Vous êtes sur la page 1sur 11

ASKEP MASTITIS

 BY: WILDA SINAGA ,SKep


A.PENGERTIAN

Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau
tidak,yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui
luka pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya
menyertai laktasi,sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis
puerperalis.

Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui
peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak
diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di
dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis.
B.KLASIFIKASI

Berdasarkan tempat terjadinya terbagi menjadi:


•Mastitis yang menyebabkan abses di bawah aerola mammae
•Mastitis yang menyebabkan abses di tengah payudara
•Mastitis pada jaringan bawah dorsal kelenjar yang menyebabkan abses diantara
payudaran dan otot-otot di bawahnya.
Pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :
1.Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause,
penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan
sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya
penyumbatan pada saluran di payudara.
2.Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab
utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang
ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
3.Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman
Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC
memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas,
bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.
C.FAKTOR RISIKO

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :


•Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah
usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.

•Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.

•Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik
menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.

•Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan
oksitosin tidak meningkatkan resiko
.
•Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya
mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko
mastitis.
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam
payudara.

1.Stres dan kelelahan


Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat,tetapi
tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.

2. Pekerjaan di luar rumah


Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan
kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.

3.Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar
dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.
D.ETIOLOGI

Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan
penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.

1.Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini
terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika
bayi tidak mengisap ASI,kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan
yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran
ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.

2. Infeksi
Organismen yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara
adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis
jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.
E.PATOFISIOLOGI

Stasis ASIà peningkatan tekanan duktusàjika ASI tidak segera dikeluarkan peningkatan
tegangan alveoli yang berlebihanàsel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekanàpermeabilitas jaringan ikat meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar
selàmemicu rrespon imunàrespon inflmasiàkerusakan jaringanàmempermudah terjadinya
infeksi (Staohylococcus aureus dan Sterptococcus) àdari port d’ entry yaitu: duktus laktiferus
ke lobus sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/ periduktal dan secara
hematogen
F.MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala mastitis infeksiosa


Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai takikardia
Demam suhu > 38,5 derajat celcius
Ada luka pada puting payudara
Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
Terasa keras dan tegang
Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang berbatas tegas
Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang terasa asin
2. Gejala mastitis non infeksiosa
Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut
Bercak kecil keras yang nyeri tekan
Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja
G. Penanganan dan Pengobatan

Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk
mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu sebelum dan
sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering.
Selain itu yang memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas
dari staphylococcus. Bila ada retak atau luka pada puting, sebaiknya bayi jangan
menyusu pada mamma yangbersangkutan sampai luka itu sembuh.
Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan
dengan :

1. Mencuci tangan menggunakan sabun anti bakteri secara cermat


2. Pencegahan pembesaran dengan menyusui sejak awal dan sering
3. Posisi bayi yang tepat pada payudara
4. Penyangga payudara yang baik tanpa konstriksi
5. Membersihkan hanya dengan air dan tanpa agens pengering
6. Observasi bayi setiap hari terhadap adanya infekssi kulit atau tali pusat
7. Menghindari kontak dekat dengan orang yang diketahui menderita infeksi atau lesi
stafilokokus.
Pengolesan bebertapa tetes air susu diarea putting susu pada akhir menyusui tampak
meningkatkan penyembuhan. Pertimbangan untuk melakukan kultur air susu jika
terjadi visura dalam atau persisten, dan provilaksis dengan antibiotic topical atau
sistemik jika sesuai.

Jika diduga mastitis, intervensi dini dapat mencegah perburukan. Intervensi meliputi
beberapa tindakan hygiene dan kenyamanan :

1. BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat


2. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
3. Kompres hangat pada area yang terkena
4. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
5. Peningkatan asupan cairan
6. Istirahat
7. Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan
dalam kehidupannya
8. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi