Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan
Nasional dan pendiri Aisyiyah.
pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum,
adik Kyai Munawwir Krapyak. pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman
Yogyakarta.
KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik
Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah.
Di samping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah, dia juga tidak
lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang mempunyai tanggung jawab pada keluarganya. Ia
dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang
saat itu merupakan profesi entrepreneurship yang cukup menggejala di masyarakat.
UPAYA MEMBANGUN DAKWAH
Untuk membangun upaya dakwah (seruan kepada ummat manusia), Dahlan gigih membina
angkatan muda untuk turut bersama-sama melaksanakan upaya dakwah tersebut, dan juga
untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya membangun dan memajukan bangsa ini
dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan ketertinggalan ummat Islam di
Indonesia.
Strategi yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas gagasannya tentang gerakan
dakwah Muhammadiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon pejabat) yang
belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Kweekschool Jetis
Yogyakarta, karena ia sendiri diizinkan oleh pemerintah kolonial untuk mengajarkan agama
Islam di kedua sekolah tersebut.
Pada tahun 1909 Kiyai Dahlan masuk Boedi Oetomo (organisasi yang melahirkan banyak
tokoh-tokoh nasionalis). Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran agama untuk
memenuhi keperluan anggota.
Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo
sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka
sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat
permanen. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren
tradisional yang sering kali tutup apabila kiyai pemimpinnya meninggal dunia.
Tahun 1910 menandai kiprah awal Ahmad Dahlan dalam membangun lembaga
pendidikan yang mengkombinasikan pengajaran ilmu agama dengan ilmu umum.
Sekolah rintisan Ahmad Dahlan itu lalu diresmikan pada 1 Desember 1911 dengan
nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah.
Setelah banyak belajar tentang organisasi di Boedi Oetomo, Ahmad Dahlan lalu
membulatkan tekadnya untuk membentuk perhimpunan atau persyarikatan demi
menunjang perjuangan yang dilakukannya.
MENDIRIKAN MUHAMMADIYAH
1. Faktor Internal
- pendalaman dan kajian KH. A. Dahlan terhadap al-Qur’an yang kritis. Ketika memahami QS. Ali Imron: 104,
Asshaf 94.
2. Faktor Eksternal
- ketidakbersihan dan campur – aduknya kehidupan agama Islam di Indonesia
- ketidak efisienan lembaga-lembaga pendidikan Islam
- aktifitas misi-misi katholik dan protestan
- sikap acuh tak acuh, malah kadang-kadang sikap merendahkan dari golongan intelegensi terhadap Islam
- KH. Ahmad Dahlan terinspirasi dari berbagai karya tulis (kitab) dan para tokoh pembaharu
T
U
J
U
A
N
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
M
U
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, sehingga tercapainya “Suatu
H negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan
A Yang Maha Pengampun”
M
M
A
D
I
Y
A
H
Pemurnian Ajaran Islam Beramal ilmiah, berilmu
amaliah
Ijtihad
Sadar akan pentingnya
politik tanpa harus
terlibat politik praktis
Dakwah Kuktural
THANK YOU