Vous êtes sur la page 1sur 80

ASKEP PEMENUHAN

ELIMINASI URINE
Fisiologi Eliminasi Urine
 Eliminasi urine
tergantung dari
efektivitas fungsi 4
organ saluran
perkemihan, yaitu :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung Kemih/Vesica
urinaria
4. Uretra
GINJAL
 Berfungsi menyaring produk2 dari darah yg sudah tdk
digunakan oleh tubuh
 Setiap ginjal mempunyai satu arteri renalis yg berasal dari
aorta abdominalis yang masuk ke ginjal melalui hilum
 Vena renalis keluar melalui hilum dan bergabung dgn vena
cava inferior
 Diperkirakan pada orang dewasa darah yang masuk atau
melalui ginjal adalah 1200 ml/menit 21 % dari cardiac
output (5600 ml/mnt)
 Total supply sirkulasi darah ke tubuh yg melalui ginjal kira2 12
kali/jam
Con’t
 Dari darah kemudian nepron (unit fungsional ginjal
akan membentuk cairan yang disebut filtrat
glomerulus kira2 180 liter/hari atau 25 ml/menit
 Rasio “volume-waktu” ini disebut :
Glomerular Filtration Rate (GFR)/ laju filtrasi
Glomerulus
 Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah
yg dikelilingi oleh capsula bowman
Con’t
 Pori2 dari Glomerulus cukup lebar untuk lewatnya
air dan beberapa solute, tetapi terlalu kecil untuk
molekul2 yg besar seperti : Protein dan Elemen2 yg
terbentuk dlm Darah
 Filtrat Glomerulus secara kimiawi hampir mirip
komponennya dgn Plasma tetapi hanya
mengandung sedikit protein (0,03%)
Dibandingkan protein yang terkandung di plasma
(7%)
Con’t
 Proteinuria (adanya protein dalam urine)
merupakan tanda dari kerusakan glomerulus
 Filtrat Glomerulus terdiri dari : Air, Elektrolit,
Creatinine, Glucosa, Urea, Asam amino, Asam Urat,
Bicarbonate, dan elktrolit2 lain
 Setelah filtrat masuk capsula bowman, Filtrat akan
masuk ke dalam sistem Tubular (tubulus), dimana
hampir 99 % filtrat akan di reabsorbsi ke dalam
pembuluh darah
Con’t
 Sisanya 1% akan dibentuk menjadi urine untuk
diekskresikan keluar dari tubuh (Guyton)

Fungsi dari Nephron : mengembalikan sebagian besar


filtrat Glomerulus ke Sirkulasi

Ginjal adalah organ yg paling penting dalam mengatur


keseimbangan Cairan tubuh
URETER
 Stlh urine di bentuk di Ginjal, kmdn urine akan
masuk ke ureter melalui Collecting Duct (Ductus
Koligentes), kmdn msk ke dalam kandung kemih
 Pada orang dewasa :
• Panjang : 25- 30 cm (10-12 inci)
• Diameter : 1,25 cm (0,5 inci)
 Bagian dari ujung atas dari setiap ureter, yg masuk
ke ginjal berbentuk melengkung disebut Renal Pelvis
Con’t
 Bagian Bawah dari ureter, msk ke dalam kandung
kemih di sudut belakang bagian bawah kandung
kemih
 Pada bagian yg menghubungkan antara ureter dan
kandung kemih terdapat semacam katup membran
mucosa yg berfungsi untuk mencegah Reflux (aliran
balik) urine ke atas ke ureter kmdn ke ginjal
KANDUNG KEMIH (BLADDER)
 Kandung kemih berbentuk kantung, mrpkn organ yg
berotot shg menampung urine dan mrpkn organ
exkresi
 Bila kosong, organ ini berada di belakang
symphisis pubis
 Pada laki2 : organ ini berada di depan rectum dan
di atas kelenjar prostat
Pada Wanita : berada di depan uterus dan vagina
Con’t
 Dinding kandung kemih dibentuk oleh 4 lapisan :
1. Lapisan Mucosa paling dalam, merupakan bagian
yg berhubungan antara ureter dan uretra
2. Lapisan Submucosa mrpk jaringan connective
3. Lapisan Muscular/otot, terdiri dari 3 lapisan
serabut otot halus : membentang panjang, oblique
(miring) dan circular
4. Lapisan paling luar : Serosa
Con’t
 Selaput otot halus : disebut Otot Detrusor
 Bagian paling bawah/ dasar dari kandung kemih
dis. Trigone/Trigonum yg merupakan area
triangular (segitiga) yg dibentuk oleh 2 lubang
ureter di bagian Posterior dan satu lubang uretra di
sudut bawah anterior yg membentuk Apex
 Urine keluar dari kandung kemih melalui Uretra
 Secara normal jumlah urine yg disimpan di dalam
kandung kemih bervariasi untuk setiap individu dan
berdasarkan usia
Con’t
 Pada orang dewasa, secara normal akan muncul
keinginan untuk berkemih bila volume kandung
kemih berisi urine : 250 ml – 450 ml
 Normal output urine pada orang dewasa kira2 :
1500 ml/hari
 Kandung kemih mampu untuk mengembang
(distensi) karena adanya rugae (lipatan) dari
membran mukosa dan karena elastisitas dari
dinding kandung kemih
Con’t
 Bila penuh, puncak dari kandung kemih dapat
mengembung di atas symphisis pubis pada
situasi yg extreme bahkan dapat mengembung
setinggi umbilicus
URETRA
 Uretra membentang dari kandung kemih ke meatus
urinarius (tempat pengeluaran) dari meatus
kemudian urine dikeluarkan
 Urethra dilapisi dengan membran mukosa
 Pada pria dewasa uretra juga berfungsi sebagai
alat reproduksi untuk tempat keluarnya cairan
(semen) seperti urine
Con’t
 Pada wanita dewasa uretra secara lagsung berada
di belakang sympisis pubis, anterior dari vagina,
panjangnya kira2 : 3,7 cm (1,5 inci) uretra hanya
berfungsi sbg tempat lewatnya urine
Tempat meatus urinarius antara labia minora, di depan
vagina dan di bawah clitoris
 Pada pria letak uretra pada bagian distal akhir
dari panjangnya sekitar 20 cm (8 inci)
Con’t
 Baik pada laki-laki maupun perempuan, uretra
mempunyai 2 otot spincter yaitu :
otot spincter interna dan bekerja berdasarkan
situasi dan kondisi dari kandung kemih dan
involunter
otot spincter yang kedua, bekerja dibawah kontrol
volunter
 Pada wanita ditengah2 (midpoint) dari uretra
Pria Bag. Distal dari prostat
Con’t
 Baik pada pria maupun wanita, uretra dibatasi oleh
membran mukosa yg mrpkn kelanjutan dari kandung kemih
dan ureter

Oleh karena itu : Adanya infeksi


pada uretra dapat secara langsung
menyebabkan infeksi pada saluran
Perkemihan dan Ginjal

Wanita biasanya sering mengalami infeksi saluran perkemihan


karena uretranya lebih pendek
Urination (Berkemih)
 Micturition, voiding (pengosongan) dan urination
mrpkn proses pengosongan dari kandung kemih
 Urine dikumpulkan di dalam kandung kemih, sampai
adanya tekanan akibat adanya stimulus dari syaraf
sensorik yg berada pada dinding kandung kemih yg
disebut Strech Reseptor
 Pada orang dewasa saraf ini akan terstimulus bila
kandung kemih berisi urine antara 250 ml dan 450
ml
 Pada anak2 : 50 ml – 200 ml
Con’t
Kandung kemih penuh berisi Urine
Strech Reseptor terstimulasi
Impuls dibawa ke Medula Spinalis S2 –S4 (Pusat Reflek
Pengosongan)
Impuls dilanjutkan ke Pusat Kontrol Pengosongan
di Cortex Cerebral
Medula spinalis (Saraf Motorik) di area sakral/sakrum
Pusat kesadaran Menstimulasi Saraf Parasimpatis
Di otak Urine dapat dikeluarkan dari kandung kemih
+ relaxasi Spincter External
Berkemih
Con’t
 Sistem Saraf Simpatis menyebabkan Relaxasi
 Kontrol volunter berkemih hanya mungkin terjadi, bila terdapat
supply saraf ke :
• Kandung kemih dan Uretra
• Medula Spinalis dan Otak
• Daerah motorik di Cerebrum
Setiap individu harus mampu merasakan bila kandung kemih penuh.
Adanya injury pd bagian sistem saraf, contoh :
Perdarahan cerebral
Injury medula spinalis di atas sacral

Pengosongan involunter scr intermitten dari kandung kemih



Con’t
 Lansia mempunyai keterbatasan untuk merasakan
sensasi penuh pada kandung kemih
 Miksi yang involunter disebut Incontinentia Urine
disebabkan krn kerusakan pada Medula Spinalis
di atas vertebra sacral berkemih scr reflex tanpa
disadari Automatic Bladder
Con’t
 Seseorang yg tidak mampu mengosongkan kandung
kemihnya meskipun volumenya full, disebut Retensi Urine

Dilakukan
 Catheterisasi : memasukkan selang (cathether) melalui
uretra, masuk ke dalam kandung kemih untuk
mengosongkan urine menghilangkan rasa tidak nyaman
akibat retensi
 Urinary Suppression : Seseorang tdk dpt berkemih, krn
ginjal tdk memproses/mengeluarkan urine sehingga
kandung kemih kosong
RATA2 JUMLH EXKRESI URINE PER-HARI
BERDASARKAN TINGKAT USIA
USIA JUMLAH (ml)

1-2 Hari 15 – 60 ml

3-10 Hari 100 -300 ml

10 Hari – 2 Bulan 250 – 450 ml

2 Bulan – 1 Tahun 400 – 500 ml

1 – 3 Tahun 500 – 600 ml

3- 5 Tahun 600 – 700 ml

5- 8 Tahun 700 – 1000 ml

8- 14 Tahun 800 – 1400 ml

≥ 14 Tahun 1500 ml

Lansia 1500 atau kurang


Faktor2 Yg Mempengaruhi Pengosongan Urine

1. Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Fetus
 Ginjal Fetus mulai mengexkresikan urine antara usia
minggu ke-11 dan ke-12 masa perkembangan
 Urine Fetus bersifat lebih Hypotonik drpd plasma
 Placenta bersifat sbg Pseudo-Ginjal dlm mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit fetus
 Ginjal tidak dapat berfungsi scr independent sampai
saat lahir
Con’t
b. Infant
 Kemampuan memekatkan urine masih minimal Warna urine :
kuning terang
 Belum ada kontrol urine secara volunter
c. Anak-anak
 Fungsi ginjal mendekati kematangan antara tahun pertama
sampai kedua konsentrasi urine efektif warna mendekati
normal
 Kontrol volunter urine dimulai usia 18- 24 Bulan
 Kontrol urine scr penuh usia 4-5 tahun
 Kontrol urine sepanjang hari : usia 2 tahun
 Anak laki2 > lambat drpd anak perempuan untuk memulai
kontrol
 Ginjal tumbuh sesuai dengan proporsi pertumbuhan tubuh
Con’t
d. Dewasa
 Ginjal mencapai maximum usia 35- 40 tahun
 Sesudah usia 50 tahun ginjal mulai mengalami penurunan ukuran dan
fungsi
e. Lansia
 Diperkirakan 30% akan kehilangan glomerulus pada usia 80 tahun
 Menurunnya aliran darah ke renal karena pembuluh darah dan m CO
 Konsentrasi urine menurun
 Sering BAK malam hari Tonus otot
 Residu urine Tonus otot Kontraksi Pertumbuhan Bakteri
Frekuensi BAK
 Terjadi Incontinentia B.D masalah mobilisasi/Gangguan Neurologi
Faktor2 Yg Mempengaruhi Pengosongan Urine

2. Faktor Psikososial
 Privacy
 Posisi yg Normal
 Waktu
 Aliran air
3. Intake Makanan dan Cairan
 Alkohol output urine (menghambat fungsi/pengeluaran
ADH)
 Caffeine output urine
 Sodium Retensi Cairan Output Urine
 Beberapa jenis makanan mempengaruhi warna urine Ex :
Carotene Warna urine lbh kuning
Con’t
4. Obat-obatan
 Diuretik (chlorothiazide, Furosemid, Ethacrynic acid)
Output urine dengan cara mencegah reabsorbsi air
dan elektrolit di Tubulus Ginjal
 Biasanya diberikan untuk Hypertensi dan penyakit
jantung
5. Tonus otot dan Aktivitas
 Aktivitas teratur tonus otot baik metabolisme
tubuh produksi urine /baik
 Pemasangan Catheter dapat melemahkan tonus otot
6. Kondisi Pathologi/Penyakit
 Gangguan Endocrine (Diabetes Insipidus) urine
output
 Gang. Aliran darah ke ginjal Atheroskerosis
output urine
 Gangguan Ginjal Akut/kronis Output urine
 Hyperthropy kel. Prostat BPH Ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih
 Febris Output urine
Con’t
7. Prosedur Operasi dan Diagnostik
 Cystoscopy warna urine merah, Uretra
bengkak
 Post op Warna urine merah BPH TUR
 Anestesi Spinal Passage urine
 Anastesi lain2 TD, GFR
PERUBAHAN PRODUKSI URINE
1. POLIURYA atau Diuresis
 Merupakan produksi urine yg abnormal dlm jumlah besar
2500 ml/hr pd orang dewasa
 Dapat disebabkan karena :
Intake cairan yg berlebihan
Ingesti substansi yg mengandung Caffein dan alkohol
Diabetes Melitus
Ketidakseimbangan Hormon (Defisiensi ADH)
Penyakit ginjal Kronik
 Tanda dan Gejala lain yg berhubungan dengan Diuresis
adalah : Poydipsia (Sering haus, banyak minum), Dehidrasi,
Berat badan
Con’t
2. Oliguria dan Anuria
 Oliguria : Produksi urine yg kurang dari 500 ml dlm
24 jam
 Anuria : Produksi urine kurang dari 100 ml/hari
 Oliguria dpt disebabkan krn :
Intake cairan yg sangat kurang/krn penyakit
Demam dan pernafasan yg berat
 Baik oliguria maupun Anuria dpt disebabkan krn :
Penyakit ginjal, Penyakit gagal jatung, luka bakar,
Shock
PERUBAHAN ELIMINASI URINE
 Frekuensi dan Nocturia
Frekuensi a/ interval waktu yg sering dari
biasanya. Mis : Cystitis (peradangan acute pd
kandung kemih), Stress, Adanya tekanan pada
kandung kemih krn hamil
Jumlah urine sedikit : 50 ml – 100 ml
Nocturia/Nycturia : a/ meningkatnya frekuensi
BAK pd malam hari, bukan disebabkan krn intake
cairan yg meningkat (sering terbangun)
Con’t
 Urgency
a/ perasaan seseorang “Harus mengosongkan
kandung kemih” Lari terbirit-birit ke toilet dengan
perasaan takut Incontinent
Berhubungan dengan : stress psikologik dan adanya
iritasi pada trigone/trigonum dan Uretra
Sering juga terjadi pada anak-anak yg kontrol
spincter external kurang baik
Con’t
 Dysuria
a/ rasa nyeri saat BAK/ kesulitan BAK
Berhubungan dgn Striktura (menurunnya
ukuran/diameter) dari uretra, infeksi saluran
perkemihan, injury pd bladder dan/atau uretra
Seringkali klien mengeluh adanya rasa
terbakar/panas saat BAK
Seringkali dihubungkan dgn Urinary Hesitancy
(Kegagalan dan Kesulitan untuk memulai BAK)
Con’t
 Enuresis
a/ urineren/ BAK involunter yg berulang kali pada
anak2 dimana untuk anak2 seusianya normalnya
kontrol Bladder Volunter – Biasanya 4-5 thn
Dapat juga dideskripsikan : Nocturnal (malam hari),
Diurnal (sepanjang hari) atau kedua-duanya
 Incontinentia Urine
Inkontinentia mrpkn gejala, bukan penyakit
Neurognic Bladder berhubungan dengan disfungsi
Neurologic
Con’t
 Retensi
a/ terkumpulnya urine dlm bladder, krn ketidakmampuan bladder u/
mengosongkan sendiri
Karena produksi urine terus menerus, maka resistensi dapat
menyebabkan distensi kandung kemih
Resistensi dapat menyebabkan bladder distensi u/ menampung 3000
ml urine
Retensi yg lama dpt menyebabkan Statis (lambatnya aliran urine) dan
Stagnasi Urine meningkatnya kemungkinan infeksi saluran
perkemihan
Distensi kandung kemih dapat dikaji dgn palpasi dan Perkusi diatas
Sympisis Pubis
Perkusi area suprapubic menghasilkan bunyi “Kettle-Drum” atau suara
Dull (pekak) pada saat bladder penuh
PENGKAJIAN
Pengkajian komplit terhadap fungsi sal. Perkemihan klien
mencakup :
 Riwayat kesehatan , mencakup :

Data mengenai pola dan kebiasaan BAK, adakah


masalah, dan adanya riwayat dahulu dan sekarang pd
sist. Perkemihan
Data mengenai adanya problem yg berefek thdp
proses berkemih (mis : Problem mobilisasi)
 Pemeriksaan fisik thdp : ginjal, kandung kemih, meatus
uretra, integritas kulit di sekitar meatus, status hidrasi
dan pemeriksaan urine
 Prosedur dan Pemeriksaan Diagnostik (mis: USG Ginjal)
Riwayat Kesehatan
 Kaji pola BAK yg normal dan Frekuensinya
 Penampilan urine dan adanya perubahan
 Adanya masalah masa lalu dan saat ini dengan
berkemih
 Adanya Ostomi dan Faktor2 yg mempengaruhi
pola eliminasi
Pemeriksaan Fisik
 Perkusi Ginjal
Untuk mendeteksi area tenderness
 Palpasi Ginjal
Untuk kontraktur/texture, ukuran, tenderness dan bengkak
 Inspeksi Genital/Meatus Uretra
Adanya bengkak, perubahan dan peradangan
 Kulit
Warna, texture, turgor kulit, adnya produk2 sampah
(mis : kristal pada kulit)
Kulit daerah perineum dilihat thdp adanya iritasi krn kontak dgn
urine yg dpt menyebabkan Excoriasi kulit sering terjadi pada
klien incontinentia
PENGUMPULAN SPECIMEN URINE
 Untuk pemeriksaan :
Urine rutin, Urine mid stream
 Specimen Urine dikumpulkan berdasarkan interval
waktu :
Periode Pendek (1-2 jam), Periode Lama (12-24 jam)
 Jenisnya :
Urine kumpul ukur
Pengambilan contoh urine dr folley catheter
Pengambilan/pemgumpulan urine dgn cara midstream
Pengkajian Urine
1. Pengukuran output urine
2. Pengukuran residual urine

Test Urine :
1. Berat Jenis (1010- 1025)
2. PH Urine (5 – 7)
3. Glukosa (neg)
4. Badan Keton (neg)
5. Darah (neg)
PENGKAJIAN URINE
 Normal urine terdiri dari 96% air – 4 % solute
Solute organic terdiri dari : Urea, Amonia,
Creatinine, dan Uric Acid (asam urat) Urea
mrpkn solute organic utama
Solute in-organic terdiri dari : Sodium, chloride,
Potasium, Sulfat, Magnesium dan Phospor
Sodium Chloride, mrpkn garam in organic yg paling
banyak
Karakteristik Urine Normal dan Abnormal

1. Jumlah dalam 24 Jam (Dewasa)


 Normal : 1200 – 1500 ml
 Abnormal : Dibawah 1200 ml – Diatas 1500 ml
 Pertimbangan keperawatan
Output yg menurun : Biasanya disebabkan krn
intake yg menurun
Output yg meningkat : Biasanya disebabkan krn
intake yg meningkat
con’t
2. Warna
 Normal : kuning jernih, transparant
 Abnormal : kuning keruh, coklat keruh, merah gelap
 Pertimbangan Keperawatan :
Output urine yg berlebihan, membuat warna mjd lebih
terang (mengurangi konsentrasi)
Beberapa obat dapat mempengaruhi warna urine
(mis : phenacetin, sulfonamides)
Beberapa makanan dpt merubah warna urine (mis :
Gula Bet/Bit)
Pengukuran Output Urine
 Volume Urine, tergantung dari :
Intake Cairan
Jumlah solute yg akan di exkresikan
Hilangnya cairan melalui udara ekspirasi
Status Kesehatan Jantung dan Ginjal dari klien
Pengaruh hormon
Con’t
 Normalnya Ginjal memproduksi urine secara kontinyu
(terus-menerus) 60 – 120 ml/jam (720 -1440
ml/hari) pada orang dewasa. Tapi dapat juga
mencapai/lebih tinggi dari 2000 ml/hr jika intake
cairan
 Output Urine di bawah 30 ml/jam kemungkinan
mengindikasikan Gangguan fungsi/malfungsi ginjal
harus dilaporkan
 Produksi urine di atas 2000 ml/hari atau 55 ml/jam
mengindikasikan Polyuria
 Normal Jumlah urine pada anak2 : 300 -1500 ml/hr
Langkah2 Pengukuran Urine
 Kenakan sarung tangan disposible untuk mencegah
kontak dengan bakteri/darah yg ada dlm urine
 Anjurkan klien untuk BAK di urinal/Pispot
 Bila klien BAB Tunggu pemeriksaan berikutnya
saat klien ingin Bak kembali (terutama pada wanita
karena biasanya urine bercampur feces
Con’t
3. Kejernihan
Normal : Jernih
Abnormal : Mukus, Kental
Pertimbangan keperawatan : urine yg keruh,
kemungkinan mengandung sel darah merah, sel
darah putih, bakteri, cairan prostat,
sperma/perubahan pada vaginal
Con’t
4. Bau
Normal : Aromatik
Abnormal : Bau
Pertimbangan Keperawatan : Beberapa makanan
mempengaruhi bau. Urine yg terinfeksi (bau khas).
Urine tinggi Glukosa (aroma buah/manis)
5. Sterilitas
Normal : tidak terdapat mikroorganisme
Abnormal : terdapat microorganisme
Con’t
6. PH
normal : 4,5 – 8
Abnormal : < 4,5 dan > 8
Pertimbangan Keperawatan :
 Makanan tinggi protein : urine asam
 Makanan lain dapat mnybkn : urine basa
 Beberapa jenis obat mempengaruhi PH
Urine Basa : krn potasium Sitrat, Sodium Bicarbonate
Urine Asam : krn Amonium Chloride
 Urine yg baru dipancarkan Normalnya : Asam
 Urine yg didiamkan selama beberapa jam : Urine basa +
Pertumbuhan Bakteri
Con’t
7. Berat Jenis (BJ)
Normal : 1,010 – 1,025
Abnormal : < 1,010 dan > 1,025
Pertimbangan Keperawatan :
Urine Pekat : BJ Tinggi Dehidrasi
Urine yg dilarutkan : BJ Rendah Over Hidrasi
Con’t
8. Glukosa
Normal : Tidak ditemukan Glukosa dalam urine
Abnormal : Ditemukan Glukosa dalam urine
Implikasi Keperawatan : Ingesti sejumlah besar
Glukosa adanya glukosa dlm Urine, meskipun
pada orang yg sehat
Con’t
9. Keton Bodies/ Badan Keton (Asetone)
Normal : Tidak ditemukan dalam urine
Abnormal : Ditemukan dalam urine
Pertimbangan Keperawatan :
Keton merupakan produk akhir/hasil pemecahan
akhir dari asam lemak. Tidak normal bila
ditemukan dalam urine dapat ditemukan
kemungkinan pada klien : Dehidrasi/mereka yg
Ingesti sejumlah besar Aspirin
Con’t
10. Darah
Normal : Tidak ditemukan dalam urine
Abnormal : Ditemukan Darah – Merah erang
Pertimbangan Keperawatan :
Adanya darah dalam urine, kemungkinan
ditemukan pada klien dengan penyakit
ginjal/perdarahan dari saluran perkemihan
PENGUKURAN RESIDU URINE
 Residual Urine Urine yg tertahan di Bladder, yg ikut keluar
saat BAK
Normalnya tidak ada di Bladder, kalaupun ada hanya
beberapa milimeter saja
Bila terdapat obstruksi (pembesaran kelenjar prostat) atau krn
hilangnya tonus otot bladder residual urine
Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih (statis urine)
Infeksi
Tujuan Pengukuran Residu Urine :
Mengetahui tingkat kemampuan pengosongan kandung kemih
Mengkaji th/ yg dibutuhkan u/pengosongan kandung kemih
(mis : pemasangan katheter)
TEST URINE
 Berat Jenis
 PH Urine
 Glucosa dengan reagen strip
 Keton Bodies
 Adanya darah dalam urine/darah samar
Test Diagnostik
 2 Jenis pemeriksaan darah yg biasa dilakukan
untuk mengetahui fungsi renal : Blood Urea
Nitrogen (BUN), Creatinine Clearance Test
Kedua pemeriksaan ini untuk mengetahui
keefektifan ginjal mengekskresikan substansi2
 Cystoscopy
Memasukkan cystoscope melaui uretra
Visualisasi langsung bladder, orifisium uretra dlm
bladder dan Uretra
Test Diagnostik
 Intravenous Pyelogram (IVP)/ Excretory Pyelogram
Injeksi kontras ke dalam vena dan dengan pem-an X-Ray
melihat ginjal, bladder dan uretra
 Retrograde Pyelogram
Injeksi kontras melalui Catheter ureteral dimasukkan melalui
uretra, bladder, dan ureter, kemudian masuk ke dalam
pelvis ginjal
 Computerized Axial Tomography (CAT/CT)
Prosedur X-Ray non Invasive
 Ultrasonograph (Ultra sound)
Prosedur non-invasive
Menggunakan gel. Suara frekuensi tinggi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Incontinence/Inkontinentia Urine :
Fungsional inkontinensia
Reflex Inkontinensia
Stress Inkontinensia
Total Inkontinensia
 Perubahan Eliminasi urine
 Retensi Urine
 Resti Infeksi
 Gangguan Self Esteem/Body Image
 Resti Gangguan Integritas Kulit
 Isolasi Sosial
 Ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari : toileting
 Resti defisit Volume cairan/ Resti kelebihan volume cairan
 Kurang pengetahuan
RENCANA KEPERAWATAN
 Mempertahankan pola eliminasi urine yg normal
 Mencegah resiko infeksi, kerusakan kulit,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, harga diri
rendah
Tindakan Keperawatan
1. Mempertahankan Eliminasi Normal
 Meningkatkan intake cairan
Produksi urine Reflex miksi
Klien Imobilisasi kemungkinan akan terbentuk
calculi (batu ginjal), bila tidak ada kontraindikasi,
intake , 2000 – 3000 ml/day. (normal : 1200 ml -
1500 ml/hari)
Intake cairan yg meningkat kontra indikasi untuk
klien dgn : Gagal Ginjal dan Gagal Jantung
(CHF/Congestive Heart Failure)
Con’t
 Mempertahankan Pola eliminasi Normal
Perawat sebaiknya membantu klien jika memungkinkan
untuk dpt mempertahankan pola eliminasi BAK yg
normal
• Posisi
• Relaxasi : Musik, alirkan air, kompres hangat di
perineum/symphisis
• Menolong BAK ( di tempat tidur/kamar mandi)
• Waktu (bangun tidur, sebelum makan, sebelum tidur)
Con’t
2. Mengatur Incontinensia Urine (UI)
Intervensi Keperawatan Scr Independent untuk
klien dengan Incontinensia Urine
a. Latihan otot pelvis dan Reinforcement positif
b. Perawatan kulit
c. Pemasangan Drainage External bagi pria (condom)
d. Advice Dokter untuk pemasangan catheter, bagi klien
yg tidak mampu mengontrol BAK
Con’t
 Bladder Training
Menahan sensasi urgency
Tujuan : memperpanjang interval BAK dan Stabilisasi
Bladder
Anjurkan klien tarik nafas dalam. Bernafas perlahan-
lahan (saat terasa Urgency) sampai dengan urgency
hilang/berkurang
 Habit Training/ Latihan Kebiasaan
Berkaitan dengan waktu/jadwal BAK
 Menyarankan BAK
Anjurkan klien untuk menggunakan toilet bila BAK
Pelvic Muscle Exercise (PME) Mengencangkan
Otot Perineal atau Kegel’s Exercise

 Mengencangkan otot Pubococcygeal shg


meningkatkan kemampuan wanita untuk mulai dan
memberhentikan aliran/pancaran urine
 “Anjurkan klien untuk mengkontraksikan otot
perineal untuk beberapa detik kemudian secara
perlahan-lahan relaxasikan Pada saat Exercise otot
perineal ini, otot bokong dan Paha tidak Kontraksi”.
 Kegel’s exercise dapat dilakukan setiap waktu,
dimana saja, saat duduk maupun berdiri, juga
pada saat BAK
Mempertahankan Integritas Kulit
 Setelah klien Incontinensia, cuci area perineal klien
dengan sabun dan air, keringkan dan jaga
kebersihannya (pakaian dan alat tenun)
Mengatur Retensi Urine (UR)
 Dokter akan memberikan obat-obatan cholinergic
seperti : Bethanecol chloride (urecholine) untuk
menstimulasi kontraksi bladder dan memfasilitasi
BAK
 Klien dengan “Flaccidity Bladder (=otot Bladder
lemah) untuk memperkuat pengeluaran urine,
dilakukan penekanan pada Bladder disebut
Crede’s Manual/Crede’s Method
Bila semua usaha/cara gagal......

CATHETERISASI
Catheterisasi Urine .....
 a/ memasukkan catheter melalui uretra masuk ke
dalam kandung kemih
 Biasanya dilakukan hanya jika benar2 diperlukan,
krn prosedur ini sangat berbahaya-karena
normalnya struktur saluran perkemihan a/ “Steril”
Kecuali - bagian akhir dari uretra - merupakan
tempat berbahaya untuk masuknya mikroorganisme
ke kandung kemih
kemudian akan menyebabkan “Ascending
Infection” ke Ureter dan akhirnya Ginjal
Con’t
 Demikian juga dengan adanya pemasangan
catheter untuk beberapa waktu dpt menyebabkan
infeksi, krn mikroorganisme dapat masuk melalui
Lumen Catheter

Pemasangan Catheter Menggunakan Tekhnik Steril


Con’t
 Bahaya lain yt Trauma : terutama pada pria, krn ukuran uretra
lebih panjang dan berliku-liku
 Pada Wanita Uretra terletak Posterior
 Pada pria normalnya uretra melengkung, sehingga untuk
meluruskannya dgn cara mengelevasikan (menaikkan) penis
 Slang Catheter biasanya terbuat dari karet atau plastik,
namun ada juga yg terbuat dari metal/besi/logam
Uretral Catheter : dimasukkan melalui uretra masuk ke
dalam kandung kemih
Terdapat 2 Jenis Uretral Catheter :
1. Catheter Lurus/logam (straight catheter)
2. Retention Catheter (foley Catheter)
Straight (Robinson) Catheter
 Merupakan slang catheter dngn lumen single
(tunggal) dengan ujung yg berlubang kira2 1¼ cm
(½ inchi) jaraknya dari ujung tempat masuk
 Bentuk lain yaitu : Coude (elbowed) catheter, yg
ujungnya berbentuk melengkung digunakan
untuk pria lansia dgn pembesaran prostat
Retention (Foley Catheter)
 Di dlm selang, tdpt slang yg lebih kecil dan
panjang yg dihub. Ke balon di ujung slang- balon
ini akan dikembungkan setelah catheter masuk ke
kandung kemih, berfungsi sebagai fixasi (penahan)
agar catheter yg sudah terpasang tidak lepas
Bagian luar/ujung akhir dari catheter mempunyai 2
lubang : satu untuk pengeluaran urine
satu untuk meniup balon
(two way foley catheter)
Con’t
 Jenis bentuk lain : three-way folley catheter
untuk irigasi urine (kandung kemih) secara periodik
satu untuk pengeluaran urine
satu untuk mengembangkan balon
satu untuk Irigasi (bilas dengan cairan steril)
Con’t
 Bahan Catheter bermacam-macam :
Plastik, latex, silicone dan polyvinil chloride (PVC)
dengan ukuran berdasarkan diameter lumen yg
bervariasi makin besar nomer makin besar lumen
 Ukuran balon bervariasi, berdasarkan jumlah/
volume cairan dan udara yg dimasukkan u/
mengembangkannya
 Biasanya terdapat ukuran tertentu untuk balon
tergantung jumlah sesuai dengan yg tertulis pada alat

Vous aimerez peut-être aussi