Vous êtes sur la page 1sur 75

DISKUSI KELOMPOK

KAIDAH DASAR BIOETIK &


PRIMA FACIE
 1 KEL = 4 ORANG
 50/4 = 12 KELOMPOK
 KEL 1-2 BUAT RINGKASAN BERKAITAN DG ETIKA DAN
HASIL DISKUSI KASUS 1
 KEL 3-4 BUAT RINGKASAN BERKAITAN DG MORAL DAN HASIL
DISKUSI KASUS 2
 KEL 5-6 BUAT RINGKASAN BERKAITAN DG BIOETIK DAN HASIL
DISKUSI KASUS 3
 KEL 7-8 BUAT RINGKASAN BERKAITAN DG ETIKA KEDOKTERAN DAN
HASIL DISKUSI KASUS 4
 KEL 9-10 BUAT RINGKASAN BERKAITAN DG KAIDAH DASAR MORAL
DAN HASIL DISKUSI KASUS 5
 KEL 11-12 BUAT RINGKASAN BERKAITAN DG PRIMA FACIE DAN
HASIL DISKUSI KASUS 6
KAIDAH DASAR
BIOETIK &
PRIMA FACIE
ETIKA
 Etika merupakan bagian filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang
yang baik, berbuat baik dan menginginkan hal baik dalam hidup.
 Etika, sebagaimana metoda filsafat, mengandung permusyawaratan dan
argumen eksplisit untuk membenarkan tindakan tertentu (etika praktis).
 Juga membahas asas-asas yang mengatur karakter manusia ideal atau
kode etik profesi tertentu (etika normatif).
 Etika adalah pedoman berbuat sesuatu dengan alasan tertentu. Alasan
tersebut sesuai dengan nilai tertentu dan pembenarannya.
 Etika penting karena masyarakat selalu berubah, sehingga kita harus
dapat memilih dan menyadari kemajemukan (norma) yang ada (filsafat
praksiologik).
 Jadi etika juga adalah alasan untuk memilih nilai yang benar ditengah
belantara norma (filsafat moral).
Perbedaan etika dengan moralitas
 moralitas adalah pandangan tentang
kebaikan/kebenaran dalam masyarakat. Suatu
hukum dasar dari masyarakat yang paling hakiki
dan amat kuat. Juga suatu perbuatan benar atas
dasar suatu prinsip (maxim). Ia merujuk pada
perilaku yang sesuai dengan "kebiasaan atau
perjanjian rakyat yang telah diterima", sesuai nilai
dan pandangan hidup sejak masa kanak-kanak,
tanpa permusyawaratan.
Ciri khusus moralitas :

 Norma sangat penting (prinsipiil, kekuatannya "lebih bernilai" mengatasi


segala pertimbangan). Esensiil bagi kebahagiaan masyarakat. Esensiil bagi
tradisi budaya.
 Hukum universal (berlaku prinsip "dimana saja, kapan saja, siapa saja”).
Tatabahasa perintahnya universal. Mengikat (ada kata-kata : "harus").
Terjadi, harus terjadi dan dapat diaplikasikan secara universal.
 Normal rasional (ada alasan masuk akal) dan obyektif (kebenarannya
melingkupi seluruh masyarakat). Dasarnya adalah penalaran, tidak
memihak, merupakan kebijakan akhir, prinsipnya benar, oleh pelaku
otonom, dapat dibenarkan.
 Menyangkut (kebahagiaan) orang lain (misal : Golden Rule). Memberi
perhatian pada orang lain (altruisme), kasih/simpati, harapan timbal balik,
perhatian berdasar maksud baik terhadap orang lain dan tindakan
penghasil kebaikan orang lain.
 Etika merupakan pemikiran atau refleksi atas
moralitas. Dengan demikian tidak semua orang
beretika. Ia adalah refleksi filosofis yang
sesungguhnya. Ia dimunculkan oleh para filsuf dan
berlaku universal karena tak memandang
masyarakat tertentu saja. Dokter melanggar janji
datang tepat waktu, ia tidak etis. Bila meracuni
pasiennya, ia tidak bermoral.
Bioetika.

 Bioetika (F. Abel) adalah studi interdisipliner


tentang problem yang ditimbulkan oleh
perkembangan di bidang biologi dan ilmu
kedokteran, pada skala mikro maupun makro,
termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas
serta sistem nilainya, kini dan masa mendatang.
1. Nilai :
 Pra-moral : tidak/belum merujuk pada suatu norma konkrit
perilaku manusia; misal : kesehatan, kehidupan, integritas fisik,
seksualitas.
 Moral : mengharuskan manusia melakukan/merujuk sesuatu

tindakan konkrit pada suatu norma konkrit; misal : kesetiaan


yakni utk menepati janji, keadilan yakni kesediaan
menghargai hak orang lain
2. Norma = prinsip dasar :
 Proposisi (“dalil”) pemindah nilai ke tingkat kehidupan konkrit,

baik fungsi positif atau negatif.


 Ungkapan teknis pengalaman etis manusia

 Generalisasi relevan tentang apa yang secara normal relevan.


Pembagian teori etika
 Ditinjau dari segi inti :
1. Etika kebijaksanaan :
a. Dasar agama/kepercayaan : moralitas agama
non-samawi.
b. Dasar filsafat : etika kebahagian (Yunani).
2. Etika kewajiban :
a. Dasar agama : moralitas agama samawi (etika
teonom)
b. Dasar filsafat : Immanuel Kant (etika otonom).
 Ditinjau dari segi metodologisnya :
1. Etika Substantif
 Dasarnya etika kebijaksanaan atau etika

kewajiban.
2. Etika Prosedural :
a. Dasar Keadilan : contoh John Rawls
b. Dasar Komunikasional : contoh Juergen Habermas
 Ditinjau dari segi subyek pelaksananya :
1. Etika maksim (prinsip subyektif bertindak, sikap dasar hati
nurani ketika bersikap-tindak-perilaku-konkrit). Misalnya etika
kebijaksanaan. Bisa dilihat konteksnya, keterarahan pada
maksim tertentu yang merangkai dalam satu jalinan makna
(seperti tanggungjawab), dapat memperlihatkan watak
seseorang dan dapat membedakan antara legalitas dan
moralitas.
2. Etika norma-norma
 Dasarnya ialah peraturan-peraturan (hukum) sehingga tak
bisa membedakan legalitas - moralitas.
Teori hidup baik (bermakna)

 Teori ini mendasari nilai-nilai kenapa manusia


berbuat sesuatu yang dipandang etis. Hidup baik
dapat menurut pasien (masuk dalam “patients
preferences” dan “quality of life”) namun dalam
hal ini ditujukan pada diri dokter sebagai mahluk
otentik yang eksis dalam dirinya di tengah
perubahan cepat masyarakat dan ilmu-
pengetahuan-teknologi kedokteran di dunia
(relevan mendasari “contextual features”).
Kaidah dasar Moral :
1. Tindakan berbuat baik (beneficence)
 General beneficence :
 melindungi & mempertahankan hak yang lain
 mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
 menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
 Specific beneficence :
 menolong orang cacat,

 menyelamatkan orang dari bahaya.

 Mengutamakan kepentingan pasien


 Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan
dokter/rumah sakit/pihak lain
 Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)
 Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap
baik terhadapnya” (apalagi ada yg hidup).
Beneficence

1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, amar ma’ruf, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)

1. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

1. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter

1. Utilisasi = maksimalisasi “selisih bersih” akibat baik > buruk

1. Minimalisasi akibat buruk

1. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying

1. Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia

1. Pembatasan semata-mata “asal tujuan tercapai” “goal based” (lbh ke “caring-based”/kepedulian)

1. Maksimalisasi normatif/secara umum pemuasan kebahagiaan/kepuasan pasien

1. Maksimalisasi kepuasan tertinggi keseluruhan

1. Kewajiban menolong pasien gawat-darurat

1. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan

1. Bertanggung jawab (responsibility & accountability) dan bersikap professional pada umumnya (mengembangkan diri,menjaga kesehatan,dll)

1. Tidak menarik honorarium di luar kepantasan

1. Memberikan obat berkhasiat namun murah

1. Menerapkan Golden Rule Principle


2. Tidak merugikan atau nonmaleficence /primum non nocere
 Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien,
seperti :
 Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita
(harm) pasien
 Minimalisasi akibat buruk

 Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :

 Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko


hilangnya sesuatu yang penting
 Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan
tersebut
 Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif

 Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami


risiko minimal).
 Norma tunggal, isinya larangan
Tidak Merugikan (Non-Maleficence)

1. Primum Non Nocere (pertama-tama jangan menyakiti atau berniat menyakiti)

1. Tidak memanfaatkan pasien utk keuntungan pribadi atau memperlakukan pasien sebagai obyek

1. Kewajiban tidak membunuh pasien

1. Kewajiban untuk tak memperlakukan kasar/jahat (menggunakan kekerasan) pada pasien

1. Kewajiban untuk tak “jahil” (mengganggu tanpa alasan)

1. Menyengsarakan pasien sebagai obyek/nomor belaka

1. Menghindari pengelabuan terhadap pasien

1. Membiarkan pasien makin berat penyakitnya tanpa upaya seimbang

1. Tidak memperpendek rentang kehidupan pasien karena ceroboh, membahayakan

1. Kurang/tidak mendorong semangat hidup pasien

1. Tidak melindungi pasien dari serangan pihak luar

1. Tidak melakukan “kejahatan profesional” dalam bidang kesehatan /kerumah-sakitan yang merugikan pihak pasien/ keluarganya

1. Tidak memberi bantuan kebutuhan hidup


3. Keadilan
 Treat similar cases in a similar way = justice within morality.

 Memberi perlakuan sama untuk setiap orang :

 Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan


diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai
kebutuhan pasien yang membahagiakannya)
 Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan
kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan
kemampuan pasien).
 Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien
sebagai mahluk berakal budi (bermartabat) khususnya
: yang-hak dan yang-baik
Keadilan (Justice)

1. Memberi perlakuan sama kepada pasien untuk kebahagiaan pasien dan umat manusia yaitu :

 memberi sumbangan relative sama dengan kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien)

 menuntut pengorbanan mereka secara relative sama dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien)

 Melaksanakan kewajiban dokter-pasien sesuai kode etik kedokteran.

 Menggunakan SOP dan pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan baku emas

 Bekerja dengan menerapkan Evidenced Base Medicine (tidak berlebihan)

 Menggunakan sarana/prasarana yang tepat bagi usaha pencegahan yang tepat bagi komunitas

1. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya,beban,sanksi) secara adil

1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal

1. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

1. Membedakan sementara namun membela pihak yang paling kurang beruntung

Keadilan (Justice)

1. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

1. Mengembalikan hak kepada pemiliknya (pertukaran hak)

1. Mengembalikan hak kepada pemilik pada saat yang tepat/kompeten

1. Tidak membebani beban berat/tak merata tanpa alasan sah/tepat

1. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

1. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability, quality)

1. Menghargai hak hukum kasus child abuse, domestic violence, diduga uzur/gila, penahan diduga pelaku kejahatan, karantina, dll

1. Mengormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/ gangguan kesehatan

1. Tidak menggeser alokasi dana kelompok rentan/miskin atau geser hak pasien miskin

1. Tak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, kedudukan sosial /ekonomi / pendidikan

1. Tidak melakukan penyalahgunaan kekuasaan

1. Bijak dalam makro alokasi

1. Tidak melakukan penyimpangan perilaku etis/disiplin dalam bidang kesehatan / kerumah-sakitan yang merugikan pihak pasien/keluarganya
4. Otonomi (self-determination)
 Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan
bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan
kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan,
paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari
dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia.
 Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu,
yakni kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan
keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi
pandang pribadi.
 Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela,
membiarkan pasien demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk
bermartabat).
 Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi.
 Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth, Hormatilah privasi yang lain, lindungi
informasi konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien, Bila
ditanya, bantulah membuat keputusan penting.
 Erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk
kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang
dimaksudkan (intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen effects),
Otonomi (Self Determination)

1. Membiarkan pasien dewasa/kompeten memutuskan untuk dirinya sendiri

2. Otonomi Kehendak (Kant)

 tidak menghambat atau memaksa atau melakukan campur tangan keputusan pasien (mencegah heteronomy)

 mencegah pihak lain mencampuri keputusan pasien, termasuk keluarga pasien sendiri

 mendorong rasionalitas pasien dalam mengambil keputusan

3. Otonomi Tindakan (Mills)

 sabar menunggu tindakan/pemikiran pasien untuk kasus yang elektif/tidak gawat darurat

 tidak membohongi pasien walaupun “white lies”

 keterus terangan apa adanya (truthfulness)

 menghargai hak penentuan diri sendiri pribadi pasien

4. Menjaga hubungan (loyal dan menghargai apa yg sudah dijanjikan kepada pasien=kontrak)

5. Kewajiban menghormati privasi pasien

6. Kewajiban melindungi rahasia pasien (konfidensialitas)

 meminta ijin pasien otonom (dewasa) untuk pengantarnya (termasuk orang tua/walinya) dalam ruangan boleh mendengarkan diagnosisnya

 tidak membeberkan aib/rahasia pasien ke keluarganya/keluarga dokter/pers dll (orang ke tiga)


Selain 4 prinsip atau kaidah dasar moral
tersebut, dikenal prinsip "turunan"nya dengan
nilai-nilai seperti :
1. Berani berkata benar/kejujuran (veracity) : truth
telling
2. Kesetiaan (fidelity) : keep promise
3. Privacy (dari otonomi dan beneficence)
4. Konfidensialitas.
5. Menghormati kontrak (perjanjian)
6. Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan informasi
kepada pasien atau pihak ketiga seperti
perusahaan asuransi, pemerintah, dll.
7. Menghindari membunuh
KAIDAH DASAR MORAL (KDM)
1. Legalisme (prinsip moral tergantung pada
hukum/nilai utama lainnya)
2. Absolut
3. Prima facie (prinsip harus dipatuhi, namun dapat
bertukar sejauh ada kepentingannya seperti
prinsip lain yang lebih kuat atau ada alas an kuat
untuk pengecualiannya)
4. Relatif
5. Antinomianisme (prinsip moral tidak tergantung
pada hukum/nilai utama lainnya)
Keberlakuan etika kedokteran sebagai norma :
1. Bersyarat (hipotetis) = teleologis
 betul tidaknya tindakan bergantung pada akibat-akibatnya.
 bila akibat baik : wajib;
 bila buruk : haram.
 hendak dicapai tujuan kedokteran tertentu namun tetap dalam bingkai
“mempertahankan martabat kemanusiaan” (bukan tujuan asal-asalan).
 dasar : pengalaman (efektif – efisien).
 Kelemahan : menghilangkan dasar pembawa kepastian etis, tidak
berketegasan, pemicu “tujuan menghalalkan cara”.
2. Tidak bersyarat (kategoris) = deontologis
 Tidak bergantung pada tujuan tertentu
 Betul tidaknya tindakan bergantung pada perbuatan/cara bertindak itu
sendiri, bukan pada akibat tindakan.
 Dasar : kewajiban/keharusan mutlak/absolut atau “kewajiban demi
kewajiban”.
 Kelemahan : pemicu fanatisme buta, tidak luwes dalam perkembangan
jaman, tidak mampu memecahkan dilema etis.
Sifat etika kedokteran (EK) :

1. Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum)


2. Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).
3. Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri = selfimposed,
zelfoplegging)
4. Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma-norma
yang seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban = gesinnung
yakni diri sendiri, umum, teman sejawat dan pasien/klien & masyarakat
khusus lainnya)
5. Etika profesi (biasa):
 bagian etika sosial tentang kewajiban & tanggungjawab profesi
 bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, norma-norma/kewajiban-kewajiban
dan keutamaan-keutamaan moral
 Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk menyimpan rahasia
pasien/rahasia jabatan (verschoningsrecht)
 Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & pengalaman profesi kedokteran.
 Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena telah berabad-
abad, yang-baik & yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik (sebagai kumpulan
norma atau moralitas profesi)
 Isi : 2 norma pokok :
 sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan dampak praktek profesi bagi orang
lain;
 bersikap adil dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).

6. Etika profesi luhur/mulia :


 Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :
 Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter < kepentingan pasien) = altruisme.
 Ada idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-cita luhur/etos profesi = l’esprit de
corpse pour officium nobile
7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap krisis moral akibat pengaruh teknologisasi
dan komersialisasi dunia kedokteran.
Ringkasan
Bioetika kedokteran merupakan salah satu etika khusus dan etika sosial dalam
kedokteran yang memenuhi kaidah praksiologik (praktis) dan filsafat moral
(normatif) yang berfungsi sebagai pedoman (das sollen) maupun sikap
kritis reflektif (das sein), yang bersumber pada 4 kaidah dasar moral
beserta kaidah turunannya. Kaidah dasar moral bersama dengan teori
etika dan sistematika etika yang memuat nilai-nilai dasar etika merupakan
landasan etika profesi luhur kedokteran. Pemahaman awal kaidah dasar
moral akan menimbulkan kesadaran moral, yang dengan latihan dan
paparan terhadap kasus-kasus kedokteran yang sebelumnya dan
berkembang di masa mendatang diharapkan akan membekali kemampuan
reflektif-analitik dokter, termasuk mahasiswa kedokteran, yang dengan
mekanisme pendidikan dalam rangka saling mengingatkan terus menerus
dan mencegah penyimpangan
Content:
 Definition
 Approached to bioethics
 Principles of bioethics / kaidah dasar bioetik
 Prima facie
Definition:
 THE DISCIPLINE DEALING WITH WHAT IS GOOD AND
BAD AND WITH MORAL DUTY AND OBLIGATION
(Webster’s).
 ETHICS OFFERS CONCEPTUAL TOOLS TO EVALUATE AND
GUIDE MORAL DECISION MAKING
 MEDICAL ETHICS IS A DISCIPLINE / METHODOLOGY
FOR CONSIDERING THE IMPLICATIONS OF MEDICAL
TECHNOLOGY / TREATMENT AND WHAT OUGHT TO BE
(Univ of Washington School of Medicine)
 Ethics can be described as a sub-branch of applied
philosophy that seeks ‘what are the right and the
wrong, the good and the bad set of behaviours in a
given circumstance’

 Bioethics is a quasi-social science that offers solutions to


the moral conflicts that arise in medical and biological
science practice.

 The Four Principles of Bioethics in 13th Century Muslim Scholar Maulana’s Teachings,Sahin
Aksoy,Faculty of Medicine,Dept Med Ethics & History of Medicine,Turki.
Bioetika:
 Berperan penting dalam menjamin kehormatan
harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity), perlindungan hak-hak asasi manusia dan
kebebasan-kebebasan dasar.

 Mencakup dimensi etika, hukum, sosial dan budaya


ilmu-ilmu hayati dan juga teknologi yang terkait.

 Rangkuman Pembahasan Kelompok Kerja Komisi Bioetika Nasional 2004-2007.


 Ethics is :
the study of morality – careful and systematic
reflection on and analysis of moral decisions
and behaviour, whether past, present or future.

Morality is :
the value dimension of human decision-making
and behaviour.
 Since ethics deals with all aspects of human
behaviour and decision-making, it is a very
large and complex field of study with many
branches or subdivisions.

 Medical ethics is the branch of ethics that


deals with moral issues in medical practice.

 Medical ethics is closely related, but not


identical to, bioethics (biomedical ethics).
Medical ethics focuses primarily on issues arising out
of the practice of medicine.

Bioethics is a very broad subject that is concerned


with the moral issues raised by developments in the
biological sciences more generally.
 The study of ethics prepares medical students to
recognize difficult situations and to deal with them
in a rational and principled manner.

 Ethics is also important in physicians’ interactions


with society and their colleagues and for the
conduct of medical research.
 From Hippocrates came the concept of medicine as
a profession, whereby physicians make a public
promise that they will place the interests of their
patients above their own interests.
 In recent times medical ethics has been greatly
influenced by developments in human rights.

 In a pluralistic and multicultural world, with


many different moral traditions, the major
international human rights agreements can
provide a foundation for medical ethics that is
acceptable across national and cultural
boundaries.
 Moreover, physicians frequently have to deal with
medical problem resulting from violations of human
rights, such as forced migration and torture.
 Medical ethics is also closely related to law.
 In most countries there are laws that specify how
physicians are required to deal with ethical issues in
patient care and research.
 In addition, the medical licensing and regulatory
officials in each country can and do punish
physicians for ethical violations.
Different ways of approaching ethical
issues:

• Non rational : Rational:


• 1.obedience 1.Deontology
• 2.imitation 2.consequentialism
3.principlism
• 3.feeling 4.virtue ethics
• 4.intuition
• 5.habit
 Consider the following medical cases, which
could have taken place in almost any country :
 1. Dr. P, an experienced and skilled surgeon, is about to
finish night duty at a medium-sized community hospital.
A young woman is brought to the hospital by her
mother, who leaves immediately after telling the intake
nurse that she has to look after her other children. The
patient is bleeding vaginally and is in a great deal of
pain. Dr. P examines her and decides that she has had
either a miscarriage or a self-induced abortion. He
does a quick dilatation and curettage and tells the
nurse to ask the patient whether she can afford to stay
in the hospital until it is safe for her to be discharged.
Dr. Q comes in to replace Dr. P, who goes home without
having spoken to the patient.
 2. Dr. S is becoming increasingly frustrated with
patients who come to her either before or after
consulting another health practitioner for the same
ailment. She considers this to be a waste of health
resources as well as counter-productive for the health
of the patients. She decides to tell these patients that
she will no longer treat them if they continue to see
other practitioners for the same ailment. She intends
to approach her national medical association to lobby
the government to prevent this form of misallocation
of healthcare resources.
 3. Dr. C, a newly appointed anaesthetist* in a city
hospital, is larmed by the behaviour of the senior surgeon
in the operating room. The surgeon uses out-of-date
techniques that prolong operations and result in greater
post-operative pain and longer recovery times. Moreover,
he makes frequent crude jokes about Medical Ethics
Manual – Introduction the patients that obviously bother
the assisting nurses. As a more junior staff member, Dr. C is
reluctant to criticize the surgeon personally or to report
him to higher authorities. However, he feels that he must
do something to improve the situation.
 4. Dr. R, a general practitioner in a small rural town, is
approached by a contract research organization
(C.R.O.) to participate in a clinical trial of a new non-
steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) for
osteoarthritis. She is offered a sum of money for each
patient that she enrols in the trial. The C.R.O.
representative assures her that the trial has received all
the necessary approvals, including one from an ethics
review committee. Dr. R has never participated in a trial
before and is pleased to have this opportunity,
especially with the extra money. She accepts without
inquiring further about the scientific or ethical aspects
of the trial.
 Each of these case studies invites ethical
reflection. They raise questions about physician
behaviour and decision-making – not
scientific or technical questions such as how to
treat diabetes or how to perform a double
bypass, but questions about values, rights and
responsibilities. Physicians face these kinds of
questions just as
often as scientific and technical ones.
Approached to Bioethics:
 Pendekatan dengan teori etika tradisional:
1. Deontologi.
asal kata deon , tidak bersyarat (kategori )
dan tidak bergantung pada tujuan tertentu.
Benar tidaknya tindakan bergantung pada
perbuatan atau cara bertindak itu sendiri, bukan
pada akibat tindakannya.
Dasarnya kewajiban, mutlak.
Pendekatan dengan teori etika tradisional:
 2. Teleologi.
Bersyarat (hipotetis), benar tidaknya tindakan
bergantung pada akibat-akibatnya.
Bila akibatnya baik: wajib, bila buruk: haram.
Untuk mencapai tujuan kedokteran tertentu
tapi tetap dalam bingkai mempertahankan
martabat kemanusiaan (bukan tujuan asal-asalan).
Pendekatan dengan teori etika tradisional:

 3. Virtue.
Keutamaan, benar tidaknya tindakan
tergantung
dari norma-norma yang diambil, meminimalkan
norma-norma kemanusiaan yang akan
dikorbankan
dengan dasar menghormati norma kebahagiaan
kemanusiaan.
Approached to bioethics:
 Pendekatan metode etika klinis:
1. Casuistry.
metode pengambilan keputusan etik dengan
menganalogikan situasi dan kondisi suatu kasus
terhadap kasus terdahulu yang sudah ada solusi
nya secara konsensus.

2. Moral pluralism.
Dikembangkan oleh Jonsen, Siegler dan Winslade.
Metode etika klinis.
 2.Moral pluralism.
Melakukan analisis moral terhadap 4 jenis
kategori
yaitu:
*kategori indikasi medis (medical indications)
*pilihan pasien (patient preferences)
*kualitas hidup (quality of life)
*konteks utama (contextual features)
Appoached to bioethics:
 Pendekatan etika kedokteran terapan:
1.Principlism.
Mementingkan prinsip etik dalam bertindak.
*Four principles = kaidah dasar bioetika
tokoh: Beauchamp and Childress.
*Etika normatif
2.Alternatif Principlism.
*Etika komunitarian
*Feminist ethics (etika kasih sayang)
Principles of Bioethics
= Kaidah Dasar Bioetik:
Terdiri dari 4 kaidah dasar yaitu:
1. Beneficence
2. Non Maleficence
3. Autonomy
4. Justice
Kaidah turunannya : confidentiality, truth telling,
informed consent, privacy, promise keeping,
honesty.
1.BENEFICENCE : SIKAP/BERBUAT BAIK (1)

 Konteks : tertuju pd pihak ke-2 (individu pasien) pada


umumnya, yg stabil (tidak gawat darurat, tidak rentan)
untuk kepentingan pasiennya.
 Utamakan altruisme
 Menjamin nilai pokok harkat & martabat manusia “apa
saja” yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik
terhadapnya (apalagi “ada” yang hidup)
1.BENEFICENCE : SIKAP/BERBUAT BAIK (2)

 Memandang pasien/keluarga/sesuatu yang tak


hanya sejauh menguntungkan dokter
 Maksimalisasi akibat baik>buruk
 Minimalisasi akibat buruk
 Banyak dianut di Timur (termasuk RI),
paternalisme nyata dan prinsip musyawarah
mufakat
2.NON MALEFICENCE : TIDAK MERUGIKAN (1)

Konteks : tertuju pada pihak ke-2 (pasien) yang


kesakitan/menderita, gawat darurat, menjelang cacat,
distress, rentan, tidak/bukan otonom seperti uzur, terjepit
tanpa pilihan, miskin, bodoh.
Sisi komplementer beneficence
Primum non nocere (pertama jangan menyakiti)
Kewajiban menganut ini berdasarkan hal-hal :
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau beresiko
2.NON MALEFICENCE : TIDAK MERUGIKAN (2)

 Hilangnya sesuatu yang penting


 Dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebut
 Manfaat bagi pasien > kerugian dokter
(hanya mengalami resiko minimal)
 Tindakan kedokteran terbukti efektif
3.JUSTICE : KEADILAN (1)

Konteks : tertuju pada pihak ketiga selain individu


pasien/klien, wakil/kluster populasi/komunitas; pihak
penyandang dana/ikut penanggung jawab, pihak berpotensi
dirugikan/paling kurang diuntungkan.
Memberi perlakuan sama kepada pasien untuk kebahagiaan
pasien & umat manusia yakni:
Memberi sumbangan relatif sama dengan kebutuhan mereka
(kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien)
Menuntut pengorbanan mereka secara relatif sama dengan
kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan
kemampuan pasien)
3.JUSTICE : KEADILAN (2)

Tujuan : menjamin nilai tak berhingga dari setiap


makhluk (pasien) yang berakal budi (aspek sosial)
Jenis keadilan :
Tukar menukar : kebijakan (kebiasaan etis) selalu memberi hak
pasien/yang semestinya harus diterima
Distributif (membagi) : kebajikan dokter/sarkes selalu
membagikan kenikmatan/beban bersama, rata dan merata
dengan keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani dan
rohani.
Social : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran
kesejahteraan bersama
Hukum (umum) : bagi dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian
hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum
4.AUTONOMY : SELF DETERMINATION (1)

Konteks : ditujukan pada capable person =


individu pasien yg dewasa, sehat, bebas (punya
rentang hak pilih atas keputusan dirinya, seperti
kondisi pro operasi elektif), sejajar dengan
dokternya.
Menghendaki, menyetujui, membenarkan,
mendukung, membela, membiarkan pasien demi
dirinya sendiri (sebagai makhluk bermartabat)
4.AUTONOMY : SELF DETERMINATION (2)

 Pasien = makhluk berakal budi, tidak


boleh dijadikan semata-mata alat tetapi
tujuan
 Wajib menghormati manusia sebagai
makhluk pribadi yang otonom
 Didewa-dewakan di Anglo-American yang
individualismenya tinggi
Erat terkait dengan informed-consent
Prima facie

 Adalah perubahan pemilihan penggunaan


prinsip dasar bioetik yang paling tepat atau
cocok dalam suatu konteks.
Medical
Indication Deductive logic

Beneficence Non Maleficence Autonomy Justice

Method =
Logic Thinking  critical analysis

Combination of
It’s characteristics = Patient’s Context
Principles-based ethics  Prima
Facie
T.Beauchamp & Childress (1994) & Veatch (1989)

Patient’s preference

Beneficence
Autonomy

Non Maleficence
Justice

Contextual features Clinical Decision


EBM
Quality of life Making

Value-based medicine
Medical indication
Medical
Indication
ENRICHMENT OF JUSTIFICATION

Beneficen
ce Non Maleficence Autonomy Justice

(NEW) ILLAH = actual duty = contextuality


PRIMA
FACIE
CETERIS PARIBUS

DEDUCTIVE >< : DETECT


LOGIC DEVIATION
“OPPOSITION”
CREATIVE THINKING

Not stipulated in the text =


VALUE
Patient’s Context
CONFORM
Medical
Indication TROEF = berubah menjadi
……
Beneficence Non Maleficence Autonomy Justice

pihak II capable pihak III


pihak II person Non pasien
kesakitan/
Umum bebas wakil/wali
menderita,
BAIK Elektif kluster pop
gadar,pra-cacat
“kranjang rentang >> Komunitas
Distress
Sampah” hak pilih a Penyandang
Rentan
uzur, // DRnya dana
terjepit Berpotensi
tanpa pilihan Dirugikan/
Miskin Paling krg
bodoh. diuntungkan
TERGANTUNG …….  BERUBAH MENJADI
The Scope of ethics in Medicine

bioethics
Deduction
Macro level = logic

rights Politics of Health

justification Meso level


conscience
Health services delivery

Macho level
self
reflection Health care teams
ethics

Micro level Induction


= casuistry
Clinical medicine
Concrete
Daily living
Goals of medicine
69

 Promotion of health and prevention


of disease
 Relief of symptoms pain, and
suffering
 Cure of disease

 Prevention of untimely death

10/16/2018
Goals of medicine (2)

 Improvement of functional status or


maintenance of compromised status
 Education and counseling of patients
regarding their condition and prognosis
 Avoidance of harm to the patient in the
course of care
 Special Supplement: The Goals of Medicine: Setting New Priorities, Hastings Cent Rep
1996,26(suppl)(6): 1—27.
KKI & 4 kaidah dasar moral:
 Praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada 4
kaidah dasar moral yaitu :
a) Menghormati martabat manusia (respect for
person). Menghormati martabat manusia. Pertama,
setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai
manusia yang memiliki otonomi (hak untuk
menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap
manusia yang otonominya berkurang atau hilang
perlu mendapatkan perlindungan.
b) Berbuat baik (beneficence).
Selain menghormati martabat manusia, dokter juga
harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya
terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare).
Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap
ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi
kewajiban.
c) Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence).
Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan
yang paling kecil risikonya dan paling besar
manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm,
tetap berlaku dan harus diikuti.
d) Keadilan (justice).
Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan
kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan
jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter
terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain
kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
Prinsip dasar ini juga mengakui adanya kepentingan
masyarakat sekitar pasien yang harus dipertimbangkan.

Vous aimerez peut-être aussi