan perfusi jaringan otak
sehubungan dengan udem otak

• Tujuan : Mempertahankan dan memperbaiki


tingkat kesadaran fungsi motorik.
• Kriteria hasil :Tanda-tanda vital stabil, tidak
ada peningkatan intrakranial.
• Rencana tindakan
d) Keterbatasan aktifitas sehubungan
dengan penurunan kesadaran (soporos -
coma)

• Tujuan :Kebutuhan dasar pasien dapat


terpenuhi secara adekuat.
• Kriteria hasil :Kebersihan terjaga,
kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan,
oksigen adekuat.
• Rencana Tindakan
e) Kecemasan keluarga sehubungan keadaan
yang kritis pada pasien.

• Tujuan : Kecemasan keluarga dapat


berkurang
• Kriteri evaluasi :Ekspresi wajah tidak
menunjang adanya kecemasan Keluarga
mengerti cara berhubungan dengan pasien,
pengobatan dan tindakan meningkat.
• Rencana tindakan
f) Resiko tinggi gangguan integritas kulit
sehubungan dengan immobilisasi

• Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak


terjadi
• Rencana tindakan

Vous aimerez peut-être aussi