Vous êtes sur la page 1sur 14

Oleh :

ASAL-USUL GERAKAN MUHAMMADIYAH 1. Azrul Cholis Azzahabi


(SEJARAH) 2. Lailatul Khoiriyah
3. Annisa Miftahul Jannah
SIAPA ITU K.H AHMAD DAHLAN?
K.H. Ahmad Dahlan ketika kecil bernama Muhammad Darwis. Lahir
pada tahun 1868 M di Kampung Kauman sebelah Barat Alun-alun Utara
Yogyakarta.
Nama ayahnya adalah Abu Bakar, ulama dan Khotib di Masjid Besar
Kasultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri dari H. Ibrahim yang
menjabat penghulu Kasultanan.
Muhammad Darwis masih keturunan Maulana Malik Ibrahim yaitu salah
satu Wali Sembilan (Wali Songo) yg terkenal. Ahmad Dahlan
merupakan keturunan ke-12.
Sejak kecil Muhammad Darwisy dididik dalam lingkungan pesantren.
Disinilah dia menimba ilmu pengetahuan agama dan Bahasa arab.
Pada tahun 1883 ketika berusia 15 tahun, ia menunaikan ibadah haji yang pertama dan bermukim
ditanah suci sekitar lima tahun
Pada saat inilah beliau berintraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam,
seperti Rasyid Ridha, Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Al-Afghani.
Disini Ia mempelajari berbagai macam disiplin ilmu, seperti Al Qur’an, teologi, astronomi, dan hukum
agama (fiqh), termasuk didalamnya mempelajari karya-karya Muhammad Abduh.
Usia 20 tahun (yaitu pada tahun 1888) ia pulang ke kampungnya, dan berganti nama dari
Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan, kemudian diangkat sebagai Khotib Amin di lingkungan
Kasultanan Yogyakarta.
Pada ibadah haji yang kedua tahun 1902, KH. Ahmad Dahlan (berusia 35 tahun) bertemu dengan
murid Muhammad Abduh, yakni Syaikh Muhammad Rasyid Ridla dan berdiskusi tentang berbagai
persoalan agama dan problem yang dihadapi umat Islam.
KH. Ahmad Dahlan berfikir bagaimana memecahkan berbagai persoalan yang menimpa umat Islam
di Indonesia. Ide-ide pembaruan yang diperoleh dari Timur Tengah dicoba untuk diterapkan di
Indonesia.
Hal inilah yang membawa semangat kepadanya untuk menjalankan syariat islam sebagaimana corak
pembaharuan tersebut yang kelak dapat tercerminkan dari gerakan islam yang didirikannya yaitu
muhammadiyah.
MEMBANGUN KELUARGA

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan
Nasional dan pendiri Aisyiyah.
pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum,
adik Kyai Munawwir Krapyak. pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman
Yogyakarta.
KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik
Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah.
Di samping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah, dia juga tidak
lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang mempunyai tanggung jawab pada keluarganya. Ia
dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang
saat itu merupakan profesi entrepreneurship yang cukup menggejala di masyarakat.
UPAYA MEMBANGUN DAKWAH

Untuk membangun upaya dakwah (seruan kepada ummat manusia), Dahlan gigih membina
angkatan muda untuk turut bersama-sama melaksanakan upaya dakwah tersebut, dan juga
untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya membangun dan memajukan bangsa ini
dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan ketertinggalan ummat Islam di
Indonesia.
Strategi yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas gagasannya tentang gerakan
dakwah Muhammadiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon pejabat) yang
belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Kweekschool Jetis
Yogyakarta, karena ia sendiri diizinkan oleh pemerintah kolonial untuk mengajarkan agama
Islam di kedua sekolah tersebut.
Pada tahun 1909 Kiyai Dahlan masuk Boedi Oetomo (organisasi yang melahirkan banyak
tokoh-tokoh nasionalis). Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran agama untuk
memenuhi keperluan anggota.
Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo
sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka
sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat
permanen. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren
tradisional yang sering kali tutup apabila kiyai pemimpinnya meninggal dunia.
Tahun 1910 menandai kiprah awal Ahmad Dahlan dalam membangun lembaga
pendidikan yang mengkombinasikan pengajaran ilmu agama dengan ilmu umum.
Sekolah rintisan Ahmad Dahlan itu lalu diresmikan pada 1 Desember 1911 dengan
nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah.
Setelah banyak belajar tentang organisasi di Boedi Oetomo, Ahmad Dahlan lalu
membulatkan tekadnya untuk membentuk perhimpunan atau persyarikatan demi
menunjang perjuangan yang dilakukannya.
MENDIRIKAN MUHAMMADIYAH

Setelah berdiskusi dengan para murid sekaligus sahabatnya, maka diambillah


keputusan untuk mendirikan persyarikatan dengan nama Muhammadiyah. Tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan 18 November 1912 M.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut
Nabi Muhammad SAW.
Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan
beramal menurut tuntunan agama Islam. Dia ingin mengajak ummat Islam Indonesia
untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan
resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai macam
fitnah, tuduhan dan hasutan datang kepadanya.
Pernah dicap Kiai kafir, hingga suraunya yang dibakar, dan berbagai cobaan lain.
Ia bahkan dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam.
Ada pula yang menuduhnya kiai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda
yang Kristen dan macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada juga orang yang berniat
untuk membunuhnya
Berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga
dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan
beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman
bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa.
Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk
mendapatkan badan hukum Pada tanggal 20 Desember 1912. Permohonan itu baru
dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal
22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini
hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul
kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Karena itulah sebabnya
kegiatannya dibatasi.
Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan,
Wonosari, Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri Cabang Muhammadiyah.
Dahlan menganjurkan agar Cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai
nama lain, misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Makassar, dan di Garut
dengan nama Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah
Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari Cabang Muhammadiyah.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan
mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga melalui relasi-relasi dagang
yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari
masyarakat di berbagai kota di Indonesia.
pada tanggal 7 Mei 1921 Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada
pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di
seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 2 September 1921.
PENETAPAN SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL
Atas jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam mem-bangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pemba-
haruan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan
Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah
sebagai berikut :
1. K.H. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai
bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang
murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi
masyarakat dan ummat, dengan dasar iman dan Islam.
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang
amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan
wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
Latar Belakang Terbentuknya Muhammadiyah

1. Faktor Internal
- pendalaman dan kajian KH. A. Dahlan terhadap al-Qur’an yang kritis. Ketika memahami QS. Ali Imron: 104,
Asshaf 94.

2. Faktor Eksternal
- ketidakbersihan dan campur – aduknya kehidupan agama Islam di Indonesia
- ketidak efisienan lembaga-lembaga pendidikan Islam
- aktifitas misi-misi katholik dan protestan
- sikap acuh tak acuh, malah kadang-kadang sikap merendahkan dari golongan intelegensi terhadap Islam
- KH. Ahmad Dahlan terinspirasi dari berbagai karya tulis (kitab) dan para tokoh pembaharu
T
U
J
U
A
N
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
M
U
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, sehingga tercapainya “Suatu
H negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan
A Yang Maha Pengampun”
M
M
A
D
I
Y
A
H
Pemurnian Ajaran Islam Beramal ilmiah, berilmu
amaliah

Gerakan Dakwah Amar


Gerakan
Ma’ruf Nahi Munkar
Modernisasi Pendidikan
MUHAMMADIYAH

Ijtihad
Sadar akan pentingnya
politik tanpa harus
terlibat politik praktis

Dakwah Kuktural
THANK YOU

Vous aimerez peut-être aussi