Vous êtes sur la page 1sur 23

KELOMPOK 5 :

1. DWI NANDA MONALISA


2. EKA YULIANA
HIPERTENSI
Penyakit Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gaga jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal.
A. Penyebab penyakit hipertensi :
Obesitas , malas berolah raga, stres, alkohol, atau garam
dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada
orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan
darah biasanya akan kembali normal.
Ada beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder
seperti, penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat-obatan
dan masih ada lagi penyebab lainnya.
B. Tanda gejala penyakit hipertensi :
Sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan yang bisa terjadi pada
penderita hipertensi maupun seseorang dengan keadaan
yang normal.
Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati,
maka bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual,
muntah, sesak nafas, gelisah dan pandangan menjadi
kabur. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan bisa koma karena
terjadi pembengkakan otak.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol relaksasi pembuluh darah
di pusat vasmotor pada medula di otak, bermula dari
saraf berlanjut ke korda spinalis lalu keluar dari kolumna
medula spinalis ke gangliasimpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan vasmotor dihantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak melalui saraf simpatis.
neuron preganglion melepaskan asetilkoin lalu akan
merangsang serabut saraf ke pembuluh darah, dengan
dilepaskanya norepinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah lalu terjadilah hipertensi.
D. Patogenesis
 Faktor resiko : disebabkan oleh diet, asupan garam,
stres, ras, obesitas, merokok dan genetis.
 Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi
diurnal.
 Keseimbangan modulator vasodilatasi dan
vasokonstriksi, endotel pembuluh darah berperan
utama, tetapi remodelling dari endotel,
otot polos, dan interstisuim juga memberikan kontribusi
akhir.
 Pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada
sistem renin, angiotensin, dan aldosteron.
Terjadinya hiprtensi
E. Hispatologi
Sekitar 50% hipertensi sekunder disebabkan oleh
kelainan jaringan ginjal. Penyebabnya adalah kelainan
jaringan sel juksta glomerulus yang mengalami
hiperfungsi. Hipertensi juga dapat terjadi pada stenosis
renovaskuler dan kelainan jaringan perenkhim ginjal
karena infeksi atau tumor.
Sel juksta menghasilkan renin lalu mengubah
angiotensinogen dalam darah menjadi angiotensinogen I
(bentuk tidak aktif), oleh peengaruh enzim proteolitik
berubah menjadi angiotensin II (bentuk aktif) yang
berfungsi sebagai vasokontriktor dan merangsang
korteks kelenjar adrenal untuk melepaskan aldosteron
yang mempengaruhi tubulus kontortus
distalis untuk mereabsorbsi NaCl dan air, sehingga
menambah volume cairan ekstra seluler. Angiotensin II
bersifat vasokonstriktor kuat, sehingga mempengaruhi
sistemik yang tadinya rendah menjadi tinggi atau
hipertensi.
Kelainan pada parenkhim ginjal juga dapat
menimbulkan hipertensi renal, misal pada pielonefritis
kronis. Infeksi kronis akan merusak parenkhim dan
membentuk jaringan parut. Jaringan ini akan menarik
jaringan sekitarnya termasuk jaringan vaskular arteri
interlobaris yang akan mengganggu vaskularisasi ginjal
yang berakibat timbulnya hipertensi.
E. Pemeriksaan diagnosis :
 Pemeriksaan EKG dan foto rontgen dada, dilakukan
untuk mengetahui lamanya menderita hipertensi dan
komplikasinya terhadap jantung. Jadi bisa menilai
adanya kelainan jantung juga atau tidak.
 Pemeriksaan Ekokardiografi, suatu pemeriksaan yang
mutlak harus dilakukan oleh penderita. Pemeriksaan ini
biasanya dilakukan setelah pemeriksaan klinis yang
seksama dan EKG juga foto rontgen.
F. Management :
a) Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan
darah dengan demikian dapat mengurangi beban kerja
jantung.
b) Olahraga, disertai penurunan berat dapan menurunkan
tekanan darah dengan menurunkan kecepatan denyut
jantung istirahat.
c) Teknik relaksasi, dapat mengurangi denyut jantung
dengan cara menghambat respon stres saraf simpatis.
d) Berhenti merokok untuk mengurangi efek jangka
panjang hipertensi,karena asap rokok dapat
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
e) Diuretik, bekerja melalui berbagai mekanis untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
G. Komplikasi
 Stroke, dapat terjadi akibat hemoraji (pendarahan)
tekanan tinggi di otak, sehingga aliran darah ke area otak
tidak lancar.
 Infark miokard, terjadi apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak bisa menyuplais cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.
 Gagal ginjal, terjadi karena kerusakan progesif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal.
 Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh
susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps
dan terjadi koma serta kematian.
 Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamasi (mual
berlebihan pada saat hamil).

Vous aimerez peut-être aussi