Vous êtes sur la page 1sur 17

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Aufklarung adalah suatu gerakan besar di Eropa pada abad ke –


18 M, yang memberi kedudukan dan kepercayaan luar biasa kepada akal
budi manusia. Gerakan ini tumbuh sejalan dengan penemuan –
penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan alam di Italia, Jerman,
Polandia, dan Inggris. Beberapa ilmuan yang hadir dan meramaikan ilmu
pengetahuan pada masa ini antara lain Galileo, Kepler, Copernicus, dan
Newton.
Pada masa Aufklarung falsafah rasionalisme menjamur di Prancis
dan Belanda. Aliran ini menempatkan kedudukan akal begitu tinggi
dalam mencapai tahap selanjutnya, berkembangnya ilmu – ilmu eksakta
dan kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat terpelajar juga disusul
dengan berkembangnya paham – paham seperti empirisme di Inggris
oleh Jhon Locke dan idealisme Hegel.
Periode Aufklarung telah membawa banyak perubahan pada pola
pikir manusia. Manusia mulai menggunakan akalnya untuk meneliti
secara kritis segala yang ada dalam kehidupannya termasuk dalam
kehidupan bernegara dengan segala aspek yang ada di dalamnya.
Menurut pandangan Aufklarung, dengan penyebarluasan ilmu
pengetahuan maka harkat dan martabat manusia akan semakin
meningkat.
ABAD PENCERAHAN (AUFKLARUNG)

Pengertian Abad Pencerahan (Aufklarung)

Abad pencerahan (Age of Enlightenment) adalah suatu periode dalam


sejarah manusia yang ditandai dengan optimisme yang tinggi pada
kemampuan rasio untuk menciptakan kemajuan. Nama pencerahan
diberikan untuk zaman ini karena manusia mulai mencari cahaya baru
melalui rasionya sendiri.
Keyakinan pada kemampuan rasio untuk mencapai kemajuan
sedemikian tinggi sehingga pada masa ini tumbuh keyakinan bahwa
peran Tuhan dianggap berhenti setelah proses penciptaan alam semesta
dan segala isinya selesai. Setelah itu, Tuhan tidak terlibat atau campur
tangan lagi dalam urusan dunia. Urusan di dunia diserahkan sepenuhnya
kepada manusia yang telah Tuhan anugerahi dengan rasio. Dengan
rasionya, manusia dituntut untuk memahami hukum – hukum yang
berlaku objektif dan ketat demi kemajuan dan perkembangan hidupnya.
Abad pencerahan berlangsung pada abad 17 – 18 M (1685 – 1815).
Sumber lain mengatakan, periode ini membentang antara apa yang
disebut “The Glorius Revolution” 1688 di Inggris dan revolusi Prancis
1789. Negara – negara pelopornya adalah Inggris dan Prancis. Di kedua
negara ini lahir banyak ilmuan, dan pemikir atau filsuf, yang gagasan –
gagasannya sangat berperan memicu lahirnya abad pencerahan.
Gagasan pencerahan mencapai puncaknya dalam revolusi Prancis
(1789 – 1799). Melalui revolusi ini, tatanan sosial-politik hierarkis
tradisional, seperti monarki Prancis, privelese – privelese bagi kaum
bangsawan, serta kekuatan politik dan otoritas gereja, dihancurkan secara
kejam, kemudian digantikan oleh tatanan sosial-politik yang diilhami
ide- ide pencerahan: kebebasan (liberte), kesetaraan (egalite), dan
persaudaraan (fraternite).
Masa Pencerahan di Barat
1. Pencerahan di Jerman

Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu


bermusuhan sikapnya terhadap agama Kristen seperti yang
terjadi di Prancis. Memang orang juga berusaha menyerang
dasar-dasar iman kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta
menggantinya dengan agama yang berdasarkan perasaan yang
bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa
‘perang’ terbuka. Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah
etika. Orang bercita-cita untuk mengubah ajaran kesusilaan yang
berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan
kebaikan umum, yang dengan jelas menampakkan perhatian
kepada perasaan.
Sejak semula pemikiran filsafat dipengaruhi oleh gerakan rohani di
Inggris dan di Prancis. Hal itu mengakibatkan bahwa filsafat Jerman
tidak berdiri sendiri. Para perintisnya di antaranya adalah Samuel
Pufendorff (1632-1694), Christian Thomasius (1655-1728). Akan tetapi
pemimpin yang sebenarnya di bidang filsafat adalah Christian Wolff
(1679- 1754).
Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir
pemikiran Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada segala bidang
ilmu pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat
penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz. Hingga munculnya Kant
yang filsafatnya merajai universitas-universitas di Jerman.
2. Pencerahan di Inggris

Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir


yang bermacam-macam keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir
yang satu lepas daripada yang lain, kecuali tentunya beberapa
aliran pokok. Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang
disebut Deisme, suatu aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-
18, yang menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert
yang dapat disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.
Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang
agama. Juga agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar
pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan
wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama ia
bermaksud sekuat mungkin meneguhkan kebenaran-kebenaran
dasar alamiah dari agama.
Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia
sehingga tersusunlah agama alamiah, yang berisi:
• bahwa ada tokoh yang tertinggi
• bahwa manusia harus berbakti kepada tokoh yang tertinggi itu
• bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan
• bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa tiap
pelanggaran kesusilaan harus disesali
• bahwa kebaikan dan keadilan Allah memberikan pahala dan hukuman
kepada manusia di dalam hidup ini dan di akhirat.
Menurut Herbert, di dalam segala agama yang positif terdapat kebenaran-
kebenaran pokok dari agama alamiah. Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-
18 pandangan Herbert ini dikembangkan lebih lanjut, baik yang mengenai
unsur-unsurnya yang negatif maupun unsur-unsurnya yang positif.
3. Pencerahan di Prancis

Pada abad ke-18 filsafat di Prancis menimba gagasannya dari Inggris. Para
pelopor filsafat di Prancis sendiri (Descartes) telah dilupakan dan tidak dihargai
lagi. Sekarang yang menjadi guru mereka adalah Locke dan Newton.
Perbedaan antara filsafat Prancis dan Inggris pada masa tersebut adalah jika di
Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran mereka
dikenal oleh umum, akan tetapi di Prancis keyakinan baru ini sejak semula
diberikan dalam bentuk populer. Akibatnya filsafat di Prancis dapat ditangkap
oleh golongan yang lebih luas, yang tidak begitu terpelajar seperti para filsuf.
Hal ini menjadikan keyakinan baru itu memasuki pandaangan umum.
Demikianlah di Prancis filsafat lebih erat dihubungkan dengan hidup politik,
sosial dan kebudayaan pada waktu itu. Karena sifatnya yang populer itu maka
filsafat di Prancis pada waktu itu tidak begitu mendalam. Agama
Kristen diserang secara keras sekali dengan memakai senjata yang diberikan
oleh Deisme. Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Prancis terdapat
bermacam-macam aliran, ada golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu
pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada golongan materialis, yang
meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata.
Tokoh – tokoh pada masa Aufklarung

1. Immanuel Kant ( 1724-1804)

Seorang Filsuf yang pengaruhnya terhadap filsafat pada dua


ratus tahun terakhir ini, baik di Barat maupun di Timur, hampir
secara universal diakui sebagai filsuf terbesar sejak masa
Aristoteles. Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Pikiran-
pikiran dan tulisan-tulisannya membawa revolusi yang jauh
jangkauannya dalam filsafat modern. Ia hidup di zaman
Scepticism, Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam
dua periode, zaman pra-kritis dan zaman kritis.
Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang
dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi karena terpengaruh oleh David Hume
(1711-1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalisme. Ia
sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari
tidur dogmatisnya. Pada zaman kritisnya, Kant merubah wajah
filsafatnya secara radikal. Kant yang juga dikenal sebagai raksasa pemikir
Barat yang mengatakan bahwa Filsafat merupakan ilmu pokok dari
segala pengetahuan yang meliputi empat persolan yaitu :
 apa yang dapat kita ketahui?
 apa yang boleh kita lakukan?
 sampai dimanakah pengharapan kita?
 apakah manusia itu?
Ketika meninggal, epitaf di batu nisannya hanya bertuliskan “Sang
Filsuf“ sebuah sebutan yang dianggap tepat, dengan
mempertimbangkan bahwa periode filsafat yang bermula dengan
tampilnya Sokrate menjadi lengkap dalam banyak hal dengan hadirnya
Kant.
2. Voltaire

Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan saat membicarakan


Aufklarung adalah Voltaire (1694-1778). Pada tahun 1726 ia mengungsi
ke Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan Newton.
Apa yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah:
• Sampai di mana jangkauan akal manusia
• Di mana letak batas-batas akal manusia.
Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal agama alamiah
dan etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup
kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal. Mengenai
jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan tentang jiwa
(pengaruh Locke). Yang kita amati hanyalah gejala-gejala psikis.
Pengetahuan kita tidak sampai kepada adanya suatu substansi jiwa yang
berdiri sendiri. Oleh karena agama dipandang sebagai terbatas kepada
beberapa perintah kesusilaan, maka ia menentang segala dogma dan
menentang agama.
3. J. J. Rousseau

Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques


Rousseau (1712-1778), yang telah memberikan penutupan yang
sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis. Sebenarnya ia
menentang Pencerahan, yang menurut dia menyebarkan kesenian dan
ilmu pengetahuan yang umum, tanpa disertai penilaian yang baik,
dengan terlalu percaya kepada pembaharuan umat manusia melalui
pengetahuan dan keadaban.
Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf yang bukan menekankan
kepada akal, melainkan kepada perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi
di dalam menghambakan diri kepada perasaan itu akalnya yang tajam
dipergunakan. Terkait kebudayaan menurut Rousseau, kebudayaan
bertentangan dengan alam, sebab kebudayaan merusak manusia. Yang
dimaksud ialah kebudayaan yang berlebih-lebihan tanpa terkendalikan
dan yang serba semu, seperti yang tampak di Prancis pada abad ke-18
itu.
Pengakuan secara lahiriah terhadap agama memang perlu bagi
masyarakat, tetapi pengakuan batiniah tidak boleh dituntut oleh negara.
Pandangan Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat dengan
ajarannya tentang negara dan masyarakat. Menurut dia, pendidikan
bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh kebudayaan dan
untuk member kesempatan kepada anak mengembangkan kebaikannya
sendiri yang alamiah.
Segala sesuatu yang dapat merugikan perkembangan anak yang
alamiah harus dijauhkan dari anak. Di dalam pendidikan tidak boleh ada
pengertian “kekuasaan” yang memberi perintah dan yang harus ditaati.
Anak harus diserahkan kepada dirinya sendiri. Hanya dengan cara
demikian ada jaminan bagi pembentukan yang diinginkan. Juga
pendidikan agama yang secara positif tidak boleh diadakan. Anak harus
memilih Sendiri keyakinan apa yang akan diikutinya. Bagi seorang
muslim, paham seperti ini tentu sangat menyesatkan.
Kesimpulan

Periode Aufklarung telah banyak membawa perubahan pola pikir


manusia. Manusia mulai menggunakan akalnya untuk meneliti
secara kritis segala yang ada dalam kehidupannya termasuk dalam
kehidupan bernegara dengan segala aspek yang ada di dalamnya.
Masa inilah yang kemudian membuat para tokoh yang kemudian
terkenal sebagai pelopor sebuah aliran untuk mulai menyuarakan
pendapatnya. Pendapat ini dapat berupa celaan dan kritikan tajam
terhadap kinerja pemerintah yang otoriter dan ditator terhadap
rakyatnya.
LAMPIRAN

J. J. Rousseau Kant Voltaire


Perkembangan pendidikan masa
Aufklarung Tokoh – Tokoh revolusi Prancis

Vous aimerez peut-être aussi