Vous êtes sur la page 1sur 24

APLIKASI PSIKOEDUKASI INTERGRATIF

MODEL UNTUK GANGGUAN TERKAIT


STRES

dr. Endang Soekartiningsih, M.kes, Sp.Kj


Pendahuluan
 Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang
pesat menyebabkan jumlah pasien dengan gangguan
terkait dengan stres semakin meningkat
 Gangguan berupa gejala fisik, kognitif, emosi dan perilaku
(tergantung individu)
 Paparan terhadap stresor, trauma dan kekerasan sangat
umum terjadi pada masyarakat dan orang dewasa
berpenghasilan rendah
 Manifestasi gejala yang muncul beragam, dalam beberapa
kasus gejala dapat dikenali dalam bentuk kecemasan dan
ketakutan
 Gambaran klinis yang menonjol:
 Anhedonia
 Dismorfik
 Gejala eksternalisasi:
 Marah
 Perilaku agresif/ gejala disosiatif
 Gangguan terkait stres dalam DSM V termasuk dalam
kelompok Trauma and Stressor-Related Disorder, termasuk
di dalamnya adalah:
 Reactive Attachment Disorder
 Disinhibited Social Engagement Disorder
 Post Traumatic Stress Disorder
 Acute Stress Disorder
 Adjusment Disorder
 Tantangan untuk dapat menemukan suatu ketidak
normalan berasal dari perkembangan yang awalnya
mungkin saja normal
 Perlunya mempelajari bagaimana kontribusi berbagai
faktor dapat mempengaruhi kerentanan seseorang dalam
menghadapi stresor
Teori Gangguan Terkait Stres
 STRES
 Otak merupakan organ yang menentukan apakah yang
membuat stres dan menentukan bagaimana perilaku dan
tanggapan fisiologis tubuh, apakah bersifat memperbaiki kondisi
atau merusak kesehatan
 NEUROTRANSMITER
 Glutamat
 Serotonin
 Norepinefrin
 Dopamine
 Asetilkolin
 GABA
 Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF)
 Glutamat
 Memediasi neurotransmisi rangsang cepat di otak
 Sirkuit lobus tempral adalah yang penting dalam pengembangan
ingatan baru
 Serotonin
 Neurotransmiter di sistem saraf pusat maupun saraf perifer
 Proyeksi neuron ke medula, serebelum dan sumsum tulang
belakang berpengaruh terhadap aktivitas motorik, pengendalian
nyeri, dan regulasi proses otonom
 Norepinefrin
 Peran norepinefrin LC dalam fungsi kewaspadaan, perhatian dan
memori kerja
 Dopamin
 Memainkan peran penting dalam perhatian dan memori kerja
 Terlibat dalam perilaku berorientasi pada tujuan, reward
 Asetilkolin
 Terlibat dalam proses kognisi, pembelajaran, memori, gairah, dan
kontrol motorik
 GABA
 Disfungsi neuro transmiter GABA menyebabkan gangguan
kecemasan, skizofrenia, ketergantungan alkohol, dan gangguan
kejang
 BDNF
 Kerusakan tranduksi sinyal reseptor monoamin menyebabkan
mekanisme dalam stres dan depresi
 Endokrin
 HPA axis merupakan mekanisme respon stres normal
 Stres kronis menyebabkan atrofi hipokampus yang berfungsi
sebagai penghambat HPA axis, atrofi menyebabkan aktivitas
HPA axis secara kronis, sehingga meningkatkan resiko gangguan
jiwa
 Imunologi
 Perubahan aktivitas neuroendokrin dan atau sistem otonom
menyebabkan modulasi respon imun (tumor necrosis factor
(TNF-α), interleukin (IL))
 Glukokortikosteroid menghambat sitokin pro inflamsi dan
imunosupresif sehingga mendukung pendapat sebagai pelindung
dari hiperaktifasi respon stres
 GANGGUAN TERKAIT STRES
 Gangguan Stres Akut
 Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD)
 Gangguan Penyesuaian
 ASPEK NEUROBIOLOGI GANGGUAN TERKAIT STRES
 BIOLOGI
 Amigdala merupakan organ yang mempresentasikan sistem alarm di
otak, pada gilirannya mengirimkan sinyal respon ke otot, sistem saraf
simpatik, dan hipotalamus.
 ENDOKRIN
 Dampak stresor dimediasi oleh koneksi saraf dan sistem endokrin,
sehingga berdampak pada ekspresi gen yang memodifikasi dan
menginduksi perubahan pada otak.
 IMUNOLOGI
 Glukokortikosteroid berindak sebagai imunosupresif, pelepasan
glukokortikosteroid selama stres akut dapat menahan respon inflamasi,
karena reaksi kekebalan yang melawan patogen akan melemahkan
organisme
 INTERAKSI BIOPSIKOSOSIAL GANGGUAN TERKAIT
STRES
 FAKTOR RESIKO
 Konteks biologis: gangguan genetik, masalah prenatal, kerusakan
neurologis, nutrisi tidak adekuat
 Konteks individual: rendahnya intelegansi, rendahnya percaya diri dan
buruknya kontrol diri
 Konteks keluarga: attachment kurang, konflik orang tua, pelecehan,
penelantaran, kekerasan keluarga, putus hubungan baik
 Konteks sosial: rekan yang antisosial
 Konteks kultural: kemiskinan, rasis, prasangka buruk, kekerasan
 FAKTOR KERENTANAN
 Konteks biologi: tempramen sulit
 Konteks individu: jenis kelamin, perencanaan buruk, kemampuan
bersosialisasi
 Keluarga: hubungan orang tua-anak buruk, kurang kasih sayang
 Konteks sosial: kemampuan sosialisasi yang buruk
 Kultural: karakter personal yang tidak sesuai harapan
 FAKTOR PROTEKTIF
 Konteks biologis: mudah tempramen
 Konteks individual: intelegensi, kompetensi, fisik menarik, kepribadian
menarik
 Konteks keluarga: kasih sayang cukup dan stabil, orang tua kompeten,
pengawasan baik, penghargaan baik
 Konteks sosial: hubungan yang baik dengan rekan, mentor dewasa
 Konteks kultural: penghargaan baik, identitas etnis baik, budaya
manghargai perbedaan
 PERJALANAN PENYAKIT
 Berkembangnya resiliensi terhadap stres
 Dengan kemampuan memproses informasi stresor dari lingkungan,
individu dapat terhindar dari timbulnya gejala
 Berkembangnya kepekaan atau sensitisasi terhadap stres
 Individu dengan sirkuit yang peka stres rentan terhadap efek stresor
berikutnya, sehingga seriko gangguan jiwa akan meningkat
 PENANGANAN
 FARMAKOLOGI
 Gangguan kecemasan yang mengganggu dapat menggunakan asiolitik
atau hipnotik jangka pendek namun memberi efek samping
ketergantungan
 Benzodiazepin dosis rendah jangka pendek dapat membantu pasien
berjuang melawan stresor yang tidak biasa
 NONFARMAKOLOGI
 PSIKOTERAPI
 Metode CBT semakin banyak digunakan untuk mambantu individu
mengelola respon terhadap stresor
 PSIKOEDUKASI
 Bertujuan sebagai treatment dan rehabilitasi
 Mengajarkan seseorang mengenai suatu masalah sehingga mereka dapat
menurunkan stres dan mencagah agar masalah tersebut tidak terjadi lagi
PELAKSANAAN
 Memperkenalkan diri dan membina rapport kepada pasien/
partisipan dan penjelasan singkat tentang psikoedukasi
integrative model
 Menilai kebutuhan pasien/ partisipan tentang terapi
psikofarmaka dan psikoedukasi terkait kegawatan gejala/
gangguan yang dialami
 Membuat kontrak terapi psikoedukasi integrative model
(PIM)
 Menjelaskan pengertian, tujuan, dan manfaat psikoedukasi
integrative model kaitannya gangguan terkait stres
 Menjelaskan tentang mekanisme stres secara neurobiologi
 Menjelaskan pengertian dan gejala khas gangguan terkait
stres
 Menjelaskan gangguan terkait stres dalam konteks
neurobiologi
 Menjelaskan faktor resiko gangguanterkait stres
 Menjelaskan faktor kerentanan pada ganguuan terkait
stres
 Menjelaskan faktor protektif gangguan terkait stres
 Menjelaskan perjalanan gangguan terkait stres
 Menjelaskan penatalaksanaan psikofarmaka pada ganggua
terkait stres
 Menjelaskan penatalaksanaan non psikofarmaka pada
gangguan terkait stres
 Menjelaskan psikoedukasi pada gangguan terkait stres
 Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi sehari-hari
berkaitan dengan perawatan gangguan terkait stres
 Mengevaluasi hal-hal yang dipelajari dari hasil dan proses
terapi (penilaian terakhir)
 Menyimpulkan dan menutup sesi
SELESAI

TERIMAKASIH

Vous aimerez peut-être aussi