Vous êtes sur la page 1sur 46

SINDROM

KORONER AKUT Kegawatan


(SKA) kardiovaskular

Angina tak
stabil

NSTEMI

STEMI
 Nama : Tn. LS
 Umur : 58 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Kediri, Lombok Barat
 Suku : Sasak
 Agama : Islam
 Status : Menikah
 No. RM : 137041
 MRS : 30 Agustus 2017
 Waktu Pemeriksaan : 02 September 2017
KELUHAN UTAMA

Nyeri dada kiri


 Nyeri dada kiri yang menjalar hingga ke
punggung, lengan, bahu dan rahang.
 Nyeri dikatakan muncul sejak 3 hari
yang lalu, tepatnya 4 jam SMRS.
 Nyeri dada seperti tertindih benda berat.
 Keluhan lain: batuk sejak 5 hari yang
lalu, batuk disertai dahak warna bening
tanpa darah.
 Riwayat stroke  Keluhan serupa
tahun 2012
(-)
 Penyakit
hiperkolesterolemi  Penyakit
a (+) hipertensi, asma,
 Penyakit hipertensi TB dan DM (-)
dan asma (+)
 Penyakit TB dan
DM (-)
 Pasien pernah mendapat obat saat
stroke sebelumnya, namun pasien lupa
nama obatnya dan sudah lama berhenti
konsumsi obat tersebut. Pasien juga
minum obat hipertensi (kaptopril),
namun tidak rutin.
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan Umum : sedang


 Kesadaran : compos mentis / E4V5M6
Vital sign
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 78 x / menit, reguler, kuat
angkat
 Pernapasan : 24 x / menit
 Suhu : 36,5° C
Kepala:
 Ekspresi wajah : gelisah
 Bentuk dan ukuran : normal
 Rambut : normal
 Edema : (-)
 Malar rash : (-)
 Parese N. VII : (-)
 Nyeri tekan kepala : (-)
 Massa : (-)
Mata:
 Simetris
 Alis : normal
 Exopthalmus : (-/-)
 Ptosis : (-/-)
 Mata cowong : (-/-)
 Edema palpebra : (-/-)
 Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemia (-/-)
 Sclera : ikterik (-/-)
 Pupil : isokor, bentuk bulat, refleks pupil
(+/+)
 Kornea : normal
 Lensa : normal
 Pergerakan bola mata : normal ke segala arah
Telinga: Hidung:
 Bentuk: normal,
simetris antara kiri dan  Simetris
kanan  Deviasi septum : (-/-)
 Lubang telinga:  Napas cuping hidung :
normal, (-/-)
 Nyeri tekan tragus : (-
/-)  Perdarahan : (-/-)
 Peradangan telinga :  Sekret : (-/-)
(-)  Penciuman : kesan
 Pendengaran : kesan
normal normal
Mulut: Leher:
 Simetris  Simetris
 Bibir: sianosis (-),  Kaku kuduk (-)
stomatitis angularis (-),  Scrofuloderma (-)
pursed lips breathing (-)  Pembesaran KGB (-)
 Gusi: hiperemia (-),
 JVP: 5 + 3 (tidak
perdarahan (-) meningkat)
 Lidah: glositis (-), atropi
 Pembesaran otot SCM
papil lidah (-), oral (-)
kandidiasis (-),
kemerahan di pinggir (-),  Otot bantu nafas SCM
tremor (-), lidah kotor (-) tidak aktif
 Gigi: dalam batas normal  Pembesaran kelenjar
tiroid (-)
 Mukosa: normal
Inspeksi:  Penggunaan otot bantu
 Bentuk dada : simetris nafas : SCM aktif (-),
 Ukuran : normal
hipertrofi (-), otot bantu
abdomen aktif (-)
 Pergerakan dinding dada :
simetris, gerakan tertinggal  Permukaan dada :
(-) papula (-), petechiae (-),
purpura (-), ekimosis (-),
 Fossa jugularis : deviasi (-) spider naevi (-), vena
 Fossa supraclavicularis, kolateral (-), massa (-),
fossa infraclavicularis : ginekomasti (-)
simetris kiri dan kanan  Tipe pernapasan : torako
abdominal, frekuensi
 Iga dan sela iga : pelebaran nafas 24 kali per menit
ICS (-), penyempitan ICS (-),
 Ictus cordis : tidak
arah tulang iga normal
tampak
2. Palpasi: 3. Perkusi
 Posisi mediastinum :  Densitas
deviasi trakea (-) Sonor Sonor

Sonor Sonor
 Nyeri tekan (-),
Sonor Sonor
benjolan (-), krepitasi
(-)
 Batas paru-hepar:
 Pergerakan dinding
dada simetris, Inspirasi : ICS VI
gerakan tertinggal (-) Ekspirasi : ICS IV
 Fremitus vocal : tidak Ekskursi : 2 ICS
dapat dievaluasi  Batas paru-jantung :
 Ictus cordis teraba Kanan : ICS II linea
pada ICS VI linea parasternalis dekstra
axillaris line anterior, Kiri : ICS V midklavikula
thrill (-). line sinistra
 Auskultasi
 Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-),
gallop (-)
 Pulmo :
› Suara napas
Rhonki basah Wheezing
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
Vesikuler Vesikuler - - + +
Vesikuler Vesikuler - - + +
Vesikuler Vesikuler - - + +
Inspeksi: Auskultasi:
› Distensi (-), mengikuti  Bising usus
gerak nafas, darm (+)12x/menit
countuor (-), darm steifung
(-).  Metallic sound (-)
› Umbilikus: masuk merata  Bising aorta (-)
 Permukaan kulit: ikterik (-
), vena collateral (-),
massa (-), caput
medusae (-), spider
naevi (-), scar (-), striae
(-), ruam (-)
Perkusi: Palpasi:
 Orientasi : timpani  Nyeri tekan (-)
 Massa (-)
+ + +  Hepatomegali (-)
+ + +  Nyeri tekan (-), ren

+ + +
dan lien tidak
 Nyeri ketok (-) teraba.
 Shifting dullness (-)
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
 Akral hangat : +/+  Akral hangat : +/+
 Deformitas : -/-  Deformitas : -/-
 Edema : -/-  Edema : -/-
 Sianosis : -/-  Sianosis : -/-
 Petekie : -/-  Petekie : -/-
 Ekimosis : -/-  Ekimosis : -/-
 Clubbing finger : -/-  Clubbing finger : -/-
 Sendi : dbn  Sendi : dbn
 CRT : <2  CRT : <2
detik detik
 Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik (24/08/2017):
Parameter Hasil Normal
CK-MB 18 <16 U/L
 Pemeriksaan EKG
› Irama sinus 90 kali per menit
› Gambaran Q patologis pada lead III dan
AVF
 Pemeriksaan Echocardiography post
primary PCI

Katup dalam batas


normal
Dimensi jantung
normal
EF 72%, Abn.
Relaxation, RV
normal
LVH (-)
 Nyeri dada kiri yang menjalar hingga ke
punggung, lengan, bahu dan rahang
muncul sejak 3 hari yang lalu, tepatnya 4
jam SMRS. Nyeri dada seperti tertindih
benda berat. Riwayat stroke tahun 2012,
penyakit hiperkolesterolemia dan HT (+).
 Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya kelainan. Pada EKG didapatkan
gambaran Q patologis pada lead III dan
AVF disertai dengan peningkatan enzim
CKMB.
 ACS STEMI AMI INFERIOR
Medikamentosa :
 Pro primary PCI
 O2 4 lpm
 IVFD NS 1000 cc/24 jam
 Acetosal 300 mg (loading)
 CPG 600 mg (loading)
Non-Medikamentosa
 Tirah baring
 Sindrom koroner  STEMI  tanda
akut  gejala klinis karakteristik iskemik
penyakit jantung miokard
koroner   Persisten ST-Elevasi
penurunan pada
mendadak aliran elektrokardiografi
darah ke jantung (EKG)
 iskemik miokar  Pelepasan
akut biomarker dari
nekrosis miokardial
 American Heart Association (AHA): 15,5
juta orang berusia di atas 20 tahun di
Amerika Serikat memiliki SKA dan setiap
42 detik, orang Amerika akan menderita
infark miokard.
 Studi di Jakarta pada tahun 2008-2009:
sebanyak 2013 kasus SKA di Jakarta,
dengan prevalensi terbesar terletak
pada STEMI, yaitu 31.1%.
Angina • Nyeri dada konsisten
• Nyeri hilang dengan

pectoris istirahat atau pemberian


nitrat

stabil
• Angina tidak stabil:
progresif, tidak membaik

SKA dengan nitrat, ST depresi


• Infark miokard: >30 menit,
seperti ditindih benda
berat, menjalar
 Pemeriksaan EKG 12 lead
 Biomarker jantung: CK-MB dan Troponin
I/T
• Pasien dengan nyeri dada menetap
• atau
Morfin: efek analgesic
berulang pada SSPtidak
atau hemodinamik dan
Oksigen
Analgetik menyebabkan
stabil, venodilatasi
tanda bendungan paru PD
, dan
saturasi oksigen <90%

ADP/P2Y12 Pemberian ADP


• Menurunkan inhibitor
reoklusi (CPG)
coroner dan yang
Aspirin
inhibitor dan dikombinasikan
terulangnya
terapi
dengan
kejadian
fibrinolitik
aspirin
iskemik setelah
antiplatelet lain direkomendasikan pada pasien SKA

Hasil EKGpada
• Diberikan 12 sadapan harus
keadaan sudah
hemodinamik
Nitrogliserin
EKG stabil
didapatkan dan diinterpretasikan
dalam 10 menit.
 UTAMA: FIBRINOLITIK dan PRIMARY PCI
 KELAS I
 STEMI dan gejala iskemik kurang
dari durasi 12 jam. (LOE A)
 Memiliki kontraindikasi terapi
fibrinolitik, (LOE B)
 STEMI dan syok kardiogenik atau
gagal jantung akut parah. (LOE B)
 KELAS II: STEMI jika ada bukti klinia
dan/atau EKG dari iskemia selama
12-24jam setelah onset gejala. (LOE B)

 KELASIII: PCI tidak boleh dilakukan


pada ateri non-infark pada waktu PCI
primer pada pasien STEMI yang
secara hemodinamik stabil. (LOE B)
 Keluhan: nyeri dada kiri menjalar hingga
punggung, lengan, bahu dan ke rahang
 karakteristik nyeri yang dirasakan
pasien ini merupakan gambaran khas
nyeri angina tipikal.
 Perlu dibedakan tipe nyeri yang
dirasakan pasien: angina stabil ataukah
sindrom coroner akut  pasien  SKA

 Keluhan rasa tidak nyaman di dada 


gejala awal pada SKA yag tidak spesifik.
 Dari pemeriksaan EKG ditemukan adanya
gelombang Q patologis dan gelombang R
yang semakin memendek pada lead III dan
AVF.

 Selain itu, dari pemeriksaan enzim jantung


didapatkan peningkatan dari kadar CK-MB 
pasien mengalami STEMI infark miokard akut.

 Berdasarkan rekomendasi AHA 2013, pasien


termasuk dalam Kelas I Rekomendasi Primary
PCI  harus dilakukan Primary PCI
 STEMI merupakan sindrom klinis yang
didefiniskan sebagai tanda karakteristik
iskemik miokard yang berhubungan dengan
persisten ST-Elevasi pada elektrokardiografi
(EKG) dan kemudian terjadi pelepasan
biomarker dari nekrosis miokardial. Pasien
pada kasus mengalami STEMI infark miokard
akut dengan ditemukannya gambaran Q
patologis disertai peningkatan kadar CK-MB.
Oleh karena itu, pasien harus segera
mendapat terapi Primary PCI untuk mencegah
perburukan kondisi dan mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut.
1. Kosasih, A. et al. Kursus Bantuan Hidup Lanjut. Jakarta: PERKI; 2016.
2. O'Gara, P.T., Kushner, F.G., Ascheim, D.D., et al. 2013 ACCF/AHA
Guideline for the Management of ST-Elevation Myocardial Infarction : A
Report of the American College of Cardiology Foundation/American
Heart Association Task Force on Practice Guidelines. 2013.
3. Santoso, A. Kursus Bantuan Hidup Dasar. Jakarta: PERKI; 2011
4. Cervellin, G. dan Rastelli, G. Clinical Journal ACS. The clinics of acute
coronary syndrome. 2016. 4(10): 1-10.
5. Braunwald, E. American Journal Critical Care Medical. Unstable
Angina and Non–ST Elevation Myocardial Infarction. 2011. 185(9): 924-
932.
6. Bobadilla, R. Critical Care Journal. Acute Coronary Syndrome: Focus
on Antiplatelet Therapy. 2016. 36(1): 15-27.
7. Joewono, B. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: AUP; 2003.
8. Irmalita et al. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta:
PERKI; 2015.
9. Picariello, C et al. International Journal of Hypertension. The Impact of
Hypertension on Patients with Acute Coronary Syndromes. 2011. 1(1): 1-
7.

Vous aimerez peut-être aussi