Vous êtes sur la page 1sur 43

Asmat-suroba

Diana Eka S. 15.A1.0010


T Evita Dewi 15.A1. 0029
Franciscus Beni 15.A1.0126
S
Claudia Helen 15.A1.00162
A

1
Spesifikasi bahan bangunan
Kayu opuruk / kayu buah

Kayu Pawih
Panjang : 400 cm
Diameter : 4-5 cm
Fungsi : Konstruksi atap

Kayu Wip
Panjang : 500 cm
Diameter : 5-7 cm
Fungsi : Konstruksi lantai dua

Kayu Sop
Panjang : 400 cm
Diameter : 7-9 cm
Fungsi : Konstruksi lantai dua
Spesifikasi bahan bangunan
KAYU SAGHE
FUNGSI :
sebagai dinding >>
di potong
membentuk papan
dengan panjang
250 cm, lebar 23
cm, dan ketebalan HERE : tali, MUL : rotan >>
4 cm. HEREMUL : tali rotan
dapat digunakan setelah
dibagi menjadi dua
bagian sehingga menjadi
lebih lentur dan dapat
melengkung dengan baik.
Spesifikasi bahan bangunan

MULELE
Tali berbentuk seperti
rotan dengan ukuran
yang lebih kecil. Tumbuh
liar di hutan dan tidak
sulit untuk
mendapatkannya.
FUNGSI : berbentuk seperti Rotan
untuk mengikat akan tetapi bagian
sesuatu dengan dalamnya kosong.
jumlah sedikit dan FUNGSI :
dimensi yang
kecil. untuk mengikat O
Amun
Masyarakat sekitar percaya bahwa apabila
membakar atau memusnahkan O Erani dapat
berdampak buruk pada pelaku dan keturunannya.

O Eani terbuat dari kayu pohon hutan


yang di belah menjadi kecil lalu
dipanaskan selama beberapa saat
kemudian langsung di lengkungkan dan di
diamkan selama seminggu. Rumput atau yeleka berfungsi sebagai penutup atau
alas lantai. Rumput yang diambil tidak jauh dari
perkampungan.
FUNGSI :
sebagai pengaku kayu saghe yang akan dijadikan sebagai
dinding.
ALANG-ALANG/HAREKE
Hareke berfungsi sebagai bahan penutup atap. Alang-alang diambil
bersama masyarakat perkampungan dan kerabat. Proses pencabutan
alang-alang disebut dengan Usuok

JAGAR
Jagar berfungsi sebagai penutup lantai pada lantai dua. Jagar
atau yang biasa dikenal dengan tebu hutan ini berbentuk seperti
rotan, dengan diameter 1 cm. jagar dapat di temukan di hutan
ADAT
PAKAIAN LAKI-LAKI
Masyarakat Suroba sendiri mengatakan bahwa mereka memakai pakaian.
Pakaian yang mereka pakai adalah pakaian adat, pakaian peninggalan
leluhur mereka yang harus dijaga dan dihormati

Puali : Paling atas, Berwarna hitam panjang ,


berasal dari ekor burung puali.
Werene : berada di bawah puali, berwarna
Kenak : Ikat kepala blu berwarna merah
Herebuaken : ikat kepala berwarna putih
Jakik : Bulu yang diselipkan di herebuaken
Walimo : Yang dikalungkan
Yekesi : Yang di lengan, dari ekor anjing
Holim : Koteka, penutup alat kelamin pria
Sege : Tombak, terbuat dari kayu yoli
PAKAIAN ADAT PEREMPUAN

Bagi wanita yang belum menikah, memakai Salli sebagai rok dan menutupi dada
dengan noken. Akan tetapi jika sudah menikah memakai Jokal sebagai rok dan
tidak menggunakan noken sebagai penutup dada

Ayamsi : Hiasan kepala dari bulu ayam


Noken : Digantungkan di kepala, jika sudah menikah
dada dibuka, jika belum dada ditutup
Salli : Rok untuk yang belum menikah
Jokal : Rok untuk yang sudah menikah
BAKAR BATU DAN KEBUTUHAN PANGAN

Bakar batu merupakan kegiatan adat yang sangat mendarah daging dengan masyarakat suroba
KAYOU
Kayou merupakan menara yang berfungsi memantau keberadaan musuh saat terjadi perang
MASYARAKAT
SILIMO

Dibatasi oleh pagar atau Leger Dibatasi oleh pagar atau Leger dengan Beberapa Hunila memiliki wamena atau
dengan tanaman diatas pagar tanaman diatas pagar yang disebut kandang anak babi di dalamnya.
yang disebut Leger Aikah. Leger Aikah.
KEHIDUPAN SEHARI-HARI KERAJINAN TANGAN

Masyarakat suroba adalah syarakat dengan mata pencaharian yang Hasil kerajinan tangan yang dijual ke turis yang datang adalah hasil dari
sebagian besar adalah petani alam Suroba
RUMAH JEW
Rumah adat masyarakat suroba
yang tinggal di dalamnya ialah para
lelaki bujang, ,tetua adat [ tidak
beserta istri-istri mereka], maka
rumah ini disebut rumah
panjang/rumah bujang.
Fungsi Jew
• Tempat tidur bagi para lelaki dewasa
• Tempat pertemuan bagi seluruh warga
• Tempat pembinaan
• Pusat pengembangan budaya
• Tempat kehadiran Yang Ilahi
• Tempat menyimpan berbagai benda yang dianggap
suci
• Jew merupakan symbol kesatuan antara hidup
profan kemasyarakatan
Benda-benda yang Dianggap Suci

• Em-eme (tifa)
• Kapak batu keramat
• Fu (terompet bambu)
• Noken (ese)
• Patung mbis (patung leluhur) Em-eme (tifa)

Noken (ese)
Proses pembangunan rumah honai

Penentuan diameter ditentukan dari jummlah


kayu yang dimiliki, sehingga masing masing
honai memiliki diameter yang bebeda-beda
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Setelah diketahui diameter honai yang akan
dibangun, lalu O Erani diapit oleh kayu agar
posisi lingkaran denah tidak berubah. Akan
tetapi sebelum penentuan diameter honai
dilakukan, tanah yang akan dibangun honai
diratakan terlebih dahulu. Pada proses ini
pulalah posisi pintu pada honai ditentukan.
MENANCAPKAN O OAK

• O oak yang digunakan berasal dari


pohon saghe. Proses penancapan harus
dilakukan berhadap-hadapan mengikuti
pola denah yang telah dibuat memakai
O Erani sebelumnya. Untuk
memudahkan penancapan, titik tanah
yang akan ditancapkan O Oak di gali
sedikit terlebih dahulu, kemudian papan
cincang di tancapkan secara manual dan
ditimbun kembali.
PEMASANGAN HEBERUKUL
• Heberukul berfungsi sebagai tempat
mengaitkan konstruksi lantai dua
dengan O Oak dan juga sebagai
penopang beban konstruksi lantai dua di
bagian depan, yaitu diatas pintu.
PEMASANGAN O ERANI

• Tidak ada ketentuan dalam pemasangan O


Erani, boleh dari atas ke bawah ataupun
sebaliknya.
• O Erani dipasang pada tiga bagian O Oak
yaitu bagian atas, tengan dan bawah.
• Posisi O Erani adalah menjepit O Oak
dengan melingkarinya dari bagian dalam
dan luar honai sehingga dibutuhkan tenaga
yang lebih untuk mengerjakan bagian ini.
• Merekatkan O Erani dan O Oak adalah
dengan mengikatnya dengan Heremul atau
tali rotan
PEMASANGAN LUGHUR DAN HELELO
• Setelah heberukul terpasang, kemudian lugur diletakan diatasnya dan
dikaitkan menggunakan heremul. Lugur dengan posisi berada diatas O Oak
tetap dikaitkan dengan heberukul.
• Untuk menentukan jarak antar lughur adalah turun temurun dari nenek
moyang dan tidak di tentukan berapa jaraknya, selama mereka merasa
kuat dan cukup, jarak itulah yang akan mereka pakai, sehingga masyarakat
dapat langsung memperhitungkan jarak lughur dengan baik karena sudah
diajarkan dari kecil.
• Setelah lughur terpasang dengan baik, helelelo di letakan di atsanya
dengan posisi menyilangi lughur. Untuk pengikatan ke lughur tetap
memakai heremul. Kayu yang digunakan untuk helelelo adalah kayu sop
dari jenis kayu opuruk. Untuk sistem pengaturan jarak helelelo digunakan
sama seperti pemasangan lughur, hanya saja jarak helelelo lebih kecil
dibandingkan jarak lughur
PEMASANGAN HISEKE

• Pemasangan hiseke berfungsi sebagai penopang


beban dari lughur dan helelelo serta konstruksi
atap.
• Hiseke terdiri dari empat kayu saghe yang
membentuk titik segi empat pada bagian tengah
honai. Hiseke disusun mengerucut ke atas.
• Pada bagian bawah yang menempel dengan tanah,
dijadikan ruang untuk tungku atau wulikin.
• Hiseke harus menembus lantai dua dan menopang
konstruksi atap jika ukuran honai cukup besar.
• Jika ukuran honai kecil, hiseke tidak perlu
menembus lantai dua atau henaipu.
PEMASANGAN JAGAR

• Pemasangan jagar adalah dengan mengikatkannya


dengan helelelo yang berfungsi penutup lantai dua
atau henaipu.
• Pengaitan dilakukan menggunakan mulele, bisa
juga menggunakan heremul yang sudah dibagai
menjadi empat bagian. Jagar juga disebut sebagai
tebu hutan karena bentuknya yang seperti tebu
tetapi dengan ukuran yang lebih kecil.
• Karena pemasangan jagar cukup sulit dan
jumlahnya cukup banyak, maka diperlukan tenaga
lebih untuk menyelesaikannya.
• Dalam pemasangan jagar, ada bagian yang tidak
ditutup oleh jagar, yaitu bagian di sebelah kanan
pintu. Hal itu dilakukan karena bagian itu
merupakan akses menuju lantai dua atau henaipu
PEMASANGAN WIKAK DAN SOGILABER

• Wikhak dipasang diatas O jagar dan berfungsi


merapikan dan menahan jagar agar tetap
menempel dengan helelelo dengan kondisi
rata. Jagar juga merupakan tempat pengaitan
Sogilaber.
• Sogilaber berfungsi sebagai penahan angin
agar udara dingin tidak masuk ke dalam
ruangan.
• Sogilaber terdiri dari kata Sogi yang artinya
dingin dan laber yang berarti tutup.
• Sogilaber berada di antara wikak dan O Erani
teratas sehingga lughur dan heberukul
tertutup.
• Sogilaber berbahan ilalang atau hareke yang
dikaitkan antara wikak dan O Erani teratas.
PEMASANGAN O WONOK
• O Wonok berfungsi sebagai konstruksi atap. O Wonok
mengelilingi O Oak secara vertical dengan jarak yang
cukup dekat dan diikat pada O Erani bagian tengah atau
kedua. O Wonok kemudian di lengkungkan membentuk
setengah bola dan di satukan pada titik pertemuan
hiseke. Jumlah dan jarak O Wonok tergantung dengan
besar honai yang akan dibuat.
• Kayu yang dipakai adalah kayu opuruk seperti kayu hih,
kayu wip, dan kayu pawih. Setelah O Wonok bertemu di
satu titik dan membentuk setengah bola, O Wonok
dikaitkan menggunakan Heremul.
• Posisi O Wonok harus menempel dengan Hiseke agar
kuat dan diikat dengan heremul ataupun mulele.
PEMASANGAN O WALIN

• O Walin berfungsi sebagai


pengaku O Wonok agar tidak
mudah goyang dan lentur. O
Walin berada dibagian dalam
dan melingkari O Wonok.
Jumlah O Walin adalah tiga
sampai empat buah
tergantung besar O Wonok
yang dibuat. Bahan yang
digunakan untuk O Walin
adalah dari jenis kayu
opuruk yaitu kayu hih, pawih
dan wip. O Walin dikaitkan
dengan O Wonok
menggunakan heremul
ataupun mulele
PEMASANGAN O AMUN

• Pemasangan O Amun
dilakukan di titik pertemuan
seluruh O Wonok. Pengikatan
dilakukan di luar O Wonok. O
Amun berfungsi sebagai
pengikat seluruh O Wonok
atau pengikat akhir.
Sedangkan pengikatan awal O
wonok pada hiseke belum
dikatan sebagai O Amun. O
Amun menggunakan bahan
heremul. Setelah O Amun
terpasang berarti
pemasangan konstruksi atap
sudah selesai dilakukan.
USUOK

• Usuok adalah kegiatan


mencabut alang-alang atau
hareke. Sebelum melakukan
pencabutan, masyarakat
membakar daun untuk
menandakan bahwa di
daerah tersebut sedang ada
kegiatan. Usuok dilakukan
bersama kerabat dan sanak
saudara. Dalam kegiatan ini,
saudara yang berdomisili
jauhpun akan mengusahakan
dirinya untuk turut
membantu demi menjalin
persaudaraan yang baik.
• Dalam kegiatan ini pihak laki- laki
bertugas mencabut alang-alang.
Pencabutan alang alang dilakukan
dengan tangan kosong sehingga wajar
jika setelah kegiatan ini banyak tangan
yang sedikit terluka. Tujuan
pengambilan ini menggunakan tangan
kosong adalah agar akar alang-alang
juga ikut tercabut. Akar alang-alang
sangat membantu dalam pemasangan
alang-alang ke konstruksi atap. Dalam
proses pencabutan, para laki-laki
bernyanyi bersama untuk
membangkitkan semangat dan
kekompakan.
• Sedangkan pihak wanita
bertugas mengumpulkan
alang-alang yang telah
tercabut dan
membawanya ke lokasi
pembangunan honai
yang berjarak cukup jauh
dari tempat pencabutan
alang alang. Jumlah
alang-alang yang dipikul
oleh para wanita cukup
banyak dan hampir
menutupi seluruh
tubuhnya
O JITNE

• O Jitne berfungsi sebagai penahan alang-


alang yang akan dipasang, O jitney juga
berfungsi sebagai penahan angin agar
udara dingin tidak masuk ke dalam Honai
dan sebagai pijakan saat pemasangan
alang-alang atau hareke. Posisi O Jitne
berada persis seperti sogilaber, akan tetapi
ukuran O Jitne lebih besar dibandingkan
dengan sogilaber. Pengaitan dilakukan
menggunakan sisilua atau bambu hutan
yang sudah dibelah. O Jitne ditahan oleh
ikatan dari O Wonok dan O Erani
menggunakan sisilua. Sebelum
menggunakan sisilua, masyarakat
menggunakan daun pohon buah merah
sebagai dasar pengikatan kemudian
dirapikan dan diperkuat menggunakan
sisilua
PEMASANGAN ERO

• Ero adalah lapisan


pertama dari bahan
penutup atap.
Penyusunan Ero
adalah tegak
sehingga bagian akar
berada di bawah.
Penyusunan Ero
dilakukan dari bawah
ke atas. Ero langsung
dikaitkan ke O Wonok
agar tidak jatuh.
Pemasangan Ero
haruslah tebal agar
angina dan ari tidak
bisa masuk ke dalam
honai
PEMASANGAN MIOHULAK
• Miohulak adalah tempat penyimpanan barang,
berada di depan pintu pada honai. Miohulak
berfungsi seperti teras, sehingga sebelum masuk ke
honai, masyarakat dapat meletakan barang-barang di
miohulak. Miohulak berbentuk lebih menunjol
keluar. Bahan yang digunakan sama seperti
pembuatan elemen dinding yaitu kayu saghe yang
diapit oleh kayu opuruk. Pembuatan miohulak
bersamaan dengan pemasangan Ero dan langsung
ditutup oleh Ero.
PEMASANGAN EKAKA

• Pemasangan ekaka dalah pemasangan


harele atau alang-alang denagn posisi
terbalik.yaitu posisi akar berada di atas.
Ekaka berfungsi sebagai lapisan kedua pada
penutup atap yang membuat atap semakin
tebal dan angin serta air semakin sulit untuk
masuk.
• pemasangan ekaka adalah dengan
menyisipkannya diantara Ero tanpa
menggunakan ikatan apapun. Susunan
peletakan Ekaka bukan membentk setengah
bola tetapi lebih menonjol keatas, sehingga
bagian atas harus lebih tebal dibandingkan
dengan bagian yang lain.
FINISHING
• Memotong ekaka agar terlihat rapi.
• Memasang rumput atau yeleka pada lantai
dua atau henaipu

 Membuat wulikin atau tungku api. Tungku api ini awalnya hanya
berupa lubang yang kemudian diisi kayu dan digunakan sebagai
tungku. Akan tetapi setebah tiga bulan pemakaian maka akan
ada kumpulan abu dari kayu bakar tersebut. Masyarakat biasa
menggunakan abu tersebut untuk dijadikan bahan pengganti
semen dengan cara langsung memasukan air ke dalam abu dan
diaduk seperti mengaduk semen.
• Membuat heliela atau tempat
kayu yang berada di atas
wulikin yang berfungsi untuk
meletakan kayu basah agar
cepat kering
• Memasang rumput atau yeleka
pada lantai satu atau agaroba.
• Membuat got atau saluran air
agar air tidak masuk ke dalam
honai
• Membuat pintu atau Su,
menggunakan bahan kayu Wilo
• Membuat tangga menuju lantai
dua atau Henaipu
Em-eme (tifa)

Para penambuh dan penyanyi merupakan


kesatuan yang menjadi daya hidup dalam
sebuah kampung. Sebuah kampung tanpa
bunyi tifa dan nyanyian dianggap sebagai
kampung yang dingin (mati). Tifa dianggap
sebagai benda yang bermakna khusus
sehingga tidak boleh sembarangan
dibunyikan. Juga tidak boleh dibunyikan
atau ditabuh oleh sembarang orang.
Hanya ornag-ornag khusus yang dipercaya
dan dilatih yang boleh memukul tifa. Yakni
mereka ini yang bergabung dalam
kelompok so-ipits, terlebih dalam jew dan
mengiringi lagu-lagu adat.
Kapak batu keramat
Meski bentuknya sama dengan kapak batu lainnya, kapak keramat ini
bukan kapak biasa seperti yang digunakan untuk menebang pohon
atau sagu, melainkan kapak yang dipercaya sebagai pemberian khusus
dari leluhur.
Fu (terompet bambu)
• Yang biasa ditiup guna mengumpulkan warga didalam jew atau tanda
untuk memulai suatu kegiatan bersama.
Noken (ese)
• Yang didalamnya terdapat berbagai benda magis, kapur putih, kapur
merah, dan perhiasan khusus yang menampilkan status sosial
seseorang.
• Patung mbis (patung leluhur)
Di beberapa tempat seperti kelompok Keenok dan Joerat, mbis langsung pada
tiang-tiang tungku dalam jew atau ada juga dalam bentuk patung lepas yang diletakkan
pada tungku-tungku dalam jew. Patung-patung leluhur tersebut umumnya berbentuk
figur-figur tunggal.. Pada hakikatnya tipe mbis ini bermakna sama yakni menghadirkan
arwah orang-orang tercinta atau orang-orang yang dianggap berperan penting dalam
clan.
• Manimar
Yang digunakan dalam pesta jipai atau topeng (roh).
• Omo atau om (gagar atau batang pinang hutan yang ditanamkan ujungnya)
Alat ini biasanya digunakan untuk memeriksa tepung sagu.
• Salawaku (perisai), busur dan anak panah, serta tombak yang merupakan benda-
benda khusus untuk berperang atau mengayau. Dewasa ini benda tersebut lebih
bersifat simbolik, sebagai penanda akan peran dan kedudukan sosial seseorang.

Vous aimerez peut-être aussi