Vous êtes sur la page 1sur 13

PEMBUKUAN

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada
setiap Tahun Pajak berakhir.
Kewajiban Pembukuan
Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:
1. Wajib Pajak pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di
Indonesia.
2. Wajib Pajak Badan di Indonesia.

Persyaratan melakukan pembukuan atau pencatatan:


1. Pembukuan atau pencatatan harus dilakukan dengan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, mata uang Rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diijinkan oleh Menkeu.
3. Pembukuan diselenggarakan dengan taat asas dan dengan stesel akrual dan stelsel
kas.
4. Perubahan terhadap metode dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan
dari Dirjen Pajak.
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.
6. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang asing selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat ijin dari
Menkeu.

Pembukuan Dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah


Wajib Pajak yang dapat menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata
uang selain rupiah:
1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing
1. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya
2. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Bagi Hasil
3. Bentuk Usaha Tetap
4. Wajib Pajak yang berafiliasi dengan perusahaan induk di luar
negeri, yaitu perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki
dan atau dikuasai oleh perusahaan induk (parent company) di luar
negeri dalam hubungan istimewa.

Ketentuan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan pembukuan


dalam bahasa asing dan mata uang selain Rupiah adalah:
1. Bahasa asing yang diperbolehkan adalah bahasa Inggris.
2. Mata uang selain Rupiah yang diperbolehkan adalah Dollar
Amerika Serikat (US$).
3. Wajib Pajak harus terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari
Menkeu, kecuali Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya dan
Kontrak Bagi Hasil.
4. Ijin tertulis tersebut dapat diperoleh oleh Wajib Pajak dengan
mengajukan surat permohonan kepada Dirjen Pajak paling lambat 3
bulan sebelum tahun buku diselenggarakan pembukuan dengan
bahasa asing dan mata uang selain Rupiah.
5. Apabila dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya permohonan
dari Wajib Pajak, Menkeu tidak memberikan suatu keputusan, maka
permohonan tersebut dianggap diterima.
6. Setiap pembayaran dalam mata uang rupiah harus dikonversikan ke
dalam US$ dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat
tanggal pembayaran sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
7. Wajib Pajak wajib menyampaikan SPT Tahunan dalam bahasa
Indonesia kecuali lampiran laporan keuangan, dan dalam mata uang
US$.
Hubungan Akuntansi Pajak
dengan Akuntansi Komersial

Dari akuntansi komersial, seseorang dapat memperoleh suatu konsepsi bahwa tiap
organisasi memerlukan informasi tentang keadaan yang sudah terjadi
selama suatu periode tertentu.
Informasi disajikan oleh akuntansi kepada manajemen atau pihak yang lain
sehingga dapat diambil suatu penilaian dan kesimpulan yang terjadi serta
keputusan yang dilakukan selanjutnya.

Perbedaan akuntansi komersial dengan akuntansi perpajakan adalah:


1. Tujuan akuntansi komersial adalah untuk menyediakan laporan dan
informasi keuangan serta informasi yang lain kepada pihak yang
berkepentingan.
2. Akuntansi perpajakan sebagai bagian dari akuntansi yang menekankan
kepada penyusunan surat pemberitahuan perpajakan (tax return) dan
pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan
perusahaan.
3. Akuntansi perpajakan secara khusus menyajikan laporan
keuangan dan informasi lain kepada administrasi pajak, sebagai
pemenuhan kewajiban perpajakan (tax compliance).

4. Ketentuan perpajakan merupakan produk lembaga legislatif yang


mengikat semua anggota masyarakat.

5. Apabila terjadi kekurangsesuaian antara ketentuan perpajakan


dan standar akuntansi, UU perpajakan mempunyai prioritas untuk
dipatuhi di atas praktek dan kelaziman akuntansi.
KONSEP DASAR dan KETERBATASAN
AKUNTANSI PERPAJAKAN

Ada dua fungsi perpajakan:


1. Fungsi Penerimaan (budgetary)
2. Fungsi Mengatur (Regulatory)

Tujuan Pelaporan Keuangan Perpajakan


Tujuan Utama dari pelaporan keuangan fiskal:
1. Untuk menyajikan informasi sebagai bahan menghitung besarnya
penghasilan kena pajak (dasar pengenaan pajak dalam kasus PPN).
2. Untuk membantu perhitungan (dalam system self assessment).
3. Kebutuhan informasi manajemen.
4. Bahan untuk mengetahui dan menilai tingkat kepatuhan wajib pajak oleh
administrasi, terutama untuk aktivitas pemeriksaan, bahkan penyidikan
perpajakan.
Ciri-ciri Kualitatif Pelaporan Keuangan Perpajakan
Ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
2. Dapat Dipahami
Agar berkualitas, informasi harus dapat dengan mudah dipahami oleh
pemakai.
3. Keandalan
Keandalan (reliabilitas) merupakan keadaan bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakinya
sebagai penyajian yang tulus dan jujur atauu secara wajar diharapkan
dapat disajikan.
4. Dapat diperbandingkan
Daya banding laporan keuangan fiskal lebih merujuk kepada
derajat komparabilitas antar wajib pajak dengan usaha sejenis.
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) UU KUP 1984, karena
SPT harus diisi dengan benar dan lengkap, laporan keuangan
fiskal juga harus benar dalam arti sesuai dengan peraturan
perpajakan, bebas dari kesalahan material dan lengkap dalam arti
mencerminkan keadaan usaha dan kegiatan wajib pajak
sepenuhnya luput dari kekurangan material.
Sifat dan Keterbatasan
Pelaporan Keuangan Fiskal

Beberapa sifat dan keterbatasan laporan keuangan komersial dengan laporan


keuangan fiskal:
1. Laporan keuangan bersifat historis
2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
estimasi dan berbagai pertimbangan.
3. Lebih mengutamakan yang material (tanpa mengurangi kelengkapan
materi).
4. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis setiap
transaksi/peristiwa.
5. Terdapatnya alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
mengakibatkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar wajip pajak.
6. Informasi kualitatif, sedangkan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan
umumnya dikesampingkan.
Laporan Keuangan Fiskal

Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai solusi antara ketentuan


akuntansi dan pajak ke-3 pendekatan:
1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi.
Laporan keuangan, walaupun disusun berdasarkan prinsip akuntansi, sangat
diwarnai oleh ketentuan perpajakan.
Pengusaha harus menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan
perpajakan dengan tanpa kelonggaran terhadap ketidaksamaan prinsip
akuntansi dan ketentuan perpajakan.

2. Ketentuan pajak, untuk penyusunan laporan keuangan merupakan


standar independent terpisah dari prinsip akuntansi.
Para pengusaha bebas untuk menyelenggarakan pembukuan berdasarkan
prinsip dan metode akuntansi. Laporan keuangan fiskal disusun terpisah di
luar jaringan proses pembukuan.
Laporan keuangan fiskal disusun sebagai produk tambahan,
melalui suatu proses penyesuaian dan rekonsiliasi antara
praktek akuntansi komersial dan ketentuan perpajakan.

3. Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar


akuntansi.
Merupakan prinsip common basis (maasgeblichkeits
concepts). Dalam konsep ini laporan keuangan disusun
terutama mengikuti standar akuntansi.
Proses Penyusunan Laporan
Keuangan Fiskal

Laporan
Dokumen Buku Neraca keuangan
Jurnal
dasar besar percobaan komersial

Dicocokkan Rekonsiliasi

Laporan
Buku keuangan
tambahan fiskal

Vous aimerez peut-être aussi