Vous êtes sur la page 1sur 34

Patensi Jalan Nafas

KKS Ilmu Anastesiologi Oleh:

RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Early Yuri Cintia, S.Ked

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Pembimbing:

Tahun 2018 dr. Imam Ghozali, Sp.An


Pendahuluan

Patensi jalan nafas


Patensi jalan nafas  penting selama tindakan anastesi
Gangguan jalan nafas  beresiko hipoksemia dan hipoventilasi
Obstruksi
saluran
Merupakan sumbatan pada saluran nafas atas
nafas atas (laring) sehingga ventilasi pada saluran
pernafasan terganggu. Selain itu, pemberian
muscle relaxan selama tindakan anastesi
terjadi kelumpuhan pada otot pernafasan dan
lidah sehingga dibutuhkan alat bantu nafas
Sumbatan jalan nafas

Penyebab:
1. Benda asing
2. Sumbatan oleh lidah pada penderita yang tidak sadar
3. Edema jalan nafas
4. Spasme jalan nafas
5. Desakan dari luar/ daerah sekitar
6. Tertekuk/ fleksi leher
7. Kerusakan jalan nafas/ trachea
Sumbatan jalan nafas

Waspada pada penderita:


1. Tidak sadar
2. Riwayat luka bakar disertai trauma inhalasi
3. Trauma maksilo-fasial berat
4. Trauma kapitis dengan perdarahan di hidung-mulut yang aktif
5. Trauma leher
Sumbatan jalan nafas

Tanda-tanda:
1. Stridor
2. Tidak dapat bernafas, berbicara, dan bersuara
3. Menunjukan sikap tercekik
4. Sianosis
5. Nafas cuping hidung
6. Retraksi trakea
7. Retraksi thoraks
8. Tak terasa ada udara ekspirasi
9. Tidak sadar
Stadium obstruksi saluran nafas atas
Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium

Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV

Adanya retraksi di suprasternal Retraksi saat inspirasi daerah Retraksi selain pada Retraksi bertambah jelas, pasien
dan stridor suprasternal makin dalam dan suprasternal dan epigastrium, sangat gelisah dan sianosis. Jika
adanya retraksi daerah terdapat juga pada infraclavicula keadaan terus berlangsung
epigastrium. Pasien mulai dan sela-sela iga. Pasien sangat penderita akan kehabisan tenaga,
gelisah gelisah dan dispnea pusat pernafasan paralitik karena
hiperkapnea. Pada keadaan ini
pasien tampak tenang dan
tertidur, kemudian meninggal
karena asfiksia
Cara periksa adanya sumbatan
Yang dinilai

Jalan nafas (look, listen, feel)


• Look : ada gerak nafas
• Listen : ada suara nafas
• Feel : ada hawa ekshalasi

Kesimpulan
• Jalan nafas bebas tanpa sumbatan
• Jalan nafas tersumbat ringan/ sedang/ berat
• Jalan nafas tersumbat total

Khusus
Chocking / sumbatan jalan nafas bagian atas oleh karena tersedak
Pemeriksaan penunjang
Beberapa yang dapat dilakukan untuk mengetahui letak sumbatan, diantaranya adalah:

Laringoskop
Dilakukan bila terdapat sumbatan pada laring.

X-ray
Dilakukan pada foto thoraks yang mencakup saluran nafas bagian atas. Pada epiglotis didapatkan
gambaran thrumb like

Foto polos sinus paranasal


Penanggulangan obstruksi saluran nafas atas

Pada prinsipnya, penanggulangan obstruksi saluran nafas atas yaitu mengupayakan supaya jalan nafas lancar kembali.
• Tindakan konservatif
• Tindakan operatif/ resusitasi
Pengelolaan jalan nafas

Non alat:
1. Triple manuver (head tilt, chin lift, jaw thrust)
2. Back blows and chest thrust
3. Heimlich maneuver
Triple maneuver
Heimlich maneuver
Back blow and chest thrust
Pengelolaan jalan nafas

alat:
1. Oropharingeal airway
2. Nasopharingeal airway
3. Laryngeal mask airway
4. Laryngeal tube airway
5. Gum elastic bougie (eschmann tracheal tube introducer)
6. Multilumen esophageal airway (combitube)
7. Krikotiroidotomi/ tracheostomi
Oropharingeal airway

• Digunakan untuk ventilasi sementara pada pasien yang tidak sadar sementara
intubasi pasien sedang disiapkan

• Tidak boleh digunakan pada pasien yang sadar karena dapat menyebabkan
sumbatan, muntah dan aspirasi

• Pilih ukuran yang tepat


Nasopharingeal airway

• Prosedur ini digunakan apabila pasien terangsang muntah pada penggunaan


OPA

• Tidak boleh digunakan pada kecurigaan fraktur basis cranii

• Pilih ukuran yang tepat


Laryngeal mask airway

• Digunakan untuk pertolongan dengan airway yang sulit untuk intubasi


endotracheal atau bag mask gagal. LMA bukan definitif
Laryngeal tube airway

• Suatu alat airway diluar glotis untuk memberi ventilasi pasien dengan baik
Gum elastic bougie

• dikenal dengan nama Eschmann tracheal tube introducer (ETT)

• Digunakan pada keadaan sulit intubasi


Multilumen esophageal
airway (combitube)

• Dapat digunakan apabila airway definitif belum dapat dilakukan

• Alat ini memiliki lubang udara yang mengarah ke saluran nafas, sedangkan
lubang lain mengarah ke esofagus
Airway
definitif
(intubasi)
Tabung yang terpasang di dalam trakea,
dengan balon yang dikembangkan di bawah
pita suara. Tabung dihubungkan ke sumber
oksigen melalui alat bantu ventilasi.
indikasi
Airway
definitif •

Adanya apnea
Ketidakmampuan mempertahankan airway dengan cara-cara
yang lain

(intubasi) • Kebutuhan melindungi airway bagian bawah dari aspirasi


darah atau vomitus
• Ancaman segera atau bahaya potensial sumbatan airway,
seperti akibat lanjut cedera inhalasi, patah tulang wajah,
hematoma retropharingeal atau kejang berkepanjangan
• Adanya cedera tertutup yang memerlukan bantuan nafas
(GCS<8)
• Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat
dengan pemberian oksigen tambahan lewat face mask
kesulitan
Airway
definitif • Leher pendek dan berotot

(intubasi) • Uvula tak terlihat (mallampati grade 3 dan 4)


• Gerak sendi temporo-mandibular terbatas
• Gerak vertebra cervical terbatas
alat untuk
ETT/ Intubasi
• S: Scope, Stetoskop, Laringoskop (blade dengan 3
(STATICS) ukuran)
• T: Tube, min 3 ukuran (L: 6, 6 ½ , 7) (P:5, 5 ½,, 6)
• A: Airway, OPA, NPA
• T: Tape, selotip/ plester
• I: Introducer (stilet)
• C: Connector (penyambung antara pipa dengan bag
valve mask ataupun peralatan anatesia)
• S: Suction
Ekstubasi
Mengeluarkan pipa endotrakeal setelah dilakukan
intubasi.
Ekstubasi endotrakea

Ekstubasi endotrakea
1. Ekstubasi dilakukan apabila operasi diyakini telah selesai. Baik sadar maupun tidak
2. Nafas spontan kuat
3. Sudah tidak ditemukan efek obat pelumpuh otot
4. Tidak ada indikasi intubasi sulit
5. Hemodinamik stabil
6. Hb >3 gr/dl atau HT >10

Ekstubasi selama anestesi ringan (kondisi antara sadar dan


teranastesi dalam) harus dihindarkan untuk mencegah
laryngospasme
Penyulit ekstubasi

Penyulit
1. Spasme laring
2. Aspirasi
3. Edema laring
Penyulit lanjut setelah dilakukan ekstubasi:
1. Sakit tenggorokan
2. Stenosis trachea
3. Radang membran laring dan ulserasi
4. Paralisis dan granuloma pita suara
5. Luka pada saraf lidah
Surgical
Airway Ketidak mampuan melakukan intubasi trakea
merupakan indikasi yang jelas untuk membuat
surgical airway. Apabila terdapat edema pada
glotis, fraktur laring, atau perdarahan
oropharingeal berat yang membuat airway dan
pipa ETT tidak dapat dimasukkan melalui pita
suara, maka surgical airway harus dibuat.
laringotomi
(krikotiroidotomi) Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada
membran tirokrikoid (krikotiroidotomi).
Krikotiroidotomi merupakan tindakan penyelamat pada
pasien dalam keadaan gawat napas. Bahayanya besar
tetapi mudah dikerjakan, dan harus dikerjakan cepat
walaupun persiapannya darurat.
Krikotiroidotomi merupakan kontraindikasi pada anak di
bawah usia 12 tahun, demikian juga pada tumor laring yang
sudah meluas ke subglotik dan terdapat laringitis
indikasi
laringotomi

(krikotiroidotomi) Mengatasi obstruksi laring
• Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran
pernapasan atas
• Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus
• Untuk memasang alat bantu pernapasan (respirator)
• Untuk mengambil benda asing di subglotik, apabila
tidak mempunyai fasilitas bronkoskopi
Semoga bermanfaat.
Buku ATLS edisi 9

Vous aimerez peut-être aussi