Vous êtes sur la page 1sur 22

INTERAKSI OBAT KIMIA

DENGAN OBAT HERBAL

Zuliya lu’lu’ul maknun


Rahayu tri wijayanti
OBAT HERBAL

Atau tumbuhan obat adalah obat obatan yang


digunakan berasal dari tumbuhan dan belum
mengalami proses kimia di laboratorium.

Berdasarkan Peraturan Menkes Nomor


246.Menkes/Per/V/1990 pasal I:
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-
bahan tersebut, yang secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
Menurut WHO negara-negara Afrika, Asia dan Amerika
Latin, obat tradisional (herbal) digunakan sebagai
pelengkap pengobatan primer.
Bahkan di Afrika 80% dari populasi menggunakan obat
herbal sebagai pengobatan primer (WHO, 2003)
Faktor pendorong penggunaan obat herbal di negara maju:
- Usia harapan hidup lebih panjang pada saat prevalensi
kronik meningkat.
- Kegagalan obat modern untuk penyakit tertentu, seperti:
kanker.
- Semakin luas akses informasi tentang obat tradisional di
seluruh dunia.
WHO mendukung back to nature dalam hal yang lebih
menguntungkan.
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM),
sampai tahun 2007 terdapat 1.012 industri obat tradisional
yang mempunyai izin usaha industri, terdiri dari:
-105  berskala besar

- 907  berskala kecil

Banyak obat tradisional dan yang ditarik peredarannya oleh


Badan POM karena oleh produsen sengaja dicampur
dengan obat modern yang secara kimiawi dosisnya tidak
tepat  berbahaya.
Seperti pada suplemen penambah stamina pria
mengandung bahan kimia obat Sidenafil sitrat dan Tadalafil
sitrat
- Sildenafil berefek: sakit kepala, dispepsia, mual, nyeri perut,
gangguan penglihatan, radang hidung, nyeri dada hingga
kematian.
- Tadalafil berefek: nyeri otot, nyeri punggung, kehilangan potensi
seks permanen, menurunkan tekanan darah, stroke.
Syarat obat herbal  kesehatan formal:
- Peningkatan mutu
- Standarisasi
- Uji farmakologi yang terbukti berkhasiat dan aman

Obat herbal mengandung zat kimia, antara lain:


- Gol. Alkaloid
- Flavonoid
- Minyak esensial
- Glikosida
Yang semua itu bisa terdapat dalam daun , akar dan umbi pada
tanaman yg jmlah kandungan kimianya berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor jenis tanah, iklim, pengolahan pasca
panen.
Kandungan zat kimia pada obat herbal bisa menimbulkan
efek samping dan toksik.
Efek samping lebih besar jika:
- Memakai banyak obat

- Pasien berusia lanjut

- Menderita penyakit ginjal dan hati

Interaksi obat herbal dan obat modern ini penting untuk obat
dengan batas keamanan sempit atau indeks terapi rendah.

Bahaya interaksi obat herbal dan obat modern: perdarahan,


gangguan jantung atau kerja obat jadi tidak efektif.
A. Interaksi Obat

1. Definisi:
modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang
diberikan pada awalnya atau diberikan
bersamaan: atau bila dua atau lebih obat
berinteraksi sedemikian rupa sehingga
keefektifan atau toksisitas suatu obat berubah
(Fradgley, 2003)
2. Pasien yang rentan terhadap interaksi obat:
- Lansia
- Orang yang minum > 1 macam obat
- Mempunyai gangguan fungsi ginjal, hati
- Penyakit akut
- Penyakit tidak stabil
- Mempunyai karakteristik penyakit genetik
tertentu
- Dirawat oleh >1 dokter
3. Interaksi obat yang bermakna klinis
Apabila adanya obat yang masuk dalam tubuh timbul
reaksi yang tidak diinginkan atau komplikasi.
Waktu timbulnya reaksi sangat bervariasi tergantung:
- Dosis
- Rute pemberian.
- Adanya metabolit aktif.
- Waktu paruh obat yang bersangkutan.
- Mekanisme interaksi.

Tidak semua interaksi obat bermakna klinis, beberapa


obat secara teoritik mungkin terjadi namun beberapa obat
bisa saja mempunyai resiko terhadap morbiditas ataupun
mortalitas (meningkatnya toksisitas).
4. Klasifikasi (Fradgley, 2003)

A) Interaksi Farmakokinetik: B) Interaksi Farmakodinamik:


1. Absorbsi (lemak, pH, 1. Sinergisme
bakteri flora usus, dan 2. Antagonisme
aliran darah) 3. Efek reseptor tidak
2. Dstribusi (ikatan obat langsung
protein) 4. Gangguan cairan dan
3. Metabolisme (hepatik: elektrolit
enzim CYP 450
monooksigenase)
4. (Ekskresi) klirens ginjal
INTERAKSI OBAT DAPAT MENGAKIBATKAN
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT

Interaksi obat dapat dibedakan menjadi:

1. Berdasarkan level kejadiaannya:


- Established (sangat mungkin terjadi)
- Probable (dapat terjadi)
- Suspected (diduga terjadi)
- Possible (mungkin terjadi/belum pasti terjadi)
- Unlikely (tidak terjadi)
2. Berdasarkan onsetnya
- Onset cepat (efek terlihat dalam 24 jam)

- Onset lambat (efek terlihat setelah beberapa hari


bahkan beberapa minggu)

3. Berdasarkan keparahannya:
- Mayor (dapat menyebabkan kematian)

- Moderat (efek sedang)

- Minor (tidak begitu bermasalah dan dapat diatasi


dengan baik)
4. Berdasarkan signifikansinya:
- Tingkat 1: memiliki keparahan mayor dan terdokumentasi
suspected, probable, established.
- Tingkat 2: tingkat keparahan moderat dan terdokumentasi
suspected, probable, established.
- Tingkat 3: keparahan minor dan terdokumentasi
suspected.
- Tingkat 4: keparahan mayor/moderat dan terdokumentasi
possible.
- Tingkat 5: keparahan minor yang terdokumentasi possible
dan unlikely.
B. Perbedaan Obat Kimiawi &
Obat Herbal
Obat Kimiawi Obat Herbal
1. Menghilangkan gejala saja. 1. Diarahkan pada sumber
2. Sympthomatis.
penyebab penyakit dan
perbaikan fungsi serta organ-
3. Paliatif/spekulatif
organ yang rusak.
4. Untuk penyakit akut, contoh:
2. Rekonstruktif
asma, diare, patah tulang,
infeksi, dll. 3. Kuratif (benar-benar
menyembuhkan)
5. Reaksi cepat dan destruktif 
melemahkan organ tubuh. 4. Mencegah penyakit dan
pemulihan penyakit.
6. Efek samping: iritasi lambung
dan hati, kerusakan ginjal, 5. Reaksi lambat tetapi bersifat
mengakibatkan lemak darah konstruktif.
7. Reaksi terhadap tubuh cepat.
6. Hampir tidak ada efek
samping.
INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT HERBAL
MELIPUTI :

A. Interaksi farmakokinetik
menggakibatkan perubahan absorpsi,
distribusi, metabolisme atau eksresi dari obat
sintetik atau obat herbal sehingga dapat
mempengaruhi kerja obat secara kuantitatif.
B. Interaksi farmakodinamik
mempengaruhi aksi obat secara kualitatif baik
melalui efek meningkatkan aksi sinergis atau
aditif atau efek antagonis .
FAKTOR” YANG MEMPENGARUHI
INTERAKSI OBAT DENGAN HERBAL

A. Sifat yang merugikan


1. Penghambatan absorpsi
Contoh ramuan yang mengandung tanin
bereaksi dengan protein dan vitamin.
2. Pengurangan waktu transit di usus
contoh tanaman yang mengandung antrakinon
atau serat larut air dicampur dengan obat
waktu transit di usus berkurang, feses cepat
dikeluarkan, kesempatan absorpsi zat aktif
berkurang dan efek farmakologisnya akan
berkurang
B. Sifat yang mengguntungkan
1. Peningkatan absorpsi
Contoh : ramuan yang mengandung seskuiterpen resin
bromelin akan mensuspensi zat aktif yang lebih
lipofilik yang dapat meningkatkan absorpsi
kandungan aktif lain, dan kadar dalam darah
meningkat
2. Peningkatan bioavailabilitas melalui penghambatan
sitokrom p-450
contoh : hiperin dicampur curcumin berakibat
curcumin di hepa berkurang, ketersediaan hayati
curcumin meningkat kadar dalam darah 10 kali
lipat dan efek farmakologi meningkat
Contoh bahan herbal yang dapat menimbulkan interaksi jika
dikombinasikan dengan obat kimia:
1. Ginkgo biloba
Ginkgo biloba + Aspirin  pendaharahan
2. Echinaceae
Echinaceae + Ketoconazole + Isoniazid  liver toxicity
3. Caffeine
Caffeine + Ginseng  gangguan gastro intestinal,
insomnia
4. Ginseng
Ginseng + Coumadin  pendarahan
Ginseng + Warfarin  penurunan efek antikoagulan,
pendarahan
5. Allium satuvum (bawang putih)
Allium satuvum + warfarin  pendarahan
Penelitian daun ketela rambat (Ipomoea batatas L.)
sebagai obat tradisional diabetes dan Metformin HCl
sebagai obat anti diabetes.

Tujuan: mengetahui pengaruh infusa daun ketela


rambat terhadap daya kerja metformin HCl dalam
menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) galur wistar
Metode: uji toleransi glukosa oral dengan pembebanan
glukosa dosis 4,5 g/Kg BB dengan hewan uji 30 tikus putih
jantan umur 2-2,5 bulan dengan berat badan 146-221 gram,
dibagi 6 kelompok:
I. Kontrol negatif + aquadest
II. Kontrol positif + metformin HCl dosis 45 mg/Kg BB
III. Infusa daun ketela rambat dosis 2,5 g/Kg BB
IV. Infusa daun ketela rambat dosis 2,5 g/Kg BB + metformin
HCl dosis 45 mg/Kg BB
V-VI. Metformin HCl dosis 45 mg/Kg BB selang waktu 30 & 60
menit sebelum pembebanan glukosa.
Saat pemberian glukosa dianggap sebagai waktu ke-0.
Pengambilan darah melalui sinus orbitalis pada menit ke (-60),
(-30), 0, 60, 120, 180, 240, dan 300.
Kadar glukosa darah diukur dengan alat Blood Glucose Test
Meter GlucoDr.
Efek penurunan kadar glukosa darah ditunjukkan dengan
menghitung LDDK0-300. Data yang didapat diuji statistik
dengan uji Levene, uji Kolmogorof-Smirnov, dan Anava
dengan taraf kepercayaan 95%

Hasil penelitian: pemberian metformin HCl secara


bersamaan setelah pemberiaan infusa daun ketela rambat
dosis 2,5 g/Kg BB dapat menurunkan daya kerja metformin
HCl sebesar 4,72%, jika metformin HCl selang 30 dan 60
menit setelah infusa daun ketela rambat dosis 2,5 g/Kg BB
dapat meningkatkan daya kerja metformin HCl sebesar
8,19% dan 16,21%
DAFTAR PUSTAKA

Fradgley, S., 2003. Interaksi Obat, dalam Aslam,


M., Tan, C.K., Prayitno, A., Farmasi Klinis; Menuju
Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan
Pasien, Universitas Surabaya, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 120-130.

Stockley, H. I., 2005, Drugs Interaction, Blackwell


Science Ltd, London.

Vous aimerez peut-être aussi